Latar Belakang Obyek Wisata Goa Tabuhan

commit to user

B. Latar Belakang Obyek Wisata Goa Tabuhan

Goa Tabuhan Gamelan di dalam Goa terletak di Dukuh Tabuhan, Desa Wareng, Kecamatan Punung, atau sekitar 25 kilometer arah barat Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Daerah itu dikenal dengan kawasan perbukitan gamping Pegunungan Seribu di selatan Pulau Jawa. Mengunjungi kota kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Pacitan, Jawa Timur, rasanya kurang lengkap bila belum mengunjungi goa-goa yang berada di gugusan Pegunungan Seribu. Di kawasan perbukitan batu gamping yang menghadap laut selatan, goa-goa berisikan bentukan batu akibat proses alam itu dikenal karena stalagmit dan stalaktit terindah se-Asia Tenggara. Oleh karena itu, Pacitan dikenal dengan julukan kota seribu goa. Sebelum bernama Goa Tabuhan, goa ini bernama Tapan yang berarti tempat bertapa. Berdasarkan cerita turun temurun, goa tersebut dijadikan tempat bertapa para pengawal Pangeran Diponegoro, seperti Sentot Alibasyah Prawirodirjo. Sentot Alibasyah Prawirodirjo bertapa sekaligus bersembunyi dari kejaran Belanda. Pangeran Sambernyawa RM. Said, pendiri Mangkunegara di tahun 1700-an juga pernah bersembunyi dan bertapa di sini. Demikian pula halnya dengan Banteng Wareng yang masih keturunan Sultan Yogyakarta. Di dalam goa, Sentot Alibasyah Prawirodirjo bertapa, dan di daerah goa itu sendiri, masyarakatnya juga bergejolak melawan penjajahan Belanda, maka oleh masyarakat Alibasah Sentot Prawirodirjo malah dilindungi. Ketika Belanda datang ingin masuk ke dalam goa, dihalangi oleh masyarakat dengan cara di dalam goa tersebut masyarakat menggelar suatu seni pertunjukkan gamelan. Belanda tertarik dan ingin melihat seni pertunjukkan tersebut, setelah selesai melihat pertunjukkan gamelan, Belanda tidak masuk lebih jauh ke dalam goa, tetapi malah keluar meninggalkan goa. Sedangkan Sentot Alibasyah Prawirodirjo berhasil selamat dari kejaran penjajah dan melanjutkan pertapaannya di dalam goa tersebut. Meskipun belakangan ini sudah jarang ada orang yang datang dengan niat bertapa, tetapi pada waktu-waktu tertentu masih ada pengunjung yang datang dengan membawa niat lain. Paling banyak minta, pesugihan ataupun minta naik commit to user jabatan wawancara dengan Juru kunci Goa Tabuhan Bapak Susilo, 9 November 2010. Menurut cerita masyarakat sekitar, Goa Tabuhan ditemukan oleh Kyai Santiko yang kehilangan lembu. Saat ditemukan, ternyata Lembunya berada dalam goa dan tidak mau keluar lagi karena di dalam goa banyak ditemukan sumber air dan makanan. Usia Goa Tabuhan diperkirakan mencapai ratusan tahun dan konon dulu pernah menjadi tempat mula manusia. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya perkakas rumah tangga. Oleh karena keaslian bebatuan di dalam goa. Raden Bagus Joko Lelono dan Putri Raden Ayu Mardilah, masih keturunan Kyai Santiko, membersihkan goa dari belukar. Belakangan keturunan Raden Bagus Joko yang memiliki darah seni menyebutnya sebagai Goa Tabuhan karena bebatuan menjulur dari langit-langit ataupun yang menjulang stalagmit dan stalaktit, dapat dijadikan alat musik gamelan. Dinamakan Goa Tabuhan karena bebatuan stalagmit ataupun stalaktit bila ditabuh dipukul dapat menghasilkan suara gamelan. Bebatuan hasil bentukan alam dengan panjang dan tinggi bervariasi antara 1 hingga 50 meter menghasilkan nada-nada gamelan Jawa ataupun pentatonik. Perjalanan mudah dijangkau, untuk sampai ke kawasan perbukitan gamping Pegunungan Seribu dari Kota Kabupaten Pacitan tidaklah sulit. Selain banyak kendaraan angkutan umum, kendaraan sewaan juga banyak ditawarkan pihak hotel. Namun selama ini, kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Pegunungan Seribu menginap di Yogyakarta. Alasannya, selain banyak penginapan dan mudah mencari makan serta souvenir, juga pertimbangan jarak Pacitan-Yogyakarta sangat dekat. Perjalanan Yogyakarta-Pacitan biasanya dilakukan pada pagi hari dengan mengambil rute Wonosari-Wonogiri-Pacitan. Alasannya, selain merupakan jalur rute terpendek dan umum, bisa ditempuh dalam waktu tidak lebih 3 jam, juga ruas jalannya yang cukup lebar Wawancara dengan Bapak Triyono, 9 November 2010. Kenyamanan selama perjalanan juga dapat terobati dengan melihat aktivitas masyarakat pedesaan sepanjang jalan. Selain itu, terhampar pemandangan ladang jagung ataupun ketela pohon yang memagari jalan antara commit to user Wonosari hingga Wonogiri. Selepas itu, tampak pemandangan perbukitan kapur Pegunungan Seribu. Sesampainya di lokasi objek wisata, selain akan disambut pedagang souvenir, wisatawan juga akan disambut penjual jasa lampu senter dan buku panduan masuk goa. Bila berniat menggunakan pemandu agar mengetahui sejarah dan latar belakang Goa Tabuhan, wisatawan tinggal memberi tips. Sementara bila hanya membutuhkan senter, wisatawan tinggal merogoh kantong Rp 2.000. Untuk menuju ke dalam goa, terlebih dahulu harus menaiki anak tangga landai sejauh 10 meter, di depan mulut goa terpampang stalaktit dan stalakmit yang menyerupai taring-taring dengan berbagai ukuran, hal ini merupakan bentukan alam. Di dalam goa pengunjung akan bertemu dengan kelompok Mudi Laras Seloargo yang masih turunan Raden Bagus Joko Lelono yang hingga kini sebagai penerus memainkan gamelan dari batu Goa Tabuhan. Bersama tujuh orang saudaranya. Rianto dan Susilo, secara rutin setiap hari Sabtu dan Minggu menjadi penghibur wisatawan yang berkunjung ke Goa Tabuhan. Diterangkan Bapak Susilo, ujung-ujung stalagmit maupun stalaktit ada yang berfungsi sebagai kenong, cente penerus, kempul, dan gong. Masing-masing dipukul oleh satu orang laki-laki. Memang tidak semua bebatuan bernada, karenanya digunakan yang memiliki suara mendekati nada. Jika letak ujung stalagmitnva rendah, pemainnya cukup duduk di bangku, tapi jika stalagmitnva tinggi, pemainnya berdiri di atas bangku. Lokasi bebatuan yang ditabuh menempel di dinding goa. Untuk membuat nyaman wisatawan, pihak pengelola membuatkan kursi dari tembok semen. Hanya dengan membayar Rp 70.000, selama 15 menit pengunjung bisa duduk sambil menikmati lima langgam Jawa dari permainan gamelan unik yang hanya dijumpai di Pacitan. Hal serupa juga diutarakan oleh Ibu Warti yang menyatakan bahwa obyek wisata Goa Tabuhan ini memang berbeda dengan goa-goa lain yang ada di Kabupaten Pacitan. Goa Tabuhan ini sangat unik karena dinding-dinding goa apabila dipukul dapat menghasilkan nada-nada gamelan yang sangat merdu. Hanya dengan membayar Rp.70.000,- saja, saya dan teman-teman dapat commit to user menikmati 4 lagu Jawa yang dimainkan oleh para penabuh dan dinyanyikan oleh 3 orang Waranggono wawancara, 19 Desember. Selain menikmati bebatuan serta musik gamelan batu, menurut Susilo, wisatawan juga dapat menikmati seluk beluk goa hingga ke rongga paling dalam. Panjang Goa Tabuhan mencapai lebih dari 300 meter dengan bagian terdalam adalah rongga tempat semedi atau bertapa Sentot Alibasyah Prawirodirjo. Letaknya agak tinggi, yakni setinggi pinggang orang dewasa. Ruangannya sempit, hanya muat satu orang, dan tidak memungkinkan untuk berdiri. Berkunjung ke Goa Tabuhan selain menikmati fenomena alam berupa bebatuan, sekaligus menikmati simponi gamelan yang tercipta dari bebatuan. Obyek wisata Goa Tabuhan selalu dijaga dan dirawat, hal ini dilakukan agar tetap menjaga keaslian batuan goa sendiri, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

C. Perkembangan Obyek Wisata Goa Tabuhan