pembelajaran, tugasnya adalah menyampaikan pelajaran kepada para pelajar dan membantu mereka memahaminya. Karena itu,
pembantu dosen ini membutuhkan kemampuan diplomasi dan memiliki wawasan dn pengetahuan yang luas, oleh karena itu,
pembantu dosen ini terdiri dari pengajar di madrasah atau lembaga pendidikan lainnya.
6
3 Jenjang pelajar
Jenjang pertama yang di peroleh palajar ialah sebagai tilmidz atau thalib siswa. Kemudian setelah mendapatkan pengetahuan yang mendalam atau luas
disebut mutssaqaf terpelajar dan kemudian faqih ahli fikihpakar. Apabila kemudian ia melanjutkan studinya denagn metodenya itu dan tetap dan
mendapingi gurunya agar ilmunya lebih sempurna. Seringkali dosen pengampu mengangkatnya sebagai pembantunya untuk mengajarkan materi pelajaran, dan
mentranskip karya-karyanya di bawah bimbingannya.
7
B. Kurikulum Madrasah Nizhamiyah
Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa dalam suatu periode tertentu. Dalam arti yang lebih luas,
kurikulum sebenarnya bukan hanya sekedar rencana pelajaran, tapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
8
Dalam bukunya, Makdisi mengemukakan tentang kurikulum pendidikan pada masa klasik, Makdisi menggambarkan secara garis besar tentang kurikulum
6
Ibid
7
Ibid
8
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Rosdakarya, 1992, hal.53.
itu sendiri yang diajarkan di madrasah. Ilmu-ilmu agama jelas mendominasi madrasah, seperti juga lembaga-lembaga sebelumnya, masjid dan masjid-khan.
Sejauh pengetahuan kita sekarang, tidak ada dokumen tertulis yang berisi rincian kurikulum satu madrasah. Hal ini memang sulit untuk diharapkan mengingat
sifat-sifat dasar madrasah. Pertama, tidak adanya ikatan organisatoris antara satu madrasah dengan yang lain. Setiap madrasah bebas menentukan materi dan
sistem pengajarannya sendiri sesuai dengan keinginan pemberi wakaf waqif yang mendukung operasinya. Kedua, setiap syaikh atau mudarris bebas memilih
bidang yang dia ajarkan; sekali lagi, dia hanya terikat dengan waqfiyyah dari lembaga tempatnya mengajar.
Hal yang sama pun dikemukakan oleh Azyumardi dalam pengantar buku, “karena memang lembaga-lembaga ini dikuasai oleh mereka yang ahli agama, dan
tidak kalah pentingnya adalah tidak otonomnya madrasah dari tanah waqaf yang diberikan oleh para dermawan dan penguasa politik. Motivasi kesalehan
mendorong para dermawan untuk mengarahkan madrasah bergerak dalam bidang ilmu-ilmu agama karena di anggap mendatangkan pahala. Di pihak lain, para
penguasa politik pemrakarsa pendirian madrasah, apakah karena didorong oleh motivasi politik atau motivasi murni untuk menegakkan “ortodoksi” Sunni, sering
mendikte madrasah untuk tetap berada dalam kerangka “ortodoksi itu sendiri”.
9
Mengenai rencana pengajaran di Marasah Nizhamiyah ini tidak diketahui dengan jelas, karena tidak ditemukan dalam bentuk dokumen tertulis yang berisi
rincian kurikulum madrasah , namun dari teori yang dikemukakan oleh makdisi
9
Azyumardi Azra “Pendidikan Tinggi dan Kemajuan Sains: Sebuah Pengantar” dalam Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam: Pada Periode Klasik dan Pertengahan, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 125
mengenai kuikulum madrasah, dan pendapat Azumardi Azra dalam pengantar sebuah buku, kita dapat menyimpulkannya, Bahwa kurikulum madrasah
Nizhamiyah hanya mengajarkan ilmu-ilmu tentang agama dan sangat terikat oleh pemberi wakaf. Seperti yang tertera dalam dokumen wakaf Madrasah
Nizhamiyah yang menjelaskan tentang kurikulum, di dalam dokumen tersebut tidak di jelaskan mengenai kurikulumnya akan tetapi hanya di jelaskan mengenai
penerima wakaf, y aitu “ia mewakafkan hartanya bagi para sahabat Asy-Syafi’i
tulen. Begitupun dengan tenaga pengajar, penceramah dan petugas perpustakaan, semuanya harus menganut mazhab Syafi’i”.
10
Dan sejarawan Ali Muhmad Ash- Shalabi mengemukakan dalam bukunya bahwa perhatian lembaga- lembaga
Madrasah Nizhamiyah ini hanya memfokuskan pada dua materi inti, yaitu: fikih berdasarkan mazhab Imam Asy-
Syafi’i dan perinsip-perinsip akidah berdasarkan mazhab Abu Hasan Al-
Asy’ari.
11
Menurut bukti bukti di bawah ini rencana kurikulum pengajarannya hanya ilmu-
ilmu syariah saja dan berpusat pada Al Qur’an membaca, menulis dan menghafal, sastra arab sejarah Nabi saw dan berhitung, dengan
menitikberatkan pada mazhab Asy- Syafi’i
12
dan system teologi Al- asy’ari,
sedangkan ilmu- ilmu hikmah filsafat tidak ada, karena kita ketahui bahwa pada masa Dinasti Saljuk filsafat ditindas. Adapun buktinya adalah sebagai berikut:
10
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk, hal. 489 lihat Al- Muntazham, vol 9, hal. 66
11
Namun ada pendapat lain, Eliade menilai bahwa Madrasah Nizhamiyah tidak mengajarkan doktrin teologi Asyariyah. Dalani artian, bahwa kajian ke-sunni-an yang
diselenggarakan di madrasah Nizhamiyah hanya terbatas pada aspek fiqh-nya dan tidak pada tataran diskursus kalam. la menambahkan bahwa mata kajian yang dilaksanakan di dalamnya
adalah. kajian hukum, hadits, tata bahasa Arab dan pembacaan alQuran. Lihat Mirce Eliade ed., Encyclopedia of Religion, vol. 9 New York: Simon and Schester McMiilan, 1993, h. 451.
12
Asy- Syafi ’i adalah adalah ulama atau Mujtahid di bidang fiqih dan salah seorang dari
empat imam mazhab yang terkena ldalam Islam. Yang lahir di Kairo pada 20 Januari 820 M 204 H. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,Ensiklopedi Islam Jilid.4 Jakarta; PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, Cet. XI, 2003, hal.
1. Tidak ada seorangpun ahli sejarah klasik yang mengatakan bahwa
mata pelajarannya ada ilmu kedokteran, ilmu falak, dan ilmu-ilmu pasti. Mereka hanya menyebutkan bahwa di antara pelajarannya adalah
nahwu, ilmu kalam dan fiqih. 2.
Guru- guru yang mengajar di Madrasah Nizhamiyah adalah ulama- ulama Syariah, seperti Abu Ishaq As Syirazi, Al Ghazali, Ibnu Jauzi
masih banyak yang lainnya. Dan tidak ditemukan atau dikenal bahwa di Madrasah Nizhamiyah ada seorang guru filsafat, maka madrasah
Nizhamiyah di kenal dengan Madrasah Syariah. 3.
Pendiri madarasah Nizhamiyah bukanlah orang yang membela ilmu filsafat dan bukan pula orang yang membantu pembebasan filsafat.
4. Zaman berdirinya Madrasah bukanlah zaman filsafat, melainkan
zaman menindas filsafat dan orang-orang filosof.
13
Dengn terfokusnya pengajaran Madarash Nizhamiyah kepada ilmu ilmu Syariah, tentunya ilmu fiqih mendapat prioritas utama. Pembahasan fiqih yang
menyangkut hampir semua masalah masalah kemasyarakatan, memang tepat sebagai bekal untuk calon calon birokrat atau pemimpin masyarakt ketika itu.
Pengajaran fiqih yang bertumpu kepada pemahaman sumber-sumber yang berbahasa Arab. Maka penguasaan bahasa Arab beserta ilmu pendukungnya
sangatlah ditekankan. Oleh karena itu, disamping fiqih dan tauhid, bidang-bidang ilmu agama
lainnya seperti ushul fiqih, lmu- ilmu Al Quran, Hadits Nabi, dan Akhlaq juga diajarkan di Madrasah Nihamiyah. Hal ini karena setiap muslim wajib mengetahui
13
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, hal. 74