Pendidikan Motif Berdirinya Madrasah Nizhamiyah

. Nizham al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu untuk memperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan mazhab keagamaan pemerintahan. Karena sultan-sultan Turki adalah dari golongan ahli sunnah, sedangkan pemerintahan Buwaih yang sebelumnya adalah kaum Sy i’ah, 27 oleh sebab itu Madrasah Nizamiyah adalah untuk menyokong sultan dan menyiarkan mazhab ahli sunnah ke seluruh rakyat. Untuk memberantas mazhab-mazhab yang ditanamkan oleh golongan syi’ah kepada rakyat yang dianggap batil, maka Nizham al-Mulk berupaya semaksimal mungkin mendirikan madrasah Nizamiah untuk menanamkan mazhab ahli sunnah yang dianggap lebih benar karena kepercayaan yang berdasarkan pelajaran-pelajaran agama yang benar yang lebih memprioritaskan al- Qur’an dan sunnah. Penanaman kepercayaan, menarik perhatian pelajar atau mahasiswa dalam belajar, dan sikap sangat setia kepada khalifah dapat mengukuhkan mazhab ahlussunnah dan melemahkan pengaruh kedudukan syi’ah, karena perhatian ahlussunnah sangat besar terhadap ilmu fikih yang terdapat dalam empat mazhab fikih. Nizham al-Mulk lebih memilih Madrasah dibanding dengan institusi lain seperti Masjid karena faktor politik, dijelaskan oleh George Makdisi dalam bukunya, yaitu: “Why did Nizham Al Mulk choose to endow a netwok of Madrasas rather than a netwok of masjid?.... The answer, it seems to me, it that the madrasa alon, alredy in existene as an ainstitution, could answer his particular need. He founded his network of madrasa to implement his political-policies throughout the vast lands of the empire under his sway. The institution which could best lend itself to such use had to be one which could be establishied without ties of an official religious nature such us to bring it under the jurisdiction of the caliph, as in the 27 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990, hal.172. jami’ where the Chaliph was the final appointing authority, or in the masjid where the imam was responsible to the Caliph, or even in madrasa whose administrative committee represented the community of the local school of law. To manipulate a cathedral mosque or a mosque-college was out of the question. Therefore the institution Nizam choose as an instrument of his policies was one whose administration ould be kept outside the reach of the Caliph’s authority, an authority which had its place the public opinion of the times”. 28 Sebagai seorang wazir, tindakan Nizham al-Mulk membangun jaringan madrasah tidak mungkin terpisah dari kerangka kerja politiknya secara umum. Untuk membangun satu pemerintahan yang stabil dia jelas membutuhkan hubungan baik dengan para ulama yang pada gilirannya berarti hubungan baik dengan massa secara keseluruhan. Madrasah Nizamiyah berfungsi sebagai alat dalam hal ini, Nizham al-Mulk menggunakan madrasah sebagai alat untuk melindungi kelompok Syafi’iyah dan kelompok Asy’ariyah yang berafiliasi dengan mer eka Syafi’iyah dan dengan demikian membentuk satu kelompok yang akan mendukung kebijakan-kebijakannya. Para ulama ini dididik dan mengajar pada lembaga-lembaga yang dapat dikontrol oleh Nizham al-Mulk melalui otoritasnya dalam pengangkatan staf. 29

3. Konflik antar kelompok keagamaan

Karir politik Nizam al-Mulk secara langsung berkaitan dengan kondisi politik pada masa itu. Pada abad ke-5 terjadi konflik antara kelompok kelompok keagamaan dalam Islam. Misalnya kelompok Syi’ah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, Hanafia h, Hanbaliah dan Syafi’iyah. Ketika Khalifah Abbasyiah lemah, berdiri dinasti baru yaitu, D inasti Buwaih yang beraliran Syi’ah Ismai’liyah yang 28 George Makdisi, Religion, law and Learning in Classial Islam, Great Britain: Variorum, 1991 hal. 51. 29 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990, hal.84. mendukung pemikiran rasional dan menganut paham teologi yang sama dengan Mu’tazilah. Pada masa itu, pengajaran ilmu-ilmu filosofis dan ilmu pengetahuan yang dulu dijauhi oleh masyarakat Sunni dihadapkan kembali. Banyak tokoh Mu’tazilah yang diberi posisi penting dalam pemerintahan. Merespon hal ini Dinasti Saljuk merasa bertanggung jawab untuk melancarkan propaganda melawan paham Syi’ah yang telah ditanamkan bani Buwaihi. Sebelum Dinasti Saljuk berkuasa, kekuasaan atas sebagian besar wilayah Islam dipegang oleh dinasti Buwaihi 945-1055 dan dinasti Fatimiyah yang beraliran Syi’ah. 30 Irak, Iran dan belahan Timur lainnya dikuasai di kuasai oleh Dinasti Buwaihi, sedangkan Mesir, Afrika Utara dan Syria berada di bawah kekuasaan Dinasti Fatimi yah. Selama itu, faham Syi’ah yang dianut oleh kedua dinasti tersebut berkembang luas di tengah-tengah masyarakat. Pada masa kekuasaan Tugril Bek, dengan Kunduri sebagai wazirnya, di Nisabur, masih sempat terjadi pertumpahan darah dalam suatu kekacauan yang timbul akibat pertentangan kelompok Syi’ah yang fanatik dengan kaum Sunni. Keadaan menjadi tidak aman sehingga beberapa tokoh ulama Sunni, seperti al- Qusyairy dan Juwaini terpaksa meninggalkan Nisabur, mengungsi beberapa tahun ke daerah lain. Pada masa Dinasti Buwaihi, para Khalifah Abbasiyah benar-benar tinggal namanya saja. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada dibawah amir-amir Dinasti Buwaihi. Kekuasaan Khalifah Abbasiyah laksana boneka. Khalifah Abbasiyah hanya memegang kekuasaan de jure sedangkan Buwaihi memegang 30 Shaban, Islamic History, A New Interpretation, Jilid II, Cambridge:Cambridge University Press, 1981, hal.56