1. Tidak ada seorangpun ahli sejarah klasik yang mengatakan bahwa
mata pelajarannya ada ilmu kedokteran, ilmu falak, dan ilmu-ilmu pasti. Mereka hanya menyebutkan bahwa di antara pelajarannya adalah
nahwu, ilmu kalam dan fiqih. 2.
Guru- guru yang mengajar di Madrasah Nizhamiyah adalah ulama- ulama Syariah, seperti Abu Ishaq As Syirazi, Al Ghazali, Ibnu Jauzi
masih banyak yang lainnya. Dan tidak ditemukan atau dikenal bahwa di Madrasah Nizhamiyah ada seorang guru filsafat, maka madrasah
Nizhamiyah di kenal dengan Madrasah Syariah. 3.
Pendiri madarasah Nizhamiyah bukanlah orang yang membela ilmu filsafat dan bukan pula orang yang membantu pembebasan filsafat.
4. Zaman berdirinya Madrasah bukanlah zaman filsafat, melainkan
zaman menindas filsafat dan orang-orang filosof.
13
Dengn terfokusnya pengajaran Madarash Nizhamiyah kepada ilmu ilmu Syariah, tentunya ilmu fiqih mendapat prioritas utama. Pembahasan fiqih yang
menyangkut hampir semua masalah masalah kemasyarakatan, memang tepat sebagai bekal untuk calon calon birokrat atau pemimpin masyarakt ketika itu.
Pengajaran fiqih yang bertumpu kepada pemahaman sumber-sumber yang berbahasa Arab. Maka penguasaan bahasa Arab beserta ilmu pendukungnya
sangatlah ditekankan. Oleh karena itu, disamping fiqih dan tauhid, bidang-bidang ilmu agama
lainnya seperti ushul fiqih, lmu- ilmu Al Quran, Hadits Nabi, dan Akhlaq juga diajarkan di Madrasah Nihamiyah. Hal ini karena setiap muslim wajib mengetahui
13
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, hal. 74
dan paham terhadap ajaran agama Islam. Dan untuk memahami ini semua pastilah melalui pelajaran-pelajaran tersebut. Jadi demikian bahwa cabang- abang ilmu
agama lain seperti nahwu, sharaf dan Adab juga disajikan sebagai materi pelajaran pelengkap.
Ali Anwar, dalam penelitiannya pun mengemukakan tentang peranan Madrsah Nizhamiyah dalam proses transmisi ilmu-ilmu keagamaan dan ilm-ilmu
agama yang di transmisikan Madrsah Nizhamiyah adalah Al Qur’an dan tafsirnya, hadits, fiqih, kalam dan kesusastraan Arab sebagai penunjangnya.
14
Penekanan kajian kepada ilmu-ilmu keagamaan ini terkait dengan klasifikasi dan hirarki
ilmu, di mana ilmu-ilmu keagamaan di anggap mempunyai supermasi lebih bila di bandingkan ilmu-ilmu umum.
Ibnu Jauzi menyebutkan bahwa dokumen wakaf Nizham Al- Mulk khususnya yang berkaitan dengan Madrasah Nizhamiyah Baghdad, beliau
menyebutkan, bahwa hendaknya di madrasah Nizhamiyah terdapat pakar tata bahasa.
15
Hal itu membuktikan bahwasannya di madrasah Nizhamiyah bukan hanya ilmu agama saja yang di ajarkan, akan tetapi ilmu tata bahasa pun di
perhatikan, mengingat untuk memahami kitab-kitab dibutuhkan keterampilan khusus ntuk memahaminya.
Maka dari Uraian di atas, hemat penulis dalam masalah kurikulum Madrasah Nizhamiyah dapat disimpulkan bahwa, kurikulum Madrasah
Nizhamiyah dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu:
14
Ali Anwar, “Peran Madrasah Nizhamiyah dalam Proses Transmisi Ilmu Keagamaan”, dalam Nizamia Jurnal Pendidikan Islam, vol 9, nomor 1, Juni 2006 , hal.13
15
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk, hal. 489 lihat Al- Muntazham, vol 9, hal. 66
a. Ilmu-ilmu agama semacam: ilmu al-Qur’an, hadis, tafsir, fiqih,
ushul fiqih, ilmu kalam, dan disiplin-disiplin lain yang tergolong dalam kelompok ini. Meskipun deskripsi madrasah-madrasah
menunjukkan adanya variasi dalam hal penekanan dan porsi yang ditempati dalam kurikulum, secara umum kelompok ilmu ini
adalah bagian inti dari kurikulum semua madrasah. Ilmu fiqih dan teologi yang di ajarkan sesuai dengan mazhab yang di anut oleh
kepala pemerintahan dan para pemberi wakaf, yaitu mazhab Asy- Syafi’i untuk ilmu fiqih dan Al- Asy’ari untuk Teologi.
b. Ilmu-ilmu sastra yang dibutuhkan untuk mendukung kajian ilmu-
ilmu agama juga diajarkan di madrasah, tetapi bukan menjadi bagian utama dari kurikulum. Deskripsi madrasah terdahulu
menunjukkan bahwa ahli gramtika bahasa Arab nahwi adalah merupakan bagian dari staf beberapa madrasah; namun posisinya
jelas tidak sepenting posisi mudarris yang mengajarkan ilmu-ilmu agama.
C. Metode Pengajaran Madrasah Nizhamiyah
Metode pengajaran yang di terapkan di Madrasah Nizhamiyah sangat berfariasai. Mengenai metode yang di pakai, Nizham al-Mulk sangat
memperhatikan metode pengajaran apa saja yang sesuai untuk merealisasikan tujuan yang diinginkan.
16
Gambaran jelas mengenai proses belajar mengajar di Madrasah Nizhamiyah ini telah di uraikan oleh pengembara kontemporer, Ibn
Zubair yang mengunjungi madrasah pada tahun 1184 M, dia menulis:
16
Abd Al Majid Abd Al Futuh Badawi, Al Tarikh Al Syiyasi wa Al Fikri, Al Manshur al Wafai, 1988, hal. 185
“ketika siswa sudah masuk kelas, dosen pengajar menaiki podium atau mimbar dan siswa duduk di atas kursi tanpa sandaran di depannya, lalu
membaca atau melagukan Al Qur’an. Syeikh menyampaikan amanat dengan menerjemahkan satu bagian dari Al ur’an yang kaya ajaran, dan membahas
penerapan kebiasaan yang berkaitan dengan hadits Nabi.
17
Dalam Ensiklopedi Islamapun dijelaskan bahwa pengajaran di Madrasah Nizhamiyah berjalan dengan cara, para guru berdiri di depan ruang kelas,
menyajikan materi-materi kuliah ceramah talqin, sementara para siswa duduk mendengarkan di atas meja-meja keil yang di sediakan. Kemudian di lanjutkan
dengan dialog atau diskusi munaasyah Tanya jawab antara guru dan para siswa,mengenai materi yang disajiakan, dalam suasana semangat keilmuan yang
tinggi.
18
Dalam seumber lain pun disebutkan, mengenai metode pengajaran yang dilakukan Madrasah Nizhamiyah, yakni dalam proses belajar ilmu fiqih seorang
guru menguraikan materi kedalam sebuah silabus yang di sebut dengan ta’liqah.
19
Karangan ini disusun oleh masing-masing tenaga pengajar berdasarkan catatan perkuliahannya selagi menjadi mahasiswa, bacaannya, dan kesimpulan pribadinya
tentang topik terkait.
17
Ali Anwar, “Peran Madrasah Nizhamiyah dalam Proses Transmisi Ilmu Keagamaan”,...., hal.12.
18
Dewan Redaksi Ensiklopedi , dalam Ensiklopedi Islam, Jilid 4 Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve 1997, hal.45.
19
Ta’liqah adalah debat tertulis, yaitu dengan mengemukakan satu pertanyaan diikuti dengan jawaban negatif dan positif, serta penyelesaian yang tepat dengan sedikit rasionalisasi
untuk mencapai kesimpulan. Lihat Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Priode Klasik dan pertengahan, Jakarta: PT. Raja Grafondo, 200 Cet. 1, hal.68.
Al Ghazali berpendapat mengenai metode pengajaran di Madrasah Nizhamiyah, Al Ghazali menganjurkan para muridnya untuk menghafal, Al-
Ghazali merasakan betapa pentingnya menghafal ketika ia mengalami buku- bukunya dirampas perampok dalam perjalanan. Ia mengatakan ambillah semua
hartaku, tapi jangan ambil buku-buku itu. Kejadian ini membuat beliau menghabiskan waktunya selama tiga tahun untuk menghafal. Melalui hafalannya
itu ia tidak takut lagi untuk bepergian. Dengan uraian- uraian yang telah di sebutkan di atas dapat di simpulkan
bahwa metode pengajaran yang dipakai oleh Madrasah Nizhamiyah yakni berbagai maca metode yang dipakai, di antaranya ialah, imla, diskusi mudakarah,
ceramah, menghafal, brikut uraiannya:
1. Metode Hafalan
Pada masa Islam klasik hafalan memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini selain dikarenakan daya hafal bangsa Arab yang kuat, juga
dikarenakan memang hanya hafalanlah yang efektif digunakan pada masa itu. Ditambah lagi pada masa itu media simpan ilmu pengetahuan belum memadai
jumlah dan penyediaannya. Kondisi ini mempengaruhi metode pembelajaran yang diterapkan dalam
kgiatan pendidikan Islam pada masa itu. Dalam catatan sejarah ditemukan bahwa anak-anak mulai belajar dengan menghafal bebeapa surat dari al-
Qur’an dan kewajiban agama seperti sembahyang dan puasa.
Menghafal sangat penting dalam hal pembelajaran, seseorang dapat menghafal apabila ada pemahaman terhadap konteks yang dihafal. Untuk
memudahkan cara menghafal, al-Khatib menganjurkan agar murid selalu duduk pada posisi yang dapat mendengar secara jelas terhadap apa yang diucapkan guru.
Selain itu suasana haruslah tenang dan mendengarkan dengan seksam apa yang diucapkan guru.
20
Pentingnya metode hafalan
21
ini juga dirasakan ulama Madrasah Nizhamiyah sebagaimana komentar yang beliau utarakan berikut ini, Al-Ghazali
merasakan betapa pentingnya menghafal ketika ia mengalami buku-bukunya dirampas perampok dalam perjalanan. Ia mengatakan ambillah semua hartaku,
tapi jangan ambil buku-buku itu. Kejadian ini membuat beliau menghabiskan waktunya selama tiga tahun untuk menghafal. Melalui hafalannya itu ia tidak
takut lagi untuk bepergian. Adapun waktu yang baik untuk menghafal sebagaimana yang dilakukan Imam al-Ghazali dan al-Kiya al-Harrasi adalah
sebelum Shubuh dan tempat yang baik untuk menghafal adalah ruangan yang agak jauh dari keributan.
22
2. Metode Ceramah
Salah satu metode yang dipergunakan oleh para guru besar Madrasah- madrasah Nizamiyah adalah metode ceramah thariqat al-muhadharat; method of
lectures. Josep Hall, seorang pakar sejarah Arab, ketika menjelaskan tentang pelaksanaan metode ceramah pada perguruan tinggi-perguruan tinggi di Baghdad,
didalam bukunya yang berjudul The Arab Civilization Perabadan Arab mengatakan bahwa setiap Muslim berhak mengikuti ceramah-ceramah itu, tidak
20
George A. Makdisi, Cita Humanisme Islam Panorama Kebangkitan intelektual dan Budaya Islam dan Pengaruhnya Terhadap Reinesans Barat,….hal.102
21
Ibid, hal. 101
22
Ibid