semua karsinoma tiroid kecuali karsinoma medulari berasal dari pelapis epitel folikuler tiroid dan sebagian besar merupakan lesi yang berdiferensiasi baik
Maitra, 2010. Pemeriksaan histopatologi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendeteksi dan menentukan staging dari nodul tersebut yang bertujuan untuk mendiagnosa secara tepat dan membantu klinisi dalam penanganan yang tepat
berdasarkan jenis nodul tiroid Utiger, 2005. Dengan diagnosa yang tepat, terapi yang sesuai dapat diberikan berdasarkan tipe nodul tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana profil penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid berdasarkan diagnosa
histopatologi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010-2012 ?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui profil penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid berdasarkan diagnosa histopatologi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010-2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid berdasarkan jenis kelamin, usia dan gambaran histopatologi.
2. Mengetahui jumlah penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid yang terdiagnosa secara histopatologi.
3. Mengetahui distribusi subtipe histopatologi lesi jinak maupun ganas pada tiroid.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk: 1. Menambah ilmu pengetahuan tentang profil penderita lesi jinak dan ganas
pada tiroid di kota Medan. 2. Menjadi bahan bacaan dan sumber rujukan umum dalam penelitian akan
datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelenjar Tiroid 2.1.1 Embriologi Kelenjar Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada embrio, dan mulai dibentuk pada hari ke-24. Pembentukan ini dimulai dengan suatu
penebalan endoderm pada garis tengah lantai faring antara tuberculum impar dan copula pada suatu titik yang kemudian dikenal sebagai foramen caecum.
Kemudian tiroid turun kedepan faring sebagai divertikulum dengan dua lobus. Kelenjar tiroid menyatu dengan lidah oleh satu terusan yang sempit, yaitu duktus
tiroglosus yang kemudiannya menjadi keras dan menghilang Sadler, 2006; Moore and Persaud, 2008.
Pada pengembangan yang lebih lanjut, kelenjar tiroid turun ke depan tulang tiroid dan kartilago laring. Posisi akhir kelenjar tiroid di depan trakea pada
minggu ke-7, yang mana ia menjadi bentuk definitifnya dan berakhir di leher. Pada akhirnya ia memiliki satu isthmus pada daerah media dan dua lobus lateral.
Kelenjar tiroid diperkirakan mulai beroperasi pada akhir bulan ke-3 Sadler, 2006; Moore and Persaud, 2008.
2.1.2 Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini
merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini
melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipis di
bawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang kadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari isthmus di depan laring Brunner and Suddarth, 2002; Ganong,
2003; Price and Wilson, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Kelenjar tiroid terletak di leher depan setentang vertebra servikalis ke-5 sampai torakalis ke-1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh
isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pir, dengan bagian apeks berada di atas linea oblique lamina cartilago thyroidea, dengan batas inferior di bawah
cincin trakea ke-5 atau ke-6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang ±5 cm, lebar 3 cm, dan dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya 10-20
gram. Aliran darah ke organ tiroid sangat tinggi ±5 mlmenitgram tiroid Brunner and Suddarth, 2002; Price and Wilson, 2006.
Letak lobus tiroid pada bagian anterolateral berbatasan dengan musculus sternocleidomastoideus, bagian posterolateral berbatasan dengan vagina carotica
yang berisi arteri carotis communis, vena jugularis interna dan nervus vagus. Bagian medial berbatasan dengan laring, trakea, nervus konstriktor faringis
inferior dan esofagus. Bagian posterior lobus berhubungan dengan glandula paratiroidea inferior dan superior dan beranastomosis antara arteri tiroidea
superior dan inferior Suen, 2005. Kelenjar tiroid di vaskularisasi oleh arteri tiroid superior dan inferior.
Pembuluh darah ini terletak di antara kapsul fibrosa dan lapisan pre-trakea fasial servik yang dalam biasanya pada cabang pertama dari karotid eksterna. Arteri
tiroid superior berjalan ke bagian atas daripada lobus dari setiap kelenjar, menembusi lapisan pre-trakea fasial servik yang profunda dan membelah menjadi
cabang anterior dan posterior Moore and Dalley, 2006. Cabang yang lebih besar pada anterior berjalan melewati bagian depan
dari kelenjar tiroid dan membuat percabangan ke permukaan anterior. Percabangan dari sebelah kiri dan kanan beranastomosis di garis tengah. Cabang
posterior dari arteri tiroid superior turun ke permukaan posterior dari kelenjar tiroid dan beranastomosis dengan arteri tiroid inferior. Arteri tiroid inferior,
cabang terbesar dari thyrocervical trunk yang berasal dari arteri subklavian berjalan menelusuri bagian superomedial dari posterior ke selubung karotid
sehingga mencapai bagian posterior dari kelenjar tiroid. Ia menjadi beberapa cabang yang melewati lapisan dari pre-trakea fasial servik yang profunda dan
mensuplai bagian inferior dari kelenjar tersebut Moore and Dalley, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Tiga pasang vena tiroid mengalirkan darah dari pleksus vena yang terletak pada permukaan anterior dari kelenjar tiroid. Vena tiroid superior mengalirkan
darah dari bagian superior kelenjar tiroid, vena tiroid media dari lobus media sedangkan vena tiroid inferior dari kelenjar tiroid bagian inferior. Vena superior
dan media mengalirkan darah ke vena jugularis interna dan vena inferior mengalirkan darah ke vena brachiocephalica posterior ke manubrium dan
sternum Moore and Dalley, 2006.
Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Tiroid Islam, 2013.
2.1.3 Histologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang memiliki dua lobus dan terletak pada leher bagian anterior dan terdiri dari dua lobus lateral yang besar dan
dihubungkan oleh isthmus. Isthmus ini melintasi anterior sampai ke bagian atas dari trakea Michael and Wojciech, 2006.
Unit fungsional dari tiroid adalah folikel, yang merupakan kompartemen yang berbentuk oval dan memiliki dinding yang dibentuk oleh simple cuboidal
epithelium atau low columnar epithelium yang disebut sebagai epitel fokiluler. Beratus ribu folikel ini berdiameter 0,2-1,0 mm memenuhi hampir ke seluruh
kelenjar tiroid. Ia berisi cairan gel yang disebut koloid. Permukaan apikal dari sel folikuler bersentuhan dengan koloid sedangkan permukaan basalnya terletak di
atas basal lamina Michael and Wojciech, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Epitel folikuler memiliki 2 tipe sel yaitu folikuler dan parafolikuler. Sel folikuler principal cell berfungsi untuk memproduksi hormon tiroid tiroksin
T3 dan triidotironin T4. Pada pewarnaan rutin Hematoksilin dan Eosin, ia menunjukkan sitoplasma yang basofilik dan nukleus yang berbentuk oval dan
berisi satu atau lebih nukleolus. Sel parafolikuler C cell berada di perifer dari epitel folikuler dan di antara basal lamina folikel. Ia mensekresi kalsitonin,
hormon yang meregulasi metabolisme kalsium. Sel parafolikuler juga berwarna pucat dan disebut sel soliter, atau kelompok sel yang kecil Michael and
Wojciech, 2006.
Gambar 2.2 Histologi Kelenjar Tiroid William, 2013.
2.1.4 Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid mensekresikan 2 hormon yaitu Tiroksin dan Triidotironin. Kedua hormon ini meningkatkan kadar metabolik tubuh. Kekurangan dari
keduanya akan menurunkan kadar metabolik basal sehingga 40-50 dari normal, sedangkan kelebihan dari hormon ini akan meningkatkan kadar metabolik basal
mejadi 60-100 lebih tinggi dari normal. Sekresi tiroid dikendalikan oleh thyroid-stimulating hormone TSH yang di sekresikan oleh kelenjar hipofisis.
Selain itu, kelenjar tiroid juga mensekresikan hormon kalsitonin yang berperan dalam metabolisme kalsium Guyton and Hall, 2006.
Sembilan puluh tiga persen dari hormon yang disekresikan oleh kelenjar tiroid adalah tiroksin, dan 7 adalah triidotironin, namun tiroksin akan
Universitas Sumatera Utara
dikonversikan menjadi triidotironin di jaringan. Fungsi kedua hormon ini adalah sama, yang membedakannya hanyalah kecepatan dan intensitas dari kerjanya.
Triidotironin 4 kali lebih poten dari tiroksin namun ia hanya sedikit berada di dalam aliran darah jika dibandingkan dengan tiroksin dan ia juga berada di dalam
darah lebih sebentar daripada tiroksin Guyton and Hall, 2006. Kelenjar tiroid berperan mempertahankan derajat metabolisme dalam
jaringan pada titik optimal. Hormon tiroid merangsang penggunaan oksigen pada kebanyakan sel tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan hidrat arang,
dan sangat diperlukan untuk pertumbuhan serta maturasi normal. Apabila tidak terdapat kelenjar tiroid, maka seseorang tidak akan tahan dengan cuaca dingin,
akan timbul kelambanan mental dan fisik, dan pada anak-anak terjadi retardasi mental dan dwarfisme. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan meninbulkan
penyusutan tubuh, gugup, takikardi, tremor, dan terjadi produksi panas yang berlebihan Ganong, 1987.
Hipotalamus mensekresikan thyrotropin-releasing hormone TRH yang mengendalikan sekresi thyroid-stimulating hormone TSH yang disekresikan oleh
kelenjar hipofisis. TRH mempengaruhi kelenjar tiroid anterior untuk meningkatkan sekresi TSH yang kemudiannya meningkatkan sekresi T3 dan T4
oleh kelenjar tiroid. Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh memberikan sinyal kepada hipotalamus untuk menghentikan sekresi TRH dan
kelenjar hipofisis untuk menghentikan sekresi TSH. Mekanisme timbal balik negatif ini adalah untuk mempertahankan hormon tiroid yang bebas di dalam
cairan tubuh agar sentiasa berada dalam konsentrasi yang konstan Guyton and Hall, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Regulasi Sekresi Hormon Tiroid Guyton and Hall, 2010.
2.2 Nodul Tiroid 2.2.1 Definisi
Nodul tiroid adalah pembengkakan yang dapat diraba dengan penampilan yang normal. Biasanya pertumbuhan yang abnormal ini terletak pada ujung
kelenjar tiroid, sehingga dapat dirasakan seperti ada benjolan pada tenggorokan. Apabila nodulnya besar dan terjadi pada pasien kurus, maka ia kadang terlihat
seperti ada benjolan di depan leher Norman, 2012. Menurut American Thyroid Association 2008, nodul tiroid dapat di
definisikan sebagai pertumbuhan abnormal yang kecil dan terbatas pada kelenjar tiroid yang dapat menjadi neoplasma dan non-neoplasma.
2.2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 5-7 orang dewasa menderita nodul tiroid berdasarkan pemeriksaan klinik dan 30-50 daripada mereka memiliki lebih dari
satu nodul saat diperiksa dengan menggunakan USG. Sehingga, pada populasi orang dewasa diperkirakan 10 juta hingga 100 juta menderita nodul tiroid yang
dapat diraba atau dilihat dengan menggunakan USG. Namun, hanya 30,000 kasus baru kanker tiroid setiap tahun di AS Jemal et al., 2006. Insidensi nodul tiroid
meningkat dengan usia, 50 dari orang berusia 50 tahun akan memiliki minimal
Universitas Sumatera Utara
satu nodul tiroid, 60 pada orang berusia 60 tahun dan 70 pada orang yang berusia 70 tahun Norman, 2012.
Menurut American Cancer Society, statistik estimasi untuk nodul tiroid di AS pada tahun 2013 adalah diperkirakan akan terdapat 60.220 kasus baru kanker
tiroid 45.310 wanita dan 14.910 pria dan 1.850 kematian yang disebabkan oleh kanker tiroid 1.040 wanita dan 810 pria. Kanker tiroid terdiagnosa pada usia
yang lebih muda dibandingkan dengan kanker yang lain. Hampir dua daripada tiga kasus ditemukan pada pasien yang berusia di bawah 55 tahun dan hanya 2
ditemukan pada anak anak dan remaja. Peluang untuk terdiagnosa dengan kanker tiroid telah meningkat sejak
beberapa tahun terakhir dan dua kali lebih daripada tahun 1990. Ini disebabkan meningkatnya penggunaan USG pada tiroid yang dapat mendeteksi nodul tiroid
yang kecil yang mungkin tidak dapat ditemukan sebelumnya American Cancer Society, 2013.
2.2.3 Faktor Risiko
Prevalensi nodul tiroid pada populasi tertentu tergantung kepada beberapa faktor. Antaranya umur, jenis kelamin, diet, defisiensi iodin dan paparan radiasi
dari terapi dan lingkungan. Nodul tiroid lebih sering terjadi pada wanita dimana predisposisi ini muncul untuk semua golongan umur, penyakit nodular teraba
terjadi enam kali lebih sering pada remaja wanita dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi nodul tiroid meningkat dengan usia, dengan nodul spontan terjadi
dengan kadar 0,08 pertahun pada usia muda dan meningkat sehingga dekade ke delapan sehingga nodul tiroid dijumpai pada 5 orang yang berusia rata rata 60
tahun. Paparan radiasi pada kepala dan leher meningkatkan insidensi nodul tiroid, sehingga prevalensi pasien nodul tiroid yang terpapar radiasi meningkat menjadi
16-31 dibandingkan dengan populasi umum Daniel, 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Klasifikasi
Nodul tiroid diklasifikasikan menjadi nodul non-neoplasma dan neoplasma. Lesi non-neoplasma yang dapat ditemukan berupa nodul pada
kelenjar tiroid adalah: 1. Focal thyroiditis; 2. Dominant nodule in multinodular goiter; 3. Agenesis of thyroid lobe; 4. Thyroid, parathyroid or thyroglossal
cyst; 5. Postsurgical remnant hyperplasia; dan 6. Rare: teratoma, lipoma, hemangioma Cooper et al., 2007.
2.3 Nodul Tiroid Neoplasma 2.3.1 Neoplasma Jinak Adenoma
Adenoma dapat terjadi karena adanya mutasi pada protein Ras dan Phosphatidylinositol-3-kinase subunit PIK3CA atau terdapat fusi dari gen PAX8-
PPARG dimana semua keadaan ini memiliki alterasi genetika yang sama seperti karsinoma folikuler. Adenoma juga bisa terjadi karena adanya mutasi somatik
pada TSH-receptor signaling pathway yang membolehkan sel folikuler untuk mensekresi hormon tiroid tanpa perlu adanya stimulasi dari TSH yang akhirnya
menyebabkan hipertiroidisme Maitra, 2010. Adenoma pada kelenjar tiroid biasanya terpisah pisah, soliter dan dari
epitel folikuler, sehingga ia sering disebut adenoma folikuler. Secara umumnya, adenoma bukanlah cikal bakal dari karsinoma, namun ia memiliki kelainan
genetik yang memungkinkan suatu nodul tiroid berubah menjadi karsinoma folikuler. Walaupun sebagian besar adenoma bukan merupakan neoplasma yang
fungsional, terdapat sebagian kecil adenoma yang berupa fungsional dan memproduksi hormon tiroid sehingga menimbulkan gejala klinis tirotoksikosis
Maitra, 2010. Biasanya, adenoma berbentuk soliter, oval dan memiliki kapsul yang
membatasi adenoma dari parenkim tiroid yang mengelilinginya. Adenoma berdiameter sekitar 3 cm, ukurannya juga dapat mencapai sampai lebih dari 10
cm. Pada pemotongan lamelar, akan terlihat jaringan adenoma yang menonjol dan menekan jaringan tiroid normal disekitarnya, berwarna putih keabuan hingga
Universitas Sumatera Utara
merah kecoklatan tergantung dari selularitas adenoma dan isi koloidnya Maitra, 2010.
Gambar 2.4 Adeoma Folikuler pada Kelenjar Tiroid Maitra, 2010.
2.3.2 Neoplasma Ganas
Karsinoma tiroid jarang terjadi di AS, hanya 1,5 dari kanker lainnya. Hampir semua karsinoma tiroid selain karsinoma medulari berasal dari epitel
folikuler tiroid, dan sebagian besar lesi ini berdiferensiasi baik well-differentiated lesions. Subtipe dari karsinoma tiroid adalah seperti berikut: 1. Karsinoma
papilari; 2. Karsinoma folikuler; 3. Karsinoma medulari; dan 4. Karsinoma anaplastik Maitra, 2010.
Patogenesis terbentuknya karsinoma karena adanya kelainan gen. Terbentuknya karsinoma papilari, folikuler dan anaplastik disebabkan karena dua
hal yaitu terjadinya aktivasi pada jalur Mitogen Activated Protein MAP Kinase dan jalur Phosphatidylinositol-3-kinase PI3KAKT. Teraktivasinya kedua jalur
tersebut menyebabkan sel folikuler terus terstimulasi untuk melakukan pertumbuhan, pembelahan dan proliferasi sel yang lama kelamaan akan
menyebabkan karsinoma Maitra, 2010. Karsinoma medulari terjadi karena adanya mutasi pada proto-onkogen Ret
yang menyebabkan terjadinya aktivasi yang berlanjutan dari reseptor tersebut sehingga terbentuknya karsinoma Maitra, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Alterasi Genetika pada Keganasan Tiroid Maitra, 2010.
2.3.2.1 Karsinoma Papilari
Karsinoma papilari merupakan kanker tiroid yang paling sering terjadi di AS, dan merupakan 85 dari seluruh keganasan tiroid primer, dapat terjadi pada
semua kelompok umur, namun paling sering pada usia 25-50 tahun. Karsinoma papilari juga merupakan karsinoma yang paling sering disebabkan karena paparan
radiasi ion Maitra, 2010. Karsinoma papilari adalah karsinoma yang soliter dan multifokal.
Sebagian tumor ini mempunyai batas yang tegas dan berkapsul, ada juga yang menginfiltrasi parenkim di sekitarnya dengan batas yang tidak tegas. Lesi ini bisa
mengandung fibrosis, kalsifikasi dan kista. Permukaan tumor kadang menunjukkan fokus papilari papillary foci, ini penting dalam mendiagnosa
karsinoma papilari Maitra, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Karsinoma Papilari dari Kelenjar Tiroid Maitra, 2010.
2.3.2.2 Karsinoma Folikuler
Karsinoma folikuler diperkirakan 5-15 dari kanker tiroid primer, lebih sering terdapat pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 3:1, puncak
insidensi terdapat pada umur 40-60 tahun. Karsinoma folikuler sering terdapat di daerah defisiensi iodin 25-40 dari kanker tiroid Maitra, 2010.
Karsinoma folikuler berupa nodul tunggal yang mempunyai infiltrasi yang luas dan batas yang tegas sehingga sukar dibedakan dengan adenoma folikuler
pada pemeriksaan fisik. Lesi yang lebih besar dapat menginvasi kapsul sampai jaringan di sekitar leher. Pada pemotongan lamelar, akan terlihat warna keabuan,
coklat dan merah muda dan pada sebagian dijumpai bagian seperti gelatin karena adanya folikel yang berisi koloid. Kadang-kadang dapat terlihat perubahan
degeneratif seperti fibrosis sentral dan kalsifikasi fokus foci of calcification Maitra, 2010.
2.3.2.3 Karsinoma Anaplastik
Karsinoma anaplastik merupakan tumor yang tidak dapat dibedakan dari epitel folikuler tiroid, insidensi sekitar 5 dari seluruh tumor tiroid. Karsinoma
anaplastik bersifat agresif dengan angka morbiditas mendekati 100. Pasien karsinoma anaplastik berusia lebih tua jika dibandingkan dengan pasien
karsinoma tiroid lainnya dengan umur rata rata 65 tahun. Hampir 15 dari penderita karsinoma anaplastik mempunyai riwayat menderita karsinoma tiroid
Universitas Sumatera Utara
yang berdiferensiasi baik, dan 15 ditemukan pada saat setelah melakukan operasi Maitra, 2010.
Neoplasma ini terdiri dari sel yang sangat anaplastik dengan morfologi yang dapat dibedakan, antaranya: 1. Bentuk sel yang besar, sel raksasa
pleomorfik, kadangkala disertai sel raksasa multinukleus berupa osteoklas; 2. Sel kumparan spindle cell dengan penampilan menyerupai sarcoma; dan 3.
Gabungan antara sel kumparan dan sel raksasa Maitra, 2010.
2.3.2.4 Karsinoma Medulari
Karsinoma medulari merupakan neoplasma neuroendokrin yang berasal dari sel parafolikular sel C kelenjar tiroid dengan perkiraaan 5 dari seluruh
neoplasma tiroid. Karena jenis karsinoma ini memproduksi kalsitonin, maka sering terdapat peningkatan kadar kalsitonin darah yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis suatu kanker tiroid jenis medulari secara lebih dini, bahkan sebelum benjolan dapat diraba oleh dokter atau pasien. Jenis ini tidak seganas
anaplastik, namun lebih ganas daripada jenis yang berdiferensiasi baik Djokomoeljanto, 2011.
Karsinoma medulari berspora dan soliter. Lesi yang besar biasanya berisi daerah nekrotik dan pendarahan serta dapat meluas ke kapsul tiroid. Jaringan
tumor berwarna pucat keabuan sehingga coklat, dan berinfiltrasi Maitra, 2010.
2.4 Diagnosis 2.4.1 Anamnesis
Sebagian besar penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada leher bagian tengah yang dapat disebabkan bukan karena proses keganasan saja.
Benjolan yang disebabkan keganasan perlu diketahui faktor resiko apa yang menyertainya misalnya; apakah ada riwayat radiasi, riwayat keluarga, geografi
dan lingkungan pemukiman. Pertumbuhan yang cepat dengan akibat yang terjadi terhadap organ atau jaringan sekitarnya dapat sebagai petanda. Pada tipe
anaplastik, biasanya pertumbuhannya sangat cepat dan diikuti dengan adanya rasa sakit terutama pada penderita usia lanjut. Tidak jarang penderita datang dengan
Universitas Sumatera Utara
keluhan adanya perubahan suara, sulit menelan dan sesak nafas sebagai petanda telah terjadi invasi kejaringan atau organ disekitarnya nervus rekuren laringeus,
esofagus dan trakea Holzer, 2000.
2.4.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada kepala dan leher penderita. Normalnya, saat menelan kelenjar tiroid akan bergerak, namun nodul pada tiroid akan tetap
statis pada tempatnya. Saat pemeriksaan fisik, dapat diperhatikan ukuran dan keadaan nodul, nodul tiroid bisa licin atau bernodul, difus atau terlokalisasi,
lembut atau keras, mobil atau imobil, dan dapat disertai nyeri atau nyeri tekan. Penting untuk menentukan konsistensi nodul tiroid yang teraba saat palpasi karena
lebih keras nodul tersebut maka lebih tinggi risikonya terdiagnosa sebagai karsinoma. Jika nodul menginvasi nervus laringeus maka pasien akan bersuara
serak Christopher et al., 2006.
2.4.3 Pemeriksaan Fungsi Tiroid
Pada kelenjar tiroid yang normal, kadar serum free thyroxin index FTI dan T3 adalah normal. Jika kadar hormon tiroid menurun atau TSH meningkat,
curiga tiroiditis. Namun karena kadar hormon tiroid dapat meningkat dalam
pelbagai kondisi goiter, maka pemeriksaan fungsi tiroid tidak dapat menjadi
metode yang berarti dalam menentukan diferensial diagnosa Maitra, 2010.
2.4.4 Ultrasonografi
Saat menemukan ada nodul tiroid maka nodul tersebut perlu dievaluasi. The American Thyroid Association ATA Guidelines Taskforce menganjurkan
evaluasi nodul dengan menggunakan USG sehingga bisa diketahui ukuran nodul, ada tidaknya nodul lain dalam tiroid, karakteristik nodul bisa diketahui dengan
lebih jelas sehingga bisa dibedakan apakah nodul itu jinak atau ganas Freeby and Mc Connell, 2007.
Dengan pemeriksaan USG resolusi tinggi dalam populasi umum, nodul tiroid dapat ditemukan sekitar 19-46 Paresi et al., 2008. High frequency, real-
Universitas Sumatera Utara
time ultrasonography merupakan alat yang sangat sensitif untuk mengevaluasi nodul pada tiroid. USG ini bisa mendeteksi metastasis kanker tiroid ke kelenjar
limfe, infiltrasi tumor kejaringan sekitar dan juga dapat dipakai untuk menuntun jarum biopsi kearah yang tepat saat melakukan FNAB Pang and Chen, 2007.
USG merupakan pemeriksaan yang non invasif, mudah didapat dan relatif murah, setiap penderita yang ditemukan nodul dalam tiroidnya harus menjalani
evaluasi seluruh jaringan tiroidnya termasuk nodul dan kelenjar limfe leher dengan USG. Yang dievaluasi adalah ukuran nodul, ada tidaknya nodul lain
dalam tiroid, komposisi dalam nodul dan tanda ganas dalam nodul tersebut Lang et al., 2007. Ciri yang menunjukkan suatu keganasan adalah adanya
mikrokalsifikasi, tepi irregular dan aliran darah meningkat Freeby and Mc Connell, 2007. USG merupakan pemeriksaan yang cukup sensitif dan akurat
dalam medeteksi metastasis kelenjar dan rekurensi dari kanker tiroid Lang et al., 2007.
2.4.5 Pemeriksaan Sitologi Aspirasi Jarum Halus
Dalam mengevaluasi suatu nodul tiroid yang ditemukan, maka langkah yang paling penting dilakukan adalah pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy
FNAB Ergete and Abede, 2002 ; Lang et al., 2007 yang merupakan metode pemeriksaan yang akurat dan merupakan metode terpilih dalam mengevaluasi
kelainan kelenjar tiroid Ergete and Abede, 2002 karena FNAB dapat memberikan informasi yang spesifik mengenai komposisi seluler dari nodul tiroid
yang bisa megarahkan dokter dalam memutuskan penanganan yang tepat untuk nodul tersebut Lang et al., 2007.
FNAB merupakan metode pengambilan contoh sel dari nodul tiroid yang praktis, cepat, akurat dan murah Pang and Chen, 2007, dapat dilakukan dengan
tuntutan USG dan tehnik ini sudah terbukti data mengurangi hasil false negatif dari 15 menjadi 3 Lang et al., 2007. FNAB pada nodul tunggal sekitar 20
tidak memberikan informasi inkonklusif, problem yang sering dihadapi dalam pemeriksaan FNAB adalah sulit membedakan antara follicular adenoma dengan
karsinoma tipe well differentiated Paresi et al., 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.4.6 Pemeriksaan Histopatologi
Biopsi pada kelenjar tiroid adalah suatu prosedur dimana diambil sejumlah jaringan yang kecil pada kelenjar tiroid dan dilihat di bawah mikroskop untuk
menentukan apakah terdapat karsinoma, infeksi dan keadaa tiroid lainnya. Biopsi terbuka adalah apabila pemeriksa melakukan insisi pada kulit untuk melihat
kelenjar tiroid tersebut. Ini dilakukan apabila semua diagnosa lain tidak dapat menentukan penyebab dari tanda dan gejala pasien American Cancer Society,
2013. Selain menentukan ada tidaknya karsinoma pada sel, pemeriksaan
histopatologi juga dapat menentukan daerah primer atau sekunder dari karsinoma tersebut. Setelah karsinoma terdiagnosa, ahli patologi akan menentukan seberapa
dekat sel tersebut menyerupai sel yang deasa dan sehat, yang disebut sel yang berdiferensiasi baik. Sel karsinoma yang tidak menyerupai sel yang sehat atau
imatur dan primitif disebut sel yang tidak berdiferensiasi baik National Cancer Institute, 2012.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Data rekam medik penderita yang didiagnosa secara histopatologi sebagai lesi jinak dan ganas pada kelenjar tiroid
di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010-2012
Lesi tiroid
Jinak Ganas
Gambaran histopatologi
Usia Jenis kelamin
Universitas Sumatera Utara
3.2 Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel
3.2.1.1. Variabel bebas : Jenis kelamin, usia dan gambaran histopatologi.
3.2.1.2. Variabel terikat : Lesi jinak dan ganas pada tiroid.
3.2.2 Definisi Operasional
Lesi jinak adenoma adalah massa yang berbentuk oval, soliter, berkapsul dan berasal dari epitel folikuler. Pada pemotongan lamelar, akan terlihat jaringan
adenoma yang menonjol dan menekan jaringan tiroid disekitarnya, berwarna putih keabuan hingga merah kecoklatan tergantung dari selularitas adenoma dan isi
koloidnya Maitra, 2010. Lesi ganas karsinoma adalah karsinoma yang berasal dari epitel folikuler
tiroid selain karsinoma medulari. Ada empat subtipe dari karsinoma tiroid yaitu karsinoma papilari, karsinoma folikuler, karsinoma medulari, dan karsinoma
anaplastik Maitra, 2010. 1. Jenis kelamin
a. Definisi : jenis kelamin penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid yang
tercatat dalam rekam medik di RSUP Haji Adam Malik b. Cara ukur : observasi
c. Alat ukur : data rekam medik
d. Kategori : 1. laki-laki
2. perempuan e. Skala ukur : nominal
Universitas Sumatera Utara
2. Umur a. Definisi
: umur penderita saat didiagnosa menderita lesi jinak dan ganas pada tiroid tiroid yang tercatat dalam rekam medik di RSUP Haji
Adam Malik b. Cara ukur : observasi
c. Alat ukur : data rekam medik
d. Kategori : usia dikategorikan sesuai dengan nilai usia yang didapat
20 tahun 20-30 tahun
31-40 tahun 41-50 tahun
50 tahun
e. Skala ukur : interval
3. Gambaran histopatologi a. Definisi
: Gambaran histopatologi penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid yang tercatat dalam rekam medik di RSUP Haji Adam Malik
b. Cara ukur : observasi c. Alat ukur
: Data rekam medik d. Kategori
: 1. Adenoma 2. Karsinoma Papilari
3. Karsinoma Folikuler 4. Karsinoma Medulari
Universitas Sumatera Utara
5. Karsinoma Anaplastik e. Skala ukur : Nominal
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelititan deskriptif, dengan pendekatan cross sectional dimana setiap sampel akan diperiksa satu kali dan pada satu saat
berdasarkan pengumpulan data rekam medis. Dalam penelitian ini, yang dinilai adalah jenis kelamin dan usia pada penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid
berdasarkan diagnosa histopatologi di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010 hingga 2012.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Disember 2013. Pengambilan data akan dilakukan di RSUP Haji Adam Malik.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Semua pasien yang pernah didiagnosa secara histopatologi menderita lesi jinak atau ganas pada tiroid di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010 hingga
2012. Jumlah populasi tersebut diambil dari jumlah rekam medis.
4.3.2 Sampel
Penelitian ini mengambil sampel dengan cara consecutive sampling dimana seluruh rekam medis pasien dengan kasus lesi jinak atau ganas pada tiroid
di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010 hingga 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 4.4.1 Kriteria Inklusi
Rekam medis lengkap dengan nomor slide, usia, jenis kelamin dan diagnosa histopatologi.
4.4.2 Kriteria Eksklusi
Rekam medis yang tidak ada pemeriksaan histopatologi.
4.5 Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperolehi dari pencatatan rekam medis. Pencatatan data
yang diambil dari rekam medis kasus berupa jenis kelamin, usia dan gambaran histopatologi dimulai dari tahun 2010 hingga 2012.
4.6 Pengolahan dan Analisa Data