Jumlah daun helai Analisis Data

commit to user 19 susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanam yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama. Menurut Sutiyoso 2009 pada suhu 30 C masih dapat dimanfaatkan untuk produksi sayuran dengan cukup baik, walaupun kualitasnya lebih rendah sedikit dibandingkan produksi di dataran tinggi. Menurut Karsono et al. 2007 pada kelembaban terlampau tinggi tanaman akan menampakkan gejala etiolasi, sedangkan apabila kelembaban terlalu rendah, maka tanaman akan kehilangan turgornya dan layu, kondisi kelembaban yang optimal untuk berhidroponik adalah sekitar 70. Kisaran pH yang disukai tanaman adalah 5,5 – 6,5, dikisaran tersebut daya larut unsur – unsur hara dalam kondisi optimal. Menurut Sutiyoso 2003, batasan jenuh untuk sayuran daun adalah EC 4,2. Apabila EC jauh lebih tinggi maka akan terjadi toksisitas atau keracunan dan sel-sel akan mengalami plasmolisis.

2. Jumlah daun helai

Pengamatan daun didasarkan atas fungsi daun sebagai penerima cahaya dan alat fotosintesis. Fungsi daun adalah sebagai penghasil fotosintat yang sangat diperlukan tanaman sebagai sumber energi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan Anwarudin et al., 1996. Maka pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada pembentukan biomassa tanaman Sitompul dan Guritno, 1995. commit to user 20 a b c Gambar 3. Jumlah Daun Tanaman Baby Kailan pada Berbagai Frekuensi Penggenangan Nutrisi Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan Tinggi Genangan 50 a, 70 b, dan 90 c. Pada ketinggian genangan 50 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan jumlah daun pada umur 2 MST dengan frekuensi penggenangan 2 kali sehari cenderung meningkat, tetapi ketika tanaman berumur 3 sampai 4 MST grafik menunjukkan bahwa terjadi peningkatan laju pertumbuhan jumlah daun yang hampir sama pada setiap frekuensi penggenangan. Pada ketingian genangan 70 dapat diketahui ketika tanaman berumur 1 sampai 2 MST grafik cenderung sejajar, tetapi kemudian ketika tanaman berumur 3 sampai 4 MST frekuensi penyiraman 2 kali sehari menunjukkan penurunan dan frekuensi penggenangan 1 kali sehari cenderung mendominasi dibandingkan frekuensi penggenangan 2 kali sehari. Pada ketinggian genangan 90 diketahui bahwa frekuensi penggenangan 1 kali sehari lebih mendominasi diantara frekuensi penyiraman yang lainnya hingga 4 MST lihat Gambar 3. commit to user 21 a b c Gambar 4. Jumlah Daun Tanaman Baby Kailan pada Berbagai Ketinggian Genangan Sistem Hidroponik Ebb and Flow dengan Frekuensi Penggenangan Nutrisi 2 Hari Sekali a, 1 Kali Sehari b dan 2 Kali Sehari c. Pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali dapat diketahui bahwa tinggi genangan 50, 70 dan 90 sejajar dari minggu ke minggu mengalami peningkatan. Pada frekuensi penggenangan 1 kali sehari dapat diketahui bahwa tinggi genangan 50 memberikan laju pertumbuhan jumlah daun terendah dari minggu ke minggu, sedangkan pada ketinggian 70 dan 90 menunjukkan garis yang linear pada umur 3 sampai 4 MST dan cenderung memberikan laju pertumbuhan tertinggi. Pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari, pada umur 1 hingga 3 MST grafik pada berbagai ketinggian genangan cenderung meningkat, hingga tanaman berumur 4 MST pada ketinggian genangan 50 cenderung mendominasi laju pertumbuhan jumlah daun tanaman dibandingkan ketinggian genangan lainnyalihat Gambar 4. commit to user 22 Tabel 2. Rerata Jumlah Daun helai Baby Kailan Umur 4 MST Hasil Budidaya Hidroponik ebb and flow dengan Berbagai Frekuensi dan Tinggi Penggenangan Larutan Nutrisi Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu baris dan kolom dinyatakan tidak berbeda nyata berdasarkan perbandingan uji T pada taraf α 5 Tinggi Genangan Frekuensi Penggenangan per 2 hari 1 2 4 Rerata Jumlah Daun helai 50 6,80 a 7,00 ab 7,00 a 6,60 a 7,20 a 7,20 a 6,60 a pq 6,00 b q 7,00 a p 70 90 1 = Frekuensi penggenangan 2 hari sekali 2 = Frekuensi penggenangan 1 kali sehari 4 = Frekuensi penggenangan 2 kali sehari Pada ketinggian genangan 50, frekuensi penggenangan 2 hari sekali 6,8 helai, 1 kali sehari 6,6 helai dan 2 kali sehari 6,6 helai memberikan hasil tidak berbeda nyata. Pada ketinggian genangan 70, dengan frekuensi penggenangan 1 kali sehari 7,20 helai menunjukkan hasil tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan jumlah daun pada frekuensi penggenangan 2 hari sekali 7 helai tetapi menunjukkan hasil berbeda nyata bila dibandingkan dengan frekuensi penggenangan 2 kali sehari 6,00 helai. Pada ketinggian genangan 90 frekuensi penggenangan 2 kali sehari sekali 7,00 helai, 1 kali sehari 7,20 helai dan 2 kali sehari 7,00 helai memberikan hasil tidak berbeda nyata. Pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari, ketinggian genangan 70 6,00 helai memberikan hasil rerata jumlah daun yang berbeda nyata dengan ketinggian genangan 90 7,00 helai lihat Tabel 2. Pada tinggi genangan 70, frekuensi penggenangan 1 kali sehari menunjukkan angka berbeda nyata terhadap frekuensi penggenangan 2 kali sehari. Hal ini diduga pada tinggi genangan 70, frekuensi penggenangan 1 kali sehari sudah mencukupi tanaman baby kailan untuk tumbuh secara optimal, sehingga ketika frekuensi penggenangan ditingkatkan, justru akan menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Sedangkan pada frekuensi penggenangan 2 kali sehari, diketahui bahwa ketinggian genangan 90 memberikan hasil yang berbeda nyata dengan tinggi genangan 70. Tinggi genangan 90 memberikan hasil jumlah daun terbanyak. Pada frekuensi commit to user 23 penggenangan 2 kali sehari dengan ketinggian genangan 90 dapat meningkatkan jumlah daun tanaman baby kailan. Menurut Livingston and Shreve 1921 cit. Sitompul dan Guritno 1995 tanaman akan melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan diluar dari tingkat optimum dan dapat menyelesaikan hidupnya secara lengkap asalkan keadaan lingkungan tidak melebihi batas fisiologis proses kehidupan, akan tetapi program genetik tidak dapat diekspresikan secara penuh apabila keadaan lingkungan berada diluar keadaan optimum, tanaman akan memberikan reaksi terhadap perubahan lingkungan tersebut dengan tingkat tanggapan yang tergantung pada jenis tanaman dan tingkat perubahan lingkungan tersebut.

3. Diameter Batang cm

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae L.) Pada Pemberian Pupuk Anorganik Dan Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Paitan (Tithonia diversifolia (Hemsl.) Gray)

3 105 96

PENGARUH AERASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. Achepala) PADA TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG DI DALAM DAN DI LUAR GREENHOUSE

7 42 52

PENGARUH AERASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. Achepala) PADA TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG DI DALAM DAN DI LUAR GREENHOUSE

6 68 52

RANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT UNTUK TANAMAN BABY KAILAN (Brassica oleraceae) DENGAN MEDIA TANAM COCOPEAT

2 29 45

Pemanfaatan Limbah Air Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Sebagai Sumber Hara Untuk Budidaya Kailan (Brassica Oleraceae Var. Alboglabra) Organik Secara Hidroponik

1 13 34

KAJIAN KOMPOSISI BAHAN DASAR DAN KEPEKATAN LARUTAN NUTRISI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. alboglabra) DENGAN SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT

13 44 50

KAJIAN KOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN PENGGUNAAN BIOAKTIFATOR EM 4 PADA PEMBUATAN LARUTAN NUTRISI ORGANIK UNTUK BUDIDAYA BABY KAILAN DENGAN SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT

1 12 47

PEMANFAATAN LIMBAH BAGLOG JAMUR TIRAM DENGAN PENAMBAHAN ARANG SEKAM PADA HIDROPONIK SUBSTRAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. alboglabra).

0 1 19

PENGARUH NAUNGAN DAN PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae L. var Alboglabra) DALAM TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG (THST)

0 0 13

RANCANG BANGUN SISTEM HIDROPONIK PASANG SURUT UNTUK TANAMAN BABY KAILAN (Brassica oleraceae) DENGAN MEDIA TANAM SERBUK SERABUT KELAPA DESIGN OF EBB AND FLOW HYDROPONICS SYSTEM FOR BABY KAILAN (Brassica oleracea) WITH COCOPEAT AS GROWING MEDIA

0 0 12