Analisis Psikologis Tokoh Utama Fujii Cuplikan 1:

3.2.1 Analisis Psikologis Tokoh Utama Fujii Cuplikan 1:

Aku memerhatikan butiran air yang menempel pada cangkir. Butiran air itu mengalir pada sisi cangkir, membuat bekas bulat di atas meja. Saat ini bagi Yoshimi, memiliki Fujii Kun di sisinya adalah hal yang patut disyukuri. 100 KAI NAKU KOTO, hal 178. Hal yang tidak bisa dikembalikan walau apa pun yang dilakukan, akan tersisa menjadi lubang di dalam dada. Mungkin saja lubang kecil, tetapi mungkin juga lubang yang dalam tak terhingga. Analisis: Pada cuplikan cerita ini ditunjukkan bahwa Fujii sudah mulai merasakan luka batin didalam dada nya sejak awal Yoshimi di vonis Kanker. Kalimat yang diungkapkan nya adalah merupakan ungkapan penyesalan secara tidak langsung. Mungkin saja lubang kecil, tetapi mungkin juga lubang yang dalam tak terhingga. Ia tidak yakin akan perasaan yang ia rasakan saat ini. Meskipun di dalam dirinya mulai terjadi tekanan batin namun ia hanya menerka-nerka akan apa yang ia rasakan meskipun ia tau Yoshimi sangat bersyukur karna memiliki Fujii yang selalu menemani nya dalam kondisinya yang seperti saat ini. Universitas Sumatera Utara Cuplikan 2: Berapa tahun lagi aku akan hidup? Kenapa aku tidak bisa memberikan separuh padanya? Kami sudah saling berbagi kesenangan, kesedihan, dan tawa hingga sampai disini. Tetapi kenapa kami tidak bisa berbagi kesakitan dan kematian? Hanya angka tiga bulan yang bersinar tajam didalam kepalaku. Sebenarnya, bagaimana caranya agar aku bisa menerima angka itu? Walau bagaimanapun, tidak akan bisa kuterima. Ketika aku sadar, aku tengah memutar keran air di dapur. Aliran airnya jatuh ke wastafel, menimbulkan bunyi. Aku menampung air dicangkir. Kenapa aku malah melakukan hal ini? 100 KAI NAKU KOTO, hal 208-209 Analisis Pada cuplikan cerita ini masih di ungkap kan tentang terpukulnya Fujii akan vonis yang diterima kepada Yoshimi. Namun kali ini sangat membuatnya terpukul, yaitu saat Yoshimi divonis hanya memili waktu tiga bulan untuk bertahan hidup. Berita itu sangat membuatnya terpukul, sedih dan tak tau harus berbuat apa. Ia pun mulai bertanya didalam dirinya Berapa tahun lagi aku akan hidup? Kenapa aku tidak bisa memberikan separuh padanya? Dari sini terlihat keinginan nya untuk Yoshimi tetap hidup bersama nya sampai ia mau membagi sisa Universitas Sumatera Utara hidupnya untuk Yoshimi agar ia tetap hidup, meskipun akhirnya ia sadar bahwa ha itu sangat tidak mungkin. Karena semua sudah di takdirkan oleh yang kuasa. Cuplikan 3: Tiba-tiba ada telepon dari kampong halamanku. Telepon yang mengabarkan tentang kematian Book. Ternyata sejak saat itu, Book bertahan selama tiga tahun lebih. Pagi ini Book meninggal dengan tenang sambil dipeluk ibu di atas lututnya. Tanpa rasa sakit ia pergi untuk selamanya. 100 KAI NAKU KOTO, hal 241 “Akan kukubur dipinggir sungai,” kataku. Ibu membungkus jasad Book dengan handuk yang disukainya, kemudian dari atasnya dililitkan lagi handuk mandi. Aku juga mengeluarkan benda-benda yang kira-kira diinginkannya untuk dikubur bersamanya, seperti piring makannya, bibit bunga, bola kain yang sudah usang. Bola kain yang telah dipungut Book berkali-kali. 100 KAI NAKU KOTO, hal 243 Analisis Pada cuplikan diatas ditunjukkan bahwa meninggalnya Book menambah kepedihan yang dirasakan Fujii setelah kehilangan kekasih yang sangat dicintainya. Ia harus kehilangan anjing yang menemani nya saat menganggur Universitas Sumatera Utara setelah selesai SMA. Anjing yang menemaninya setiap saat bersamanya sampai Fujii kuliah di Tokyo. Sebagai penghormatan terakhir Fujii pun menguburkan Book di pinggir sungai tempat mereka dahulu biasa bermain di sore hari, dan menghabiskan waktu disana untuk merenung dan sejenak menenangkan fikiran.. Cuplikan 4: Aku tak tahu bagaimana caraku hidup hingga saat ini, padahal ada hal yang tidak bisa dicapai dan tidak bisa diterima sebesar ini Tiga bulan. Itu hanyalah sebuah angka. Tidak ada yang bisa diraih dari angka itu. Sesuatu yang bisa kulakukan untuknya. Aku ada untuknya. Kata-kata yang ingin kulontarkan itu hanyalah huruf-huruf. Simbol yang datar dan tanpa arti. 100 KAI NAKU KOTO, hal 210 . Bagaimana sebaiknya manusia menjalani kehidupannya kalau hidup adalah tentang mengharapkan sesuatu yang tidak bisa dicapai dan menerima sesuatu yang tidak bisa diterima? Analisis Pada cuplikan cerita ini masih ditunjukkan tentang Fujii yang masih terus bersedih, bertanya dalam dirinya dan menyalahkan dirinya sendiri tentang apa yang di derita Yoshimi saat ini. Ia masih tidak bisa menerima tentang vonis tiga bulan yang diberikan kepada kekasihnya. Namun saat suatu ketika dia tersadar ia melupakan sejenak smua yang ada dipikirannya dan mencoba untuk terus ada untuk Yoshimi disaat terakhir nya. Universitas Sumatera Utara

3.3.1 Sake Sebagai Cara Menghilangkan Beban Psikologis Cuplikan 1: