45 membuat  data  menjadi  stasioner  melalui  proses  diferensi  data.  Uji
stasioner  data  melalui  proses  diferensi  ini  disebut  dengan  uji  derajat integrasi. Formulasi uji derajat integrasi dari ADF sebagai berikut:
∆βYt = α0 +  ∆Yt-1 +
 p
i 2
i ∆βYt-1+1 + et  ........................... 3.3
Jika nilai absolut dari statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat
satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi, sehingga diperoleh data yang
stasioner Widarjono, 2007:344-349.
2.  Uji GARCH
Setelah  dilakukan  uji  stasioneritas  data  pada  seluruh  variabel  dan diyakini  bahwa  seluruh  variabel  tersebut  sudah  stasioner,  maka  langkah
selanjutnya  adalah  melakukan  uji  GARCH  untuk  menjelaskan  pengaruh variabel-variabel  yang  digunakan  dan  berapa  besar  pengaruhnya.  Data
yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  data  time  series.  Data  time series terutama data di sektor keuangan atau finansial, sangat tinggi tingkat
volatilitasnya.  Volatilitas  yang  tinggi  ini  ditunjukkan  oleh  suatu  fase dimana  fluktuasinya  relatif  tinggi  dan  kemudian  diikuti  fluktuasi  yang
rendah dan kembali tinggi. Dengan kata lain, data ini mempunyai rata-rata dan varian yang tidak konstan.
46 Adanya  volatilitas  yang  tinggi  ini  tentunya  menyulitkan
para  peneliti  untuk  membuat  estimasi  dan  prediksi  pergerakan variabel  tersebut.  Oleh  karena  itu,  di  dalam  menganalisis  perilaku
data  runtut  waktu  time  series  untuk  sektor  finansial  misalnya harga  saham,  nilai  tukar  rupiah,  suku  bunga  dan  sebagainya,
peneliti  seringkali  menemukan  bahwa  kemampuan  atau  presisi peramalan  berubah-ubah  dari  waktu  ke  waktu.  Misalnya,  pada  satu
periode,  peramalan  mengalami  kesalahan  yang  kecil  tetapi  di waktu  lain  mengalami  kesalahan  yang  cukup  besar  dan  kemudian
kesalahan  kembali  mengecil.  Variabilitas  ini  disebabkan  oleh kenyataan  bahwa  variabel  ekonomi  seperti  kebijakan  moneter  dan
fiskal,  maupun  variabel  non  ekonomi  seperti  ketidakstabilan  politik
bahkan yang sifatnya sekedar rumor Widarjono, 2007:319.
Dengan  tingginya  volatilitas  data  maka  perlu  dibuat  suatu model  pendekatan  untuk  mengukur  masalah  residual.  Salah  satu
model  estimasi  yang  membahas  perilaku  data  dengan  volatilitas
tinggi  tersebut adalah model GARCH Widarjono, 2007:319.
Model GARCH
merupakan model
perkembangan dari
model ARCH.
Model ARCH
Autoregressive Conditional
Heteroscedasticity    dikembangkan  oleh  Robert  Engle  1982  dan dimodifikasi  oleh  Mills  1999,  selanjutnya  Tim  Bollerslev  1986
dan  1994    juga  memperkenalkan  model  generalisasi  ARCH  yang
47 disebut  GARCH.  GARCH  ini  dimaksudkan  untuk  memperbaiki
ARCH Wing Wahyu Winarno, 2007:8.1. Untuk  menjelaskan  model  GARCH  dapat  menggunakan
model regresi sedehana sebagai berikut Widarjono, 2007:327: Y
t
= +
1
X
t
+e
t .................................................................................................................
3.4 Dimana: Y = Variabel dependen
X = Variabel independen e = residual
Model  residual  dalam  persamaan  3.3  disebut  model  GARCH 1,1  karena  varian  residual  hanya  dipengaruhi  oleh  residual  periode
sebelumnya dan varian residual periode sebelumnya. Secara umum model GARCH yakni GARCH p,q dapat dinyatakan melalui persamaan sebagai
berikut: σ
t 2
= α +
α
1
e
t 2
-1
+ .....+ α
p
e
t 2
-p
+ λ
1
σ
t 2
-1
+ ......+λ
q
σ
t 2
-q
............................ 3.5 Dimana  p  menunjukkan  unsur  ARCH  dan  q  unsur  GARCH
Widarjono, 2007:328. Dalam  model  ARCH  GARCH,  ada  beberapa  bentuk  lain  model
ARCH GARCH antara lain: a.  ARCH in mean M-ARCH
b.  Threshold ARCH TARCH c.  Eksponential ARCHGARCH E-GARCH
d.  Simple Asymetric ARCH SAARCH
48 Penulis  akan  mencari  model  GARCH  yang  paling  layak  untuk
menjelaskan  pengaruh  variabel-variabel  aksi  jual-beli  asing,  kurs,  SBI, inflasi,  Produk  Domestik  Bruto  dan  indeks  Hang  Seng  terhadap  Indeks
Harga Saham Gabungan dan berapa besar pengaruhnya. Untuk  memilih  model  yang  paling  layak,  maka  dilakukan  proses
trial  dan  error  atau  mencoba  beberapa  kemungkinan  model,  sehingga menghasilkan model yang terbaik Nachrowi, 2007:424.
Ada    beberapa  cara  yang  dapat  digunakan  untuk  memilih  model terbaik, yaitu Wing Wahyu, 2007:8.21:
a.  Melihat  nilai  R
2
.  Model  paling  tinggi  nilai  R
2
-nya  berarti  model paling  baik,  karena  dapat  menjelaskan  hubungan  antara  variabel
independen dengan variabel dependen lebih baik  dibanding model lain yang R
2
-nya lebih rendah. b.  Melihat  koefisien  AIC  Akaike  Info  Criterion  dan  SIC  Schwarz
Info  Criterion.  Model  yang  paling  rendah  nilai  AIC  dan  SIC-nya adalah model yang paling baik.
c.  Masukkan nilai data ke dalam persamaan. Model yang paling baik adalah model yang angka prediksinya mendekati kenyataan.
Dalam  penelitian  ini  untuk  pengolahan  data  menggunakan perangkat lunak E-views 5.0.
49
E. Operasional Variabel Penelitian