Sistematika Penulisan Peran madrasah nizhamiyah pada masa nizham al-mulk 1065-1072 M

Kepemimpinan kaum Saljuk selanjutnya di pegang oleh Thugril Bek, cucu Saljuk Ibn Tuqaq. Selang beberapa waktu kemudian, Sultan Mahmud pun meninggal dunia, dan kematiannya telah memberi jalan ke arah kejayaan kaum Saljuk, karena anaknya, Mas’ud al-Ghaznawi gagal memenuhi kekosongan besar yang ditinggalkan oleh ayahnya. Ia pun tewas di tangan kaum Saljuk di medan pertempuran Sarakhs pada tahun 429 H1036 M, dan memaksanya mundur ke India dengan meninggalkan daerah Khurasan. 6 Setelah keberhasilan tersebut, Thugril memproklamirkan berdirinya Dinasti Saljuk. Pada tahun 432 H1040 M dinasti ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. Disaat kepemimpinan Thugrul Bek 1037-1063 M inilah, pada tahun 1055 M Dinasti Saljuk memasuki Baghdad menggantikan Dinasti Buwaihi. 7 Sebelumnya Thugril berhasil merebut daerah Marwa dan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawi, Balkh, Jurjan, Tabaristan, Khawarizm, Ray dan Isfahan. 8 Pada tahun ini juga Thugrul Bek mendapat gelar dari khalifah Abbasiyah dengan Rukh al-Daulah Yamin Amir al-Muminin. Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun tidak dijadikan pusat pemerintahan. Thugril Bek memilih kota Naisabur dan kemudian kota Ray sebagai pusat pemerintahan. Dinasti-dinasti ini sebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan Dinasti Saljuk kembali mengakui kedudukan Bagdad. Bahkan mereka menjalin keutuhan dan keamanan Abbasiyah. 6 Ahmad Syalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 3, Jakarta: Pustaka Al- Husna, 1993, cet. 1, hal. 336 7 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Jakarta: PT Hidakarya Agung,1990, hal. 85 Sistem pemerintahan pada masa Dinasti Saljuk adalah berbentuk monarchi, yaitu pemerintahannya menerapkan sistem waris Putra mahkota, di mana singgasana kerajaan akan diwarisi oleh seorang putra mahkota dari orang tuanya. 9 Namun kekuasaan raja bukan hanya bisa diturunkan kepada anaknya saja, tapi juga bisa kepada sanak saudaranya jika ia tidak memiliki keturunan. Sistem monarchi telah memberikan hak tertentu serta hak-hak istimewa khusus untuk raja saja, yang tidak bisaa dimiliki oleh yang lain. Sistem ini menjadikan raja di atas undang-undang. Thugril Bek memerintah Dinasti Saljuk dari tahun 1037-1063 M, setelah Thughril Bek meninggal, kepemimpinan digantikan oleh keponakannya yaitu Alp Arslan yang memerintah dari tahun 1063-1072 M. 10 Arselan banyak melakukan perluasan wilayah saat menjabat sebagai sultan, maka tak heran jika pada masa Arselan Dinasti Saljuk mengalami masa kejayaan. Sepeninggal Arselan tampuk kekuasaan jatuh pada Maliksyah 1072-1092, pada masa Maliksyah Dinasti Saljuk juga mengalami masa kejayaannya. Dinasti Saljuk mengalami masa kejayaan pada masa Sultan Alp Arselan dan Maliksyah karena di pimpin oleh perdana Mentri yang mahir yaitu Nizham al-Mulk. Usahanya yang paling terkenal ialah pendirian lembaga pendidikan Madrasah Nizhamiyah. Setelah Sultan Maliksyah dan perdana mentri Nizham al-Mulk wafat, dinasti Saljuk mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan 8 Syafiq A Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, hal. 15 9 Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Pemerintahan Islam; Doktrin, Sejarah dan Realitas Empirik, terj. Dari Nizhamul Hukmi fil Islam oleh Magfur Wahid, Bangil: Al- Izzah, 1997 hal. 50 10 Philip K. Hitti, History Of The Arabs, From the Earliest Times to the Present Jakarta; PT. Serambi Ilmu Semesta, Cet. II, 2006, h. 607, lihat juga Ibn al Atsir, jilid x, h. 104 dan Imad al Din, hal. 604 kekuasaan diantara anggota keluarga timbul. Setiap provinsi berusaha melepaskan diri dari pusat. Sementara itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan diri, seperti Dinasti Khawarizm, Dinasti Ghuz, dan Dinasti Ghuriyah. Pada sisi yang lain, sedikit demi sedikit kekuasaan politik khilafah juga kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan Dinasti Saljuk di Irak berakhir di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H 1199 M.

B. Biografi Nizham Al Mulk

Nizham al-Mulk adalah seorang perdana menteri Dinasti Saljuk pada masa pemerintahan Sultan Alp Arslan dan Sultan Maliksyah. Nama aslinya Abu Ali al- Hasan bin Ali bin Ishaq at-Tusi, yang di lahirkan di Radkan, Tus pada tanggal 10 April 1018 dan wafat di Sihna pada tanggal 14 Oktober 1092. 11 Disebutkan dalam al-Kamil fi at-Tarikh Sejarah Lengkap bahwa Nizham al-Mulk adalah seorang alim, agamawan, dermawan, adil, penyantun, suka memaafkan orang yang bersalah, banyak diam, majelisnya ramai didatangi para qari, faqih, ulama dan orang-orang yang suka kebaikan dan kebajikan. Ia juga dikatakan menyampaikan hadits di Baghdad, Khurasan dan kota lainnya dengan alasan ikut berpartisipasi menyebarkan hadits Nabi SAW, sekalipun ia mengakui bahwa ia bukan ahli hadits. Dikatakan pula ia senang menjamu dan menghibur orang-orang fakir miskin. 12 Nizham al-Mulk juga adalah seorang terpelajar dan berbudaya. 13 11 Haroon khan Sherwani, Buku mempelajari pendapat sarjana sarjana Islam tentang Administrasi Negara, Ter. Dari Studies in Muslim Political Thought and Administration oleh M. Arief Lubis, Jakarta: Tintamas, 1964, hal. 108 12 Dewan Redaksi Ensiklopedi, dalam Ensiklopedi Islam, jilid 4 Jakarta: Ichtiar Baru Van Hove, 1997, hal. 44 13 Philip K. Hitti, History Of The Arab, hal. 607, lihat juga Ibn al Atsir, jilid x, hal. 104 dan Imad al Din, hal. 30 Nizham al-Mulk pernah pergi ke Nisabur untuk menuntut ilmu pada ulama’ Mazhab Syafi’i, Hibatullah al-Muwaffaq. Ayahnya adalah Bayhaq Dahaqin, seorang pegawai pemerintahan Dinasti Gaznawi di Tus, Khurasan. Ketika sebagian besar Khurasan jatuh ke tangan pasukan Dinasti Saljuk, ayahnya dengan membawa Nizam al-Mulk lari ke Khusrawijrd dan seterusnya ke Gazna. Di Gazna, Nizam al-Mulk bekerja pada sebuah kantor pemerintah Mahmud Gaznawi. 14 Namun tiga atau empat tahun kemudian ia meninggalkan Gazna dan menuju ke daerah kekuasaan Dinasti Salajuk. Awal kariernya ia bekerja di Balkh yang dikuasai Dinasti Saljuk 1040-1041 M, kemudian pindah ke Marw. Kariernya meningkat dengan cepat sehingga ia ditarik ke istana Sultan Alp Arslan dengan perdana menterinya Abu Ali Ahmad bin Syazan. Ketika perdana menteri ini meninggal dunia, Nizam al-Mulk ditunjuk oleh Sultan sebagai perdana menterinya. Dalam jabatannya sebagai perdana menteri ini Nizham al-Mulk menunjukkan kecakapannya sebagai negarawan yang terpercaya. Untuk memelihara stabilitas negara ia menasihatkan Sultan agar memberi lapangan pekerjaan kepada pengungsi-pengungsi Turki yang datang ke Persia Iran akibat kemenangan Dinasti Salajuk, dan meningkatkan kekuatan tempur angkatan bersenjata Dinasti Saljuk serta gerak cepatnya untuk menumpas pemberontakan, tetapi pemberontak yang menyerah harus diampuni. Nizham al-Mulk juga bertindak menghindari perebutan kekuasaan setelah meninggalnya sultan, dengan cara mengumumkan dan menunjuk Maliksyah sebagai putra mahkota yang akan 14 Dewan Redaksi Ensiklopedi, dalam Ensiklopedi Islam, jilid 4, hal. 43 menggantikan sultan. Hubungan dengan Khilafah Abbasyiah sebagai penguasa tertinggi dunia Islam ketika itu juga dijalin dengan baik oleh Nizam al-Mulk sehingga ia mendapat penghargaan dari Khalifah al- Qa’im dari Abbasyiah berupa gelar Qiwam ad-Din Pendukung Agama dan Radi Amir al- Mu’minin yang meridhai dan pemimpin orang-orang beriman. Nizam al-Mulk tetap menjadi perdana menteri Dinasti Saljuk, bahkan setelah Alp Arslan terbunuh pada tahun 165 H1072 M dan digantikan oleh Maliksyah. Jadi Nizham al-Mulk memerintah dua priode pemerintahan, yaitu pada masa Sultan Alp Arselan dan Maliksyah. Pada priode Sulttan Alp Arselan Nizham al-Mulk dikenal sebagai perdana menteri yang berpaham Asy’ariyah dan mengusahakan penyebarannya melalui madrasah-madrasah di beberapa kota dalam wilayah Dinasti Salajuk. Madrasah terkenal yang didirikannya adalah Madrasah Nizamiyah di Baghdad, yang diresmikan pada tahun 459 H1067 M. Menurut Philip K. Hitti, Madrasah Nizamiyah merupakan contoh awal dari perguruan tinggi yang menyediakan sarana belajar yang memadai bagi para penuntut ilmu. Diantara ulama’ yang mengajar di Madrasah Nizamiyah adalah Syekh Abu Ishaq asy-Syirazi, Syekh Abu Nasr bin as-Sabbagh dan Syekh Abu Mansur bin Yusuf bin Abdul Malik. Cabang-cabang Nizamiyah kemudian juga didirikan di hampir kota di Irak dan Khurasan. Usaha Nizham al-Mulk mendirikan madrasah dan lembaga keagamaan lainnya mendapa t dukungan dari ulama’-ulama’ yang bermazhab Syafi’i dan dalam teologi beraliran Asy’ariyah. Para ulama tersebut bergembira dengan naiknya Nizam al-Mulk dan kebijaksanaannya mengembalikan nama baik ulam- ulama Asy’ariyah yang dikutuk oleh Perdana Menteri al-Kunduri pada masa Sultan Tugril Bek. Pada masa al- Kunduri aliran Asy’ariyah bersama dengan Rafidah dikutuk melalui mimbar- mimbar masjid, sehingga banyak ulama’ yang melarikan diri, seperti Imam al- Haramain Abu Ma’ali al-Juwaini dan al-Qusyairi. Ulama-ulama baru mau kembali ke negeri mereka setelah Nizham al-Mulk menjadi perdana menteri dan melarang pengutukan Asy’ariyah di mimbar-mimbar masjid. Perannya pada masa Sultan Maliksyah bertambah besar dibanding sebelumnya. Ia dipercaya oleh Sultan Maliksyah, yang ketika naik tahta berumur 18 tahun, untuk mengatur pemerintahan dan menjalankan keputusan politik. Oleh Sultan ia diberi gelar Ata Beq, artinya amir yang dianggap ayah. Ia tetap menjalankan politik kerjasama dan taat kepada Khalifah Abbasyiah, di antaranya dengan mengawinkan sorang putrinya kepada Khalifah Abbasyiah, ketika itu al- Muqtadi bin Amr Allah. Pada tahun 479 H 1086-1087 M ia menghapuskan khumus pajak yang tidak dikenai sanksi syariat, dan meningkatkan sarana dan prasarana bagi mereka yang menunaikan ibadah haji. Setelah Hedzjaz kembali kepada kekhalifahan Abbasyiah dari kekuasaan Dinasti Fatimiyah pada tahun 468 H1076 M, ia mengamankan jalur perjalanan haji dari Irak ke Tanah Suci dengan memberantas perampok- perampok yang mengancam jama’ah haji. Selain itu, ia memprakarsai perluasan Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah, serta pendirian tempat-tempat khusus bagi para abid, zahid dan faqih, serta pendirian rumah sakit di Nisabur.