Pendekatan interpretif Wawancara mendalam In-depth Interview

commit to user 71 Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian kualitatif deskriptif yang digunakan ini mengarah ke jenis penelitian dasar yang bertujuan untuk memahami suatu masalah. 130 Tujuan ini dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan interpretif dan tradisi fenomenologi.

1.1. Pendekatan interpretif

Martin dan Nakayama mengutip pendapat Burrell dan Morgan yang mengatakan bahwa terdapat tiga pendekatan kontemporer untuk mengkaji komunikasi antarbudaya, yakni 1 pendekatan sains sosial fungsional; 2 pendekatan interpretif; dan 3 pendekatan kritis. 131 Klasifikasi jenis pendekatan ini didasarkan pada perbedaan mendasar tentang sifat manusia, perilaku manusia, dan sifat pengetahuan. Littlejohn mengemukakan bahwa pendekatan interpretatif merupakan pendekatan yang berusaha menemukan makna dalam tindakan-tindakan dan teks-teks. 132 Pendekatan interpretif tidak bertujuan mengkaji hukum-hukum yang mengatur kejadian- kejadian, namun bertujuan untuk mengungkap cara-cara manusia untuk memahami pengalaman mereka sendiri. 133 Penelitian ini memfokuskan untuk mengkaji komponen-komponen kompetensi komunikasi antarbudaya. Komponen-komponen tersebut hanya dapat dipahami secara subjektif melalui pengamatan terhadap pengalaman seseorang dalam berkomunikasi antarbudaya. Oleh karena itu, pendekatan interpretif lebih sesuai digunakan sebagai pendekatan dalam penelitian ini. 130 H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian, Surakarta: UNS Press, 2002, hlm. 109. 131 Martin dan Nakayama, Op Cit, hlm. 47-62. 132 Littlejohn, Op Cit, hlm. 15. 133 Ibid. commit to user 72

1.2. Tradisi fenomenologi

Penelitian ini menjadikan pengalaman-pengalaman seseorang dalam melakukan komunikasi dalam konteks antarbudaya. Maka salah satu tradisi dalam penelitian komunikasi menurut Littlejohn yang sesuai untuk digunakan adalah tradisi fenomenologi. Fenomenologi mengkaji pemahaman yang sadar dan berusaha memahami objek dan peristiwa secara sadar dengan menempatkan diri pada pengalaman-pengalaman mereka. 134 Sutopo memahami tradisi fenomenologi sebagai usaha memandang perilaku manusia, apa yang mereka katakan verbal, dan apa yang mereka lakukan nonverbal, adalah sebagai produk dari bagaimana orang melakukan tafsir terhadap dunia mereka sendiri. 135 Maka dengan kata lain, peneliti secara empati berusaha menangkap makna perilaku seseorang dengan melihat segalanya dari pandangan orang yang terlibat dalam situasi yang menjadi sasaran studi.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perkumpulan Masyarakat Surakarta PMS dengan fokus pada anggota-anggotanya etnis Tionghoa dan Jawa. Dalam kaitannya dengan pemilihan kota, pemilihan Surakarta sebagai kota wilayah studi didasarkan pada rentannya kota ini dengan berbagai peristiwa konflik utamanya antara etnis Tionghoa dan Jawa. Seperti yang telah dikemukakan di awal, di Surakarta setidaknya telah meletus tujuh kali kerusuhan Tionghoa Jawa di Surakarta sejak tahun 1745-1998. Walaupun tampaknya hubungan Tionghoa Jawa di Surakarta amat rentan, namun dalam kenyataannya terdapat sebuah organisasi Tionghoa yang membuka diri pada etnis bukan Tionghoa yang mendukung sarana komunikasi antaretnis yang baik. 134 Ibid, hlm. 199. 135 Sutopo, Op Cit, hlm. 25. commit to user 73 Selain itu, tingkat sosial ekonomi masing-masing anggota PMS pun beragam. Hal ini yang menarik untuk dikaji lebih dalam.

3. Subjek penelitian

Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. 136 Untuk memperoleh data utama tersebut, peneliti memilih subjek penelitian dalam penelitian ini adalah anggota Perkumpulan Masyarakat Surakarta PMS yang berasal dari etnis Tionghoa dan Jawa. Narasumber diperoleh dengan teknik snow ball sampling. Menurut Sutopo, snow ball sampling mengimplikasikan jumlah sampel yang semakin membesar seiring dengan perjalanan waktu pengamatan. 137 Peneliti berangkat dari seorang informan untuk mengawali pengumpulan data. Kepada informan ini, peneliti menanyakan siapa lagi yang harus diwawancarai sesuai rekomendasi informan pertama. Proses kerja tersebut dilakukan secara terus menerus sampai peneliti mendapatkan semua informasi yang ada dilapangan. Proses kerja semacam ini diibaratkan seperti halnya bola salju yang diawali dengan sangat kecil, menggelinding semakin jauh dilereng bukit salju dan menjadi semakin padat dan besar.

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

4.1. Wawancara mendalam In-depth Interview

136 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hlm. 157. 137 Sutopo, Op Cit, hlm. 57. commit to user 74 Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data di mana peneliti mengajukan pertanyaan tentang segala sesuatu terhadap responden untuk mendapatkan dan menggali informasi yang dibutuhkan. Teknik pengambilan narasumber dengan purposive sampling sehingga wawancara dilakukakan dengan orang-orang yang dianggap memiliki kapasitas seperti para tokoh kunci yang bisa memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

4.2. Observasi