Sake Sebagai Cara Menghilangkan Beban Psikologis Cuplikan 1:

3.3.1 Sake Sebagai Cara Menghilangkan Beban Psikologis Cuplikan 1:

Tanpa kusadari, shochu dalam kemasan karton kertas itu sudah kosong. Aku melemparkannya ke lantai, lalu berlari masuk ke toilet seperti hendak terjatuh. Ketika kugerakkan badanku, pandanganku menjadi gelap seolah kepalaku ditutupi oleh kain hitam. Aku duduk di toilet. Menumpahkan air mata dan menumpahkan cairan lambung. Aku memuntahkan semuanya seperti memerasnya. Kuletakkan tanganku di pegangan pintu, lalu aku bernapas. Muntahan itu mengalir menimbulkan bunyi. Ketika aku bersandar pada dinding, jantungku berdegup kencang. Apa yang sedang ku lakukan? Pikirku. Ternyata, apa? Dengan sengaja membeli sake murah lalu setiap malam mabuk-mabukan, mabuk dalam kesedihan sendiri, sebenarnya apa yang sedang ku lakukan? Pikirku. Analisis Kenapa di dunia ini ada penyakit dan kematian? Pikiranku kembali berputar disitu. 100 KAI NAKU KOTO, hal 230 Dalam cuplikan ini diungkapkan tentang Fujii kun yang terpukul karena tekanan batin akan kehilangan kekasihnya yang kini menjadi depresi, ditunjukkan dengan Fujii yang hanya terus-menerus meminum shochu yang tanpa ia sadari Universitas Sumatera Utara sampai menghabis kan 1 karton sampai akhirnya ia muntah dan pandangannya pun gelap. Setelah mabuk-mabukan kembali yang ia lakukan hanya menyalahkan diri sendiri, terus bertanya kenapa didunia ini harus ada penyakit dan kematian. Tak ada jalan keluar yang ditemukannya, hanya terus menerus berputar didalam pikirannya yang penuh dengan kenangan bersama Yohsimi, kesedihan dan kekecewaan tentang hidup yang di rasakannya. Cuplikan 2: Tetapi di malam esok harinya, aku lagi-lagi minum sake dan menangis. Hari berikutnya juga sama. Aku tidak akan menangis lagi untuknya, itulah keputusanku. Aku memang sudah mengambil keputusan. Tetapi, memangnya ada apa dengan hal itu? Karena sudah mengambil keputusan, lalu kenapa? Pada akhirnya, bagaimana pun aku berusaha untuk tetap kuat, bagaimanapun aku berusaha untuk menjadi baik, hal itu sudah tidak ada hubungannya lagi. Logika yang bagaimanapun, teori secara umum manapun, kata-kata seperti apapun, tidak akan ada gunanya lagi sama sekali. Seseorang yang meninggal benar-benar meninggal secara sempurna. 100 KAI NAKU KOTO, hal 234 Universitas Sumatera Utara Analisis Dalam cuplikan ini diceritakan bahwa meskipun Fujii sudah berjanji untuk kembali melanjutkan kehidupannya dan tetap kuat dan tak kan menangis lagi untuk Yoshimi yang sudah meninggal, namun ia tetap kembali mabuk-mabukan dan menangis menyesali apa yang sudah terjadi. Ia tetap tak menemukan jawaban atas segala pertanyaan nya, ia tetap saja meminum alkohol dan sake tanpa henti, kemudian yang dilanjutkan dengan meninggalnya Book sangat menambah kepedihannya. Ia harus kehilangan anjing yang selalu menemani hari-harinya.

3.3.2 Solusi Cerita