Indeks Harga Saham TINJAUAN PUSTAKA

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Indeks Harga Saham

Indeks Harga Saham IHS merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi. Bahkan saat ini, IHS tidak saja menampung kejadian- kejadian ekonomi, tetapi juga kejadian-kejadian sosial, politik, dan keamanan. Dengan demikian, IHS dapat menjadi barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir Current Market Abdul Halim, 2005:12. Saham sebagai bukti kepemilikan perusahaan merupakan surat berharga atau efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa go public. Fluktuasi harga saham ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar bahwa dividen yang dibayarkan juga relatif tinggi. Apabila dividen yang dibayarkan relatif tinggi, akan berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa, dan investor akan tertarik untuk membelinya. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menjadi meningkat, sehingga akhirnya harganya juga akan meningkat. Penigkatan harga saham ini akan menimbulkan capital gain bagi para pemegangnya. Sementara itu, kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba tersebut tidak saja ditentukan oleh kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya yang ada, tetapi juga 13 dipengaruhi oleh faktor lain di luar perusahaan, seperti kondisi sosial masyarakat, politik, dan keamanan. Semuanya itu akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, yang pada gilirannya akan berpengaruh juga terhadap fluktuasi harga saham. Karena itu, fenomena ekonomi, sosial, politik, dan keamanan berperan dalam penentuan kesehatan ekonomi suatu negara Abdul Halim, 2005:12. Agar dapat melakukan investasi di pasar modal dengan baik, maka investor harus mengetahui Indeks Harga Saham. Di BEI terdapat 6 enam jenis indeks, yaitu Abdul Halim, 2005:12-14: 1. Indeks Harga Saham Individual IHSI, menggunakan saham masing-masing perusahaan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Sumber: Abdul Halim 2005 Dimana: IHSI = Indeks harga saham individual pada hari ke t. NPt = Nilai pasar pada hari ke t , diperoleh dari jumlah lembar saham yang tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar per lembar. ND = Nilai dasar, BEI memberi nilai dasar IHSI 100 ketika saham diluncurkan pada pasar perdana berubah sesuai dengan perubahan pasar. IHSI t = NP t × 100 ND 14 2. Indeks Harga Saham Sektoral IHSS, menggunakan saham masing- masing sektor usaha. Di BEI indeks sektoral dibagi atas 9 sembilan sektor usaha, yaitu: a. Sektor usaha primer Ekstraktif meliputi: 1 Pertanian 2 Petambangan b. Sektor usaha sekunder Manufaktur meliputi: 1 Industri dasar dan kimia 2 Aneka industri 3 Industri barang konsumsi c. Sektor usaha tersier jasa meliputi: 1 Properti dan real estate 2 Infrastruktur, utilitas, dan transportasi 3 Keuangan 4 Perdagangan, jasa dan investasi 3. Indeks LQ 45 ILQ 45, menggunakan saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan sekali setiap awal Februari dan Agustus. Dengan demikian saham yang termasuk dalam indeks tersebut akan selalu berubah. 4. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG, menggunakan seluruh saham yang tercatat dibursa, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Sumber: Abdul Halim 2005 IHSG t = NP t × 100 ND 15 Dimana: IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada hari Ke- t. NPt = Nilai pasar pada hari ke t , diperoleh dari jumlah lembar saham. ND = Nilai dasar, BEI memberi nilai dasar IHSG 100 pada tanggal 10 Agustus 1982. IHSG untuk tanggal 10 Agustus 1982 selalu disesuaikan dengan kejadian-kejadian seperti: penawaran saham perdana Initial Public Offering-IPO, right issue, company listing, delisting, dan konversi. Rumus untuk mencari nilai dasar yang baru karena adanya kejadian- kejadian tersebut adalah: Sumber: Abdul Halim 2005 Dimana: NDB = nilai dasar baru NDL = nilai dasar lama NPL = nilai pasar lama NPT = nilai pasar tambahan 5. Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index JII, menggunakan saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat islam. Saham-saham yang masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan NDB = NPL + NPT × NDL NPL 16 dengan syariah islam. Usaha-usaha berikut dikeluarkan dalam perhitungan JII, antara lain: a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi. b. Usaha lembaga keuangan yang konvensional mengandung unsur riba. c. Usaha memproduksi, mendistribusikan serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan danatau menyediakan barang-barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 6. Indeks Papan Utama atau Main Board Index MBI dan Indeks Papan Pengembangan atau Development Board Index DBI. MBI dibentuk dengan menggunakan saham-saham yang dipilih berdasarkan kriteria berikut: a. Perusahaan telah melakukan kegitan operasional dalam usaha utama core business yang sama sekurang-kurangnya selama 36 tiga puluh enam bulan terakhir. b. Laporan Keuangan Auditan perusahaan memperoleh pendapat Wajar Tanpa Pengecualian WTP selama 2 dua tahun buku terakhir. c. Berdasarkan Laporan Keuangan Auditan terakhir, perusahaan memiliki Aktiva Bersih Berwujud net tangible assets sekurang- kurangnya Rp.100 miliar, dan tidak mengalami kondisi dan atau gugatanperkara yang secara material diperkirakan dapat 17 mempengaruhi kelangsungan usaha. DBI dibentuk dengan menggunakan saham peusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi seluruh kriteria di atas.

B. Aliran Dana Asing Net Foreign Fund