commit to user 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tinggi Tanaman cm
Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman menjadi semakin besar dan juga
yang menentukan hasil tanaman. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai
parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan Sitompul dan Guritno, 1995.
a b
c
Gambar 1. Tinggi Tanaman Baby Kailan pada Berbagai Frekuensi Penggenangan Nutrisi Sistem Hidroponik Ebb and Flow
dengan Tinggi Genangan 50 a, 70 b, dan 90 c
Pada ketinggian genangan 50, dapat diketahui bahwa frekuensi penggenangan 2 hari sekali cenderung memiliki laju pertumbuhan tinggi
commit to user 16
tanaman tercepat bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari dan 2 kali sehari dari minggu ke minggu. Pada ketinggian genangan
70, umur 1 sampai 2 MST frekuensi penggenangan 2 hari sekali memberikan tinggi tanaman tertinggi. Tetapi ketika tanaman berumur 3
sampai 4 MST, frekuensi penggenangan 2 kali sehari cenderung memberikan tinggi tanaman yang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pada
ketinggian genangan 90, umur 1 sampai 2 MST, laju pertumbuhan tinggi tanaman pada berbagai frekuensi penggenangan sejajar, pada 3 MST frekuensi
penyiraman 2 hari sekali lebih mendominasi tinggi tanaman baby kailan. Tetapi ketika tanaman berumur 4 MST, perlakuan frekuensi penggenangan 2
kali sehari cenderung memberikan hasil tinggi tanaman tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. lihat Gambar 1.
b a
c
Gambar 2. Tinggi Tanaman Baby Kailan pada Berbagai Ketinggian Genangan Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan Frekuensi Penggenangan
Nutrisi 2 Hari Sekali a, 1 Kali Sehari b dan 2 Kali Sehari c.
commit to user 17
Pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali, dapat diketahui bahwa tinggi genangan 90 cenderung memberikan hasil rerata tinggi tanaman tertinggi
dari minggu ke minggu bila dibandingkan dengan tinggi genangan lainnya. Pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari, dapat diketahui bahwa pada umur
1 sampai 2 MST tinggi genangan 90 memberikan tinggi tanaman yang tertinggi. Kemudian pada umur 3 sampai 4 MST, ketinggian genangan 70
cenderung memberikan hasil rerata tinggi tanaman yang tertinggi dibandingkan dengan tinggi genangan lainnya. Pada frekuensi penggenangan
2 kali sehari, dapat diketahui bahwa tinggi genangan 70 dan 90 saling berhimpit dari minggu ke minggu hingga pada umur 4 MST ketinggian
genangan 70 cenderung lebih meningkat dibandingkan 90. Sedangkan pada ketinggian genangan 50 memberikan hasil yang lebih rendah
dibandingkan perlakuan lainnya. lihat Gambar 2. Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman cm Baby Kailan Umur 4 MST Hasil
Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu baris dan kolom dinyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan perbandingan uji T pada taraf
α 5
Tinggi Genangan Frekuensi Penggenangan per 2 hari
1 2 4 Rerata Tinggi Tanaman cm
50 8,1 a
8,0 a 8,5 a
7,2 a 8,5 a
7,7 a 7,9 a
9,0 a 8,9 a
70 90
1 = Frekuensi penggenangan 2 hari sekali 2 = Frekuensi penggenangan 1 kali sehari
4 = Frekuensi penggenangan 2 kali sehari
Pada ketinggian genangan 50, 70, dan 90 menunjukkan rerata tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata baik pada frekuensi penggenangan 1 kali
sehari, 2 kali sehari maupun 2 hari sekali terhadap tinggi tanaman lihat Tabel 1. Diketahui bahwa tinggi tanaman tertinggi berada pada ketinggian
genangan 70 dengan frekuensi penggenangan 2 hari sekali 9,0 cm. Meskipun demikian, pada ketinggian dan frekuensi penggenangan tersebut
tidak dinyatakan sebagai yang terbaik, karena data menunjukkan bahwa
commit to user 18
perbedaan tinggi genangan dan frekuensi pemberian nutrisi pada sistem hidroponik ebb and flow tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman khususnya pada tinggi tanaman. Hal ini diduga karena frekuensi penggenangan nutrisi tidak berpengaruh
terhadap variabel tinggi tanaman, tinggi tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor genetis dan lingkungan. Pada saat penelitian, suhu di dalam
rumah kaca pada saat awal penanaman sampai saat pemanenan cukup fluktuatif yaitu pada pagi hari berkisar antara 24 – 34
C, siang hari 34 - 48,8
C, dan sore hari antara 31 - 41,2 C. Pada kisaran suhu tersebut,
memungkinkan adanya variasi ketinggian tanaman pada tanaman baby kailan. Demikian dengan suhu larutan cukup fluktuatif yaitu pagi hari berkisar antara
30,4 – 32 C, siang hari 35 – 35,6
C, dan sore hari antara 31,4 – 33,4 C.
Kelembaban udara di luar rumah kaca pada pagi hari berkisar antara 40 – 58, siang hari antara 24 – 36 dan sore hari sekitar 60 – 69. Kelembaban
udara di dalam rumah kaca pada pagi hari sekitar 39 – 56 , siang hari antara 28 – 30
dan pada sore hari antara 64 – 66. Nilai pH pada awal tanam hingga masa panen masih cukup baik untuk pertumbuhan tanaman baby
kailan, yaitu berkisar antara 6, 05 – 6, 46. Nilai EC berkisar antara 2,76 - 2,82. Nilai EC larutan hara fluktuatif seiring berjalannya waktu, hal ini diduga
akibat larutan hara mengalami kehilangan sebagian air akibat evapotranspirasi sehingga larutan hara mengalami pemekatan.
Menurut Mulyani dan Kartasapoetra 1988 cit. Noorhadi dan Utomo 2002 frekuensi pemberian nutrisi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman, karena tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Besarnya faktor lingkungan terhadap tanaman tergantung
kemampuan tanaman untuk memanfaatkan pengaruh lingkungan tersebut. Faktor lingkungan tersebut antara lain kelembaban udara, suhu ruang, suhu
larutan, pH dan EC. Sitompul dan Guritno 1995 menambahkan bahwa perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman
penampilan tanaman, keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan
commit to user 19
susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanam yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama.
Menurut Sutiyoso 2009 pada suhu 30 C masih dapat dimanfaatkan
untuk produksi sayuran dengan cukup baik, walaupun kualitasnya lebih rendah sedikit dibandingkan produksi di dataran tinggi. Menurut Karsono et
al. 2007 pada kelembaban terlampau tinggi tanaman akan menampakkan
gejala etiolasi, sedangkan apabila kelembaban terlalu rendah, maka tanaman akan kehilangan turgornya dan layu, kondisi kelembaban yang optimal untuk
berhidroponik adalah sekitar 70. Kisaran pH yang disukai tanaman adalah 5,5 – 6,5, dikisaran tersebut daya larut unsur – unsur hara dalam kondisi
optimal. Menurut Sutiyoso 2003, batasan jenuh untuk sayuran daun adalah EC 4,2. Apabila EC jauh lebih tinggi maka akan terjadi toksisitas atau
keracunan dan sel-sel akan mengalami plasmolisis.
2. Jumlah daun helai