Metode Penelitian Peran madrasah nizhamiyah pada masa nizham al-mulk 1065-1072 M

F. Sistematika Penulisan

Untuk menyajikan laporan penelitian, yang jelas dan sistematis tentang materi yang terkandung dalam skripsi ini, penulis menyusun sistematika penulisan ke dalam 5 bab , dengan urutan sebagai berikut: Pada bab pertama pembahasan akan bertumpu seputar latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua, merupakan bab yang membahas seputar Dinasti Saljuk, biografi Nizham al-Mulk, sejarah berdirinya Madrasah Nizhamiyah dan motif didirikannya Madrasah Nizhamiyah. Bab ketiga, merupakan bab yang akan membahas tentang usaha-usaha yang di lakukan Madrasah Nizhamiyah untuk mencapai tujuannya, melalui Sistematika lembaga Madrasah Nizhamiyah, Kurikulum Madrasah Nizhamiyah, dan Metode Pengajarn Madrasah Nizhamiyah. Selanjutnya, bab empat akan membahas mengenai peran Madrasah Nizhamiyah pada masa Nizham al-Mulk, dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, serta menyebutkan ulamatokoh-tokoh yang berperan dalam Madrasah Nizhamiyah. Bab kelima merupakan kesimpulan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan, dan berisi saran. 14

BAB II KEPEMIMPINAN NIZHAM AL MULK PADA MASA DINASTI SALJUK

DAN MADRASAH NIZHAMIYAH A. Dinasti Saljuk Saljuk merupakan berasal dari kabilah kecil keturunan Turki, yakni kabilah Qunuq. Kabilah ini bersama dua puluh kabilah kecil lainnya bersatu membentuk rumpun Ghuz. Pada awalnya gabungan kabilah ini tidak memiliki nama, hingga munculah tokoh Saljuk Ibn Tuqaq yang mempersatukan mereka dengan memberi nama Saljuk. 1 Negeri asal mereka terletak di kawasan utara laut Kaspia dan laut Aral dan mereka memeluk agama Islam pada akhir abad ke-4 H10M dan lebih kepada mazhab Sunni. Pada mulanya Saljuk ibn Tuqaq mengabdi kepada Bequ, raja daerah Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab dan laut kaspia. Saljuk diangkat sebagai pemimpin tentara. Pengaruh Saljuk sangat besar sehingga Raja Bequ khawatir kedudukannya terancam. Raja Bequ bermaksud menyingkirkan Saljuk. Namun sebelum rencana itu terlaksana Saljuk mengetahuinya. Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak tetapi bersama dengan para pengikutnya ia berimigrasi ke daerah Jand atau disebut juga wama wara’a al- Nahar, sebuah daerah muslim di wilayah Transoxiana antara sungai Ummu Driya 1 K. Ali. Sejarah Islam Tarikh Pramodern, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997, cet.2, hal. 270 dan Syrdarya atau Jihun. 2 Mereka mendiami daerah ini atas izin penguasa Dinasti Samaniyah yang menguasai derah tersebut. Bangsa Turki Saljuk adalah pemeluk Islam yang militan. Masyarakat Turki Saljuk memeluk Islam diperkirakan jauh sebelum mereka memasuki daerah Jand, tetapi kemungkinan besar mereka memeluk agama Islam setelah terjadinya interaksi sosial dengan masyarakat Islam di Jand itu sendiri. Beberapa sarjana berkebangsaan Rusia mengatakan bahwa masyarakat Turki Saljuk memeluk Islam setelah mereka memeluk agama Kristen, dengan melihat nama anak-anak Saljuk yang memiliki kemiripan dengan nama-nama yang ada di dalam kitab Injil, yaitu Mikail, Musa, Israil, dan Yunus. Akan tetapi kemungkinan ini sulit diterima, terutama setelah melihat dan mempelajari tradisi yang ada pada mereka. 3 Perkembangan Dinasti Saljuk dibantu oleh situasi politik di wilayah Transoksania. Pada saat itu terjadi persaingan politik antara Dinasti Samaniyah dengan Dinasti Ghaznawiyah ,dalam persaingan ini Saljuk cenderung untuk membantu Dinasti Samaniyah. 4 Ketika dinasti Samaniyah dikalahkan oleh Dinasti Ghaznawiyah, Saljuk menyatakan memerdekakan diri. Ia berhasil mengusai wilayah yang tadi dikusai oleh Dinasti Samaniyyah. 5 Setelah Saljuk bin Tuqaq meninggal, kepemimpinan Dinasti Saljuk dipimpin oleh Israil ibn Saljuk dan kemudian penggantinya diteruskan oleh Mikail, karena setelah beberapa saat itu saudaranya dapat ditangkap oleh Ghaznawiyah dipimpin oleh Sultan Mahmud. 2 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Jakarta: RajaGrafindo Persada,1998, hal.7 3 Syafiq A Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hal. 14 4 Ibid 5 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal.73 Kepemimpinan kaum Saljuk selanjutnya di pegang oleh Thugril Bek, cucu Saljuk Ibn Tuqaq. Selang beberapa waktu kemudian, Sultan Mahmud pun meninggal dunia, dan kematiannya telah memberi jalan ke arah kejayaan kaum Saljuk, karena anaknya, Mas’ud al-Ghaznawi gagal memenuhi kekosongan besar yang ditinggalkan oleh ayahnya. Ia pun tewas di tangan kaum Saljuk di medan pertempuran Sarakhs pada tahun 429 H1036 M, dan memaksanya mundur ke India dengan meninggalkan daerah Khurasan. 6 Setelah keberhasilan tersebut, Thugril memproklamirkan berdirinya Dinasti Saljuk. Pada tahun 432 H1040 M dinasti ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. Disaat kepemimpinan Thugrul Bek 1037-1063 M inilah, pada tahun 1055 M Dinasti Saljuk memasuki Baghdad menggantikan Dinasti Buwaihi. 7 Sebelumnya Thugril berhasil merebut daerah Marwa dan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawi, Balkh, Jurjan, Tabaristan, Khawarizm, Ray dan Isfahan. 8 Pada tahun ini juga Thugrul Bek mendapat gelar dari khalifah Abbasiyah dengan Rukh al-Daulah Yamin Amir al-Muminin. Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun tidak dijadikan pusat pemerintahan. Thugril Bek memilih kota Naisabur dan kemudian kota Ray sebagai pusat pemerintahan. Dinasti-dinasti ini sebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan Dinasti Saljuk kembali mengakui kedudukan Bagdad. Bahkan mereka menjalin keutuhan dan keamanan Abbasiyah. 6 Ahmad Syalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 3, Jakarta: Pustaka Al- Husna, 1993, cet. 1, hal. 336 7 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Jakarta: PT Hidakarya Agung,1990, hal. 85