Stereotip Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Antarbudaya dalam Tingkat Komunikasi Antarpribadi

commit to user 42 kelompok lain tersebut. 79 Akibat dari sikap etnosentrisme yang diungkapkan dalam suatu komunikasi antarbudaya dapat bersifat destruktif. Seperti pendapat Damen yang dikutip oleh Samovar dan Porter yang mengatakan bahwa etnosentrisme mengakibatkan keadaan yang negatif dan cenderung merusak ketika digunakan untuk mengevaluasi kelompok budaya lain dengan cara menghina. 80

2.2. Stereotip

g mengacu pada proses selektif untuk mengorganisasikan dan menyederhanakan persepsi terhadap orang lain. 81 Maka dari pendapat Lippmann, Lustig dan Koester mendefinisikan stereotip sebagai pendapat dan pandangan umum tentang sekelompok orang. 82 Inti dari komunikasi terutama dalam konteks antarbudaya adalah persepsi yang saling sesuai. Namun, seringkali persepsi antara komunikator dan komunikan dipengaruhi oleh 83 Ungkapan pictures in their head memberikan definisi bagi stereotip, yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok budaya. 84 Pada kenyataannya, stereotip cenderung bersifat negatif ketimbang positif. Maka Liliweri memberikan definisi bahwa stereotip merupakan evaluasi atau penilaian 79 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: LkiS, 2009, hlm. 15. 80 Samovar dan Porter, Op Cit, hlm. 276. 81 Lustig dan Koester, Op Cit, hlm. 151. 82 Ibid. 83 Mulyana, Op Cit, 2005, hlm. 218. 84 Ibid. commit to user 43 yang diberikan kepada seseorang secara negatif, memiliki sifat-sifat yang negatif hanya karena keanggotaan orang itu pada kelompok budaya tertentu. 85 Sama seperti etnosentrisme, stereotip pun muncul pada tingkat ketidaksadaran. Ketidaksadaran ini 86 Hal ini berarti bahwa manusia cenderung memisahkan dirinya dan kelompoknya in- group dengan kelompok lain out-group. Kecenderungan ini disebabkan oleh faktor psikologis manusia yang butuh mengkategorisasikan dan mengelompokkan. 87 Stereotip seperti layaknya budaya. Stereotip bukan merupakan bawaan sejak manusia lahir, namun stereotip berkembang karena dipelajari. Samovar dan Porter menarik tiga sebab munculnya stereotip. 88 Pertama, manusia mengenal stereotip melalui orang tua mereka, kerabat, dan teman. Ketika orang tua mereka mengatakan bahwa orang Tionghoa kikir, maka dengan begitu mereka mengajarkan stereotip. Kedua, stereotip berkembang melalui interaksi yang sangat terbatas dengan orang lain. Ketika kita bertemu dengan seseorang Jawa yang sangat pemalas, maka kita akan segera menyimpulkan bahwa semua orang Jawa adalah pemalas. Terakhir, banyak stereotip yang juga dapat dipelajari dari media massa. Ketika tayangan infotainment banyak memberitakan perceraian artis, maka dalam benak kita menyimpulkan bahwa semua artis sering melakukan kawin cerai. Samovar dan Porter pun menguraikan empat alasan stereotip yang negatif dapat menjadi faktor penghambat kompetensi komunikasi antarbudaya. 89 Pertama, stereotip 85 Liliweri, Op Cit, 2009, hlm. 92. 86 Mulyana, Op Cit, 2005, hlm. 220. 87 Samovar dan Porter, Op Cit, hlm. 268. 88 Ibid. 89 Ibid. commit to user 44 seringkali bukan merupakan fakta yang benar tentang suatu kelompok budaya. Samovar dan Porter mengatakan bahwa stereotip cenderung membuat kesimpulan yang salah karena hanya berdasarkan sedikit informasi tentang kelompok budaya tersebut. Kedua, stereotip menjadi penghambat bagi komunikasi yang efektif karena stereotip terlalu dangkal, menggeneralisasikan, dan melebih-lebihkan. Stereotip didasarkan hanya pada kebenaran sepihak, kekurangtahuan, dan pada kesimpulan yang salah tentang suatu kelompok budaya. Ketiga, stereotip merintangi komunikasi yang efektif sebab stereotip selalu diulang-ulang untuk menguatkan kepercayaan yang cenderung negatif itu sampai seolah-olah men self-fulfilling prophecy. Sekali stereotip hadir terutama ketika ada kecenderungan untuk mengamati orang yang bertindak dalam suatu perilaku yang mendukung stereotip kita maka stereotip kita tetap hadir walaupun ketika orang tersebut tidak melakukan perilaku tersebut. commit to user 45

2.3. Prasangka