commit to user
24 Kim menyebutkan komunikasi antarbudaya yang kompeten yaitu apabila
masing-masing peserta komunikasi mampu mengelola sedengan baik seluruh faktor penghambat komunikasi antarbudaya dengan menggunakan kecakapan yang dimiliki.
25
Menurut Lustig dan Koester kompetensi komunikasi antarbudaya mencakup beberapa komponen, yakni pengetahuan, motivasi, dan keterampilan masing-masing individu
dalam melakukan komunikasi antarbudaya.
26
Kecakapan-kecakapan tersebut oleh Jandt disebut sebagai hal yang diperlukan untuk mencapai komunikasi antarbudaya yang
kompeten.
27
Hal inilah yang menarik untuk dikaji lebih dalam untuk melihat sejauh mana kompetensi komunikasi antarbudaya masing-masing anggota menjadi topik penting
dalam asimilasi dan hubungan antaretnis di tubuh PMS.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, terdapat beberapa pokok permasalahan yang perlu dikaji lebih dalam:
1. PMS sebagai organisasi Tionghoa yang telah membuka diri kepada etnis Jawa di
Kota Surakarta telah menjadi ruang pembauran bagi kedua etnis selama lebih dari 70 tahun. Maka, menjadi sangat menarik untuk melihat sejauh mana pembauran antara
kedua etnis yang terjadi di PMS. Apa saja wujud pembauran kedua etnis dan bagaimana masing-masing anggota PMS memaknainya?
25
Samovar dan Porter, Op Cit, hlm. 277.
26
Myron W. Lustig dan Jolene Koester, Intercultural Competence: Interpersonal Communication Across Cultures, Fourth Edition, Boston: Allyn and Bacon, 2003, hlm. 64-71.
27
Fred E. Jandt, Intercultural Communication: An Introduction, Second Edition, California: Sage Publications, Inc., 1998, hlm. 41.
commit to user
25 2.
Sejauh mana etnosentrisme, prasangka, dan stereotip memberikan pengaruh dalam jalinan komunikasi antarbudaya masing-masing anggota PMS?
3. Komunikasi antarbudaya etnis Tionghoa dan Jawa yang terjalin lebih dari 70 tahun
ini menandakan bahwa masing-masing kelompok etnis mampu melakukan komunikasi antarbudaya secara kompeten. Lustig dan Koester,
28
Martin dan Nakayama,
29
Gudykunst,
30
dan Spitzberg
31
sepakat bahwa untuk menjadi individu yang kompeten dalam melakukan komunikasi antarbudaya diperlukan motivasi,
pengetahuan, dan keterampilan dalam mengelola kode-kode verbal maupun nonverbal untuk menciptakan komunikasi yang saling sesuai dan efektif
antarindividu yang berbeda budaya. Maka, penting untuk mengetahui sejauh mana komponen-komponen kompetensi tersebut dimiliki oleh masing-masing anggota
PMS etnis Tionghoa maupun etnis Jawa dalam menjalin komunikasi antarbudaya di antara mereka?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengetahui bagaimana praktik komunikasi antarbudaya anggota PMS etnis Tionghoa dengan etnis Jawa, begitu pula sebaliknya.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya komunikasi antarbudaya
yang kompeten antara anggota PMS etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
28
Lustig dan Koester, Op Cit, hlm. 64, 81, 290.
29
Judith N. Martin dan Thomas Nakayama, Intercultural Communication in Context, Third Edition, New York: McGraw Hill, 2004, hlm. 407.
30
E.M. Griffin, A First Look at Communication Theory, Fourth Edition, Boston: The McGraw Hill, 2000, hlm. 395, 399-402.
31
Samovar dan Porter, Op Cit, hlm. 277.
commit to user
26
commit to user
27
D. Manfaat Penelitian