Profit Penderita Lesi Jinak dan Ganas pada Tiroid berdasarkan Diagnosa Histopatoiogi di Rumab Sa kit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Tabun 2010-2012

(1)

PROFIL PENDERITA LESI JINAK DAN GANAS PADA TIROID

BERDASARKAN DIAGNOSA HISTOPATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

PADA TAHUN 2010-2012

OLEH:

NABILAH BINTI SARONI 100100287

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

PROFIL PENDERITA LESI JINAK DAN GANAS PADA TIROID BERDASARKAN DIAGNOSA HISTOPATOLOGI

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN 2010-2012

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran

Oleh :

NABILAH BINTI SARONI

100100287

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

ABSTRAK

Nodul tiroid merupakan pembengkakan yang dapat teraba pada kelenjar tiroid. Insidensi nodul tiroid di Amerika Serikat sekitar 1-10%. WHO mengklasifikasikan nodul tiroid menjadi neoplasma jinak (adenoma) dan neoplasma ganas (karsinoma). Sub-tipe karsinoma tiroid secara histopatologi terbagi atas karsinoma papilari, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma medulari.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang dilakukan sejak bulan Juni sampai Desember 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penderita adenoma dan karsinoma tiroid di RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan diagnosa histopatologi, jenis kelamin dan kelompok usia. Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medis penderita adenoma dan karsinoma tiroid selama tahun 2010-2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dan sampel diambil dengan metode consecutive sampling. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program uji statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian, dan hasilnya berupa distribusi yang ditampilkan dalam bentuk tabel.

Dari 177 sampel penelitian yang terdiagnosa sebagai neoplasma tiroid, 90 kasus merupakan neoplasma jinak (50,8%) sedangkan 87 kasus merupakan neoplasma ganas (49,1%). Neoplasma tiroid lebih banyak ditemukan pada perempuan (145 kasus, 81,9%) daripada laki-laki (32 kasus, 18,1%), dan lebih banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun (65 kasus, 36,7%). Sub-tipe karsinoma tiroid yang paling banyak adalah jenis karsinoma folikuler tiroid (48 kasus, 55,2%).

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan sumber rujukan umum tentang profil penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid di kota Medan.


(5)

ABSTRACT

Thyroid nodule is a palpable enlargement of the thyroid. The incidence of thyroid nodules in America is approximately 1-10%. The WHO classifications of thyroid nodules are benign (adenoma) and malignant (carcinoma). The subtypes of thyroid cancer by histopathology are papillary, follicular, anaplastic and medullary cancer.

This is a descriptive study that was done on benign and malignant thyroid patients in Haji Adam Malik General Hospital and was conducted on the month of June until December 2013. This study was undertaken to determine the characteristics of patients with adenoma and carcinoma of the thyroid that had been diagnosed by histopathology, gender and age. The population is the entire medical records that consist of adenoma and carcinoma of the thyroid during the year 2010-2012, and samples was taken by consecutive method which only medical records that met the inclusion and exclusion criteria were considered as samples. All the collected data were then analyzed with appropriate statistical test program and presented in distribution tables.

From the study, it was found that the overall number of cases was 177 with benign neoplasm (90 cases, 50,8%) was found more common than malignant neoplasm (87 cases, 49,1%). It was also found most in female (145 cases, 81.9%) in comparison to male (32 cases, 18.1%) and in patients aged 41-50 (65 cases, 36,7%). According to subtype of carcinoma thyroid, follicular cancer was found most (48 cases, 55.2%).

It is hoped that the study conducted can be a reading material as well as reference about the characteristics of patients with benign and malignant nodules of the thyroid in Medan.

Keywords: Thyroid nodules, Histopathology, Characteristics, Adenoma, Carcinoma.


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb,

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang dan keridhoan-Nya sehingga saya mendapatkan kekuatan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Profil Penderita Lesi Jinak dan Ganas pada Tiroid berdasarkan Diagnosa Histopatologi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik pada Tahun 2010 – 2012 dengan baik dan tiada hambatan suatu apapun.

Penulis menyadari bahawa apa yang disajikan dalam karya tulis ilmiah ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Betty, M.Ked (PA), Sp.PA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masuka kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dosen pembimbing KTI saya dr. Betty, M.Ked (PA), Sp.PA yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Dosen penguji saya dr. Alfansuri, Sp.S dan dr. Setia Putra Tarigan, SpP yang telah memberikan saran dan kritikan yang membangun dalam penyelesaian hasil penelitian ini.

4. Seluruh pegawai dan staf bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah membantu dalam pengumpulan data karya tulis ilmiah ini.


(7)

5. Terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga saya Ayahanda Saroni bin Judi dan Ibunda Mugiah binti Ahmad, serta Mohd Farhan, Faridzatul Azna, Nur Najwa dan Shakila.

6. Terima kasih juga saya sampaikan kepada sahabat-sahabat saya, Nur Naeilah dan Noor Farahain, Nur Qistina dan Nurul Erma atas semua bantuan, dukungan, dan semangat yang diberikan.

Akhir kata, semoga Allah SWT sentiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, dan penulis berharap semoga karya tulis ini dapat diterima dan memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak.

Medan, Disember 2013 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1 Tujuan Umum ... 2

1.3.2 Tujuan Khusus ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Kelenjar Tiroid ... 4

2.1.1 Embriologi Kelenjar Tiroid ... 4

2.1.2 Anatomi Kelenjar Tiroid ... 4


(9)

2.1.4 Fisiologi Kelenjar Tiroid ... 7

2.2 Nodul Tiroid ... 9

2.2.1 Definisi ... 9

2.2.2 Epidemiologi ... 9

2.2.3 Faktor Risiko ... 10

2.2.4 Klasifikasi ... 11

2.3 Nodul Tiroid Neoplasma ... 11

2.3.1 Neoplasma Jinak (Adenoma) ... 11

2.3.2 Neoplasma Ganas ... 12

2.3.2.1 Karsinoma Papilari ... 13

2.3.2.2 Karsinoma Folikuler ... 14

2.3.2.3 Karsinoma Anaplastik ... 14

2.3.2.4 Karsinoma Medulari ... 15

2.4 Diagnosis ... 15

2.4.1 Anamnesis ... 15

2.4.2 Pemeriksaan Fisik ... 16

2.4.3 Pemeriksaan Fungsi Tiroid ... 16

2.4.4 Ultrasonografi ... 16

2.4.5 Pemeriksaan Sitologi Aspirasi Jarum Halus ... 17

2.4.6 Pemeriksaan Histopatologi ... 18


(10)

3.1 Kerangka Konsep ... 19

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 20

3.2.1 Variabel ... 20

3.2.2 Definisi Operasional ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1 Jenis Penelitian ... 23

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

4.3 Populasi dan Sampel ... 23

4.3.1 Populasi ... 23

4.3.2 Sampel ... 23

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 24

4.4.1 Kriteria Inklusi ... 24

4.4.2 Kriteria Eksklusi ... 24

4.5 Metode Pengumpulan Data ... 24

4.6 Pengolahan dan Analisa Data ... 24

4.7 Jadwal Penelitian ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1 Hasil Penelitian ... 25

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………...25

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel ………25


(11)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………...37

6.1 Kesimpulan ……….37

6.2 Saran ………38

DAFTAR PUSTAKA ... 39


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

5.1 Distribusi Penderita Neoplasma Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin

25

5.2 Distribusi Penderita Neoplasma Tiroid berdasarkan Kelompok Usia

26

5.3 Distribusi Penderita Neoplasma Tiroid berdasarkan Gambaran Histopatologi

26

5.4 Distribusi Penderita Karsinoma Tiroid berdasarkan Sub-Tipe Gambaran Histopatologi

27

5.5 Distribusi Penderita Adenoma Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin

27

5.6 Distribusi Penderita Adenoma Tiroid berdasarkan Kelompok Usia

28

5.7 Distribusi Penderita Karsinoma Papilari Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin

28

5.8 Distribusi Penderita Karsinoma Papilari Tiroid berdasarkan Kelompok Usia

29

5.9 Distribusi Penderita Karsinoma Folikuler Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin

29

5.10 Distribusi Penderita Karsinoma Folikuler Tiroid berdasarkan Kelompok Usia

30

5.11 Distribusi Penderita Karsinoma Medulari Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin

30

5.12 Distribusi Penderita Karsinoma Medulari Tiroid berdasarkan Kelompok Usia

31

5.13 Distribusi Penderita Karsinoma Anaplastik Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin

31


(13)

(14)

DAFTAR SINGKATAN

AS : Amerika Serikat

ATA : American Thyroid Association FNAB : Fine Needle Aspiration Biopsy FTI : Free Thyroxin Index

MAP : Mitogen Activated Protein RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

T3 : Tiroksin

T4 : Triidotironin

PIK3CA : Phosphatidylinositol-3-kinase subunit TSH : Thyroid-stimulating hormone

TRH : Thyrotropin-releasing Hormone USG : Ultrasonografi


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Tiroid 6

Gambar 2.2 Histologi Kelenjar Tiroid 7

Gambar 2.3 Regulasi Sekresi Hormon Tiroid 9

Gambar 2.4 Adenoma Folikuler pada Kelenjar Tiroid 12 Gambar 2.5 Alterasi Genetika pada Karsinoma Tiroid 13 Gambar 2.6 Karsinoma Papiler dari Kelenjar Tiroid 14


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Data Induk Sampel Penelitian

Lampiran 3 Hasil Output Data

Lampiran 4 Ethical Clearance


(17)

ABSTRAK

Nodul tiroid merupakan pembengkakan yang dapat teraba pada kelenjar tiroid. Insidensi nodul tiroid di Amerika Serikat sekitar 1-10%. WHO mengklasifikasikan nodul tiroid menjadi neoplasma jinak (adenoma) dan neoplasma ganas (karsinoma). Sub-tipe karsinoma tiroid secara histopatologi terbagi atas karsinoma papilari, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma medulari.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang dilakukan sejak bulan Juni sampai Desember 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penderita adenoma dan karsinoma tiroid di RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan diagnosa histopatologi, jenis kelamin dan kelompok usia. Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medis penderita adenoma dan karsinoma tiroid selama tahun 2010-2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dan sampel diambil dengan metode consecutive sampling. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program uji statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian, dan hasilnya berupa distribusi yang ditampilkan dalam bentuk tabel.

Dari 177 sampel penelitian yang terdiagnosa sebagai neoplasma tiroid, 90 kasus merupakan neoplasma jinak (50,8%) sedangkan 87 kasus merupakan neoplasma ganas (49,1%). Neoplasma tiroid lebih banyak ditemukan pada perempuan (145 kasus, 81,9%) daripada laki-laki (32 kasus, 18,1%), dan lebih banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun (65 kasus, 36,7%). Sub-tipe karsinoma tiroid yang paling banyak adalah jenis karsinoma folikuler tiroid (48 kasus, 55,2%).

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan sumber rujukan umum tentang profil penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid di kota Medan.


(18)

ABSTRACT

Thyroid nodule is a palpable enlargement of the thyroid. The incidence of thyroid nodules in America is approximately 1-10%. The WHO classifications of thyroid nodules are benign (adenoma) and malignant (carcinoma). The subtypes of thyroid cancer by histopathology are papillary, follicular, anaplastic and medullary cancer.

This is a descriptive study that was done on benign and malignant thyroid patients in Haji Adam Malik General Hospital and was conducted on the month of June until December 2013. This study was undertaken to determine the characteristics of patients with adenoma and carcinoma of the thyroid that had been diagnosed by histopathology, gender and age. The population is the entire medical records that consist of adenoma and carcinoma of the thyroid during the year 2010-2012, and samples was taken by consecutive method which only medical records that met the inclusion and exclusion criteria were considered as samples. All the collected data were then analyzed with appropriate statistical test program and presented in distribution tables.

From the study, it was found that the overall number of cases was 177 with benign neoplasm (90 cases, 50,8%) was found more common than malignant neoplasm (87 cases, 49,1%). It was also found most in female (145 cases, 81.9%) in comparison to male (32 cases, 18.1%) and in patients aged 41-50 (65 cases, 36,7%). According to subtype of carcinoma thyroid, follicular cancer was found most (48 cases, 55.2%).

It is hoped that the study conducted can be a reading material as well as reference about the characteristics of patients with benign and malignant nodules of the thyroid in Medan.

Keywords: Thyroid nodules, Histopathology, Characteristics, Adenoma, Carcinoma.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nodul tiroid adalah pembengkakan pada kelenjar tiroid yang dapat diraba. Insidensi nodul tiroid di Amerika Serikat adalah sekitar 1-10% (Maitra, 2010).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Framingham insidensi nodul tiroid dijumpai pada wanita sekitar 6,4% wanita dan 1,5% pada pria. Prevalensi nodular goiter meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Nodular goiter pada kelompok usia 26-30 tahun adalah sebanyak 2,7% pada wanita dan 2.0% pada pria; kelompok usia 36-40 tahun sebesar 8,7% pada wanita dan 6,7% pada pria; selanjutnya pada kelompok usia berusia 45-50 tahun sebanyak 14,1% pada wanita dan 12,14% pada pria, sedangkan di atas usia 55 tahun dijumpai 18.0% pada wanita dan 14,5% pada pria (Reiners et al., 2004).

Nodul tiroid yang dapat diraba ditemukan pada 4-7% dari populasi (10-18 juta orang), tetapi nodul yang dijumpai dengan menggunakan USG menunjukkan prevalensi sebesar 19-67% (Mazzaferri, 1992). Pada salah satu penelitian yang dilakukan dengan pemeriksaan USG, didapati 30% daripada subjek yang memiliki nodul terdapat pada kelompok usia 19 – 50 tahun (Brander et al., 1991). Nodul tiroid lebih sering dijumpai pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 4:1. Nodul tiroid ini lebih banyak terdapat pada orang yang tinggal di daerah dengan letak geografis yang defisiensi iodin. Risiko terjadinya nodul tiroid dengan riwayat paparan radiasi ion meningkat dari tahun ke tahun yaitu 2% per tahun (Mazzaferri, 1993).

Klasifikasi neoplasma pada tiroid berdasarkan WHO (2004) dapat dibagi menjadi neoplasma jinak (adenoma) dan neoplasma ganas (karsinoma). Neoplasma ganas secara histopatologi subtipenya adalah karsinoma papilari, folikuler, anaplastik dan medulari (DeLellis et al., 2004; Maitra,2010).

Karsinoma tiroid termasuk jenis tumor yang jarang ditemukan di Amerika Serikat yaitu hanya sekitar 1,0% dari semua jenis kanker. Karsinoma tiroid lebih sering dijumpai pada wanita usia dewasa muda hingga pertengahan. Hampir


(20)

semua karsinoma tiroid (kecuali karsinoma medulari) berasal dari pelapis epitel folikuler tiroid dan sebagian besar merupakan lesi yang berdiferensiasi baik (Maitra, 2010).

Pemeriksaan histopatologi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi dan menentukan staging dari nodul tersebut yang bertujuan untuk mendiagnosa secara tepat dan membantu klinisi dalam penanganan yang tepat berdasarkan jenis nodul tiroid (Utiger, 2005). Dengan diagnosa yang tepat, terapi yang sesuai dapat diberikan berdasarkan tipe nodul tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana profil penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid berdasarkan diagnosa histopatologi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010-2012 ?

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui profil penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid berdasarkan diagnosa histopatologi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010-2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid berdasarkan jenis kelamin, usia dan gambaran histopatologi.

2. Mengetahui jumlah penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid yang terdiagnosa secara histopatologi.

3. Mengetahui distribusi subtipe histopatologi lesi jinak maupun ganas pada tiroid.


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Menambah ilmu pengetahuan tentang profil penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid di kota Medan.

2. Menjadi bahan bacaan dan sumber rujukan umum dalam penelitian akan datang.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelenjar Tiroid

2.1.1 Embriologi Kelenjar Tiroid

Tiroid merupakan kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada embrio, dan mulai dibentuk pada hari ke-24. Pembentukan ini dimulai dengan suatu penebalan endoderm pada garis tengah lantai faring antara tuberculum impar dan copula pada suatu titik yang kemudian dikenal sebagai foramen caecum. Kemudian tiroid turun kedepan faring sebagai divertikulum dengan dua lobus. Kelenjar tiroid menyatu dengan lidah oleh satu terusan yang sempit, yaitu duktus tiroglosus yang kemudiannya menjadi keras dan menghilang (Sadler, 2006; Moore and Persaud, 2008).

Pada pengembangan yang lebih lanjut, kelenjar tiroid turun ke depan tulang tiroid dan kartilago laring. Posisi akhir kelenjar tiroid di depan trakea pada minggu ke-7, yang mana ia menjadi bentuk definitifnya dan berakhir di leher. Pada akhirnya ia memiliki satu isthmus pada daerah media dan dua lobus lateral. Kelenjar tiroid diperkirakan mulai beroperasi pada akhir bulan ke-3 (Sadler, 2006; Moore and Persaud, 2008).

2.1.2 Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipis di bawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang kadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari isthmus di depan laring (Brunner and Suddarth, 2002; Ganong, 2003; Price and Wilson, 2006).


(23)

Kelenjar tiroid terletak di leher depan setentang vertebra servikalis ke-5 sampai torakalis ke-1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pir, dengan bagian apeks berada di atas linea oblique lamina cartilago thyroidea, dengan batas inferior di bawah cincin trakea ke-5 atau ke-6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang ±5 cm, lebar 3 cm, dan dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya 10-20 gram. Aliran darah ke organ tiroid sangat tinggi (±5 ml/menit/gram tiroid) (Brunner and Suddarth, 2002; Price and Wilson, 2006).

Letak lobus tiroid pada bagian anterolateral berbatasan dengan musculus sternocleidomastoideus, bagian posterolateral berbatasan dengan vagina carotica yang berisi arteri carotis communis, vena jugularis interna dan nervus vagus. Bagian medial berbatasan dengan laring, trakea, nervus konstriktor faringis inferior dan esofagus. Bagian posterior lobus berhubungan dengan glandula paratiroidea inferior dan superior dan beranastomosis antara arteri tiroidea superior dan inferior (Suen, 2005).

Kelenjar tiroid di vaskularisasi oleh arteri tiroid superior dan inferior. Pembuluh darah ini terletak di antara kapsul fibrosa dan lapisan pre-trakea fasial servik yang dalam biasanya pada cabang pertama dari karotid eksterna. Arteri tiroid superior berjalan ke bagian atas daripada lobus dari setiap kelenjar, menembusi lapisan pre-trakea fasial servik yang profunda dan membelah menjadi cabang anterior dan posterior (Moore and Dalley, 2006).

Cabang yang lebih besar pada anterior berjalan melewati bagian depan dari kelenjar tiroid dan membuat percabangan ke permukaan anterior. Percabangan dari sebelah kiri dan kanan beranastomosis di garis tengah. Cabang posterior dari arteri tiroid superior turun ke permukaan posterior dari kelenjar tiroid dan beranastomosis dengan arteri tiroid inferior. Arteri tiroid inferior, cabang terbesar dari thyrocervical trunk yang berasal dari arteri subklavian berjalan menelusuri bagian superomedial dari posterior ke selubung karotid sehingga mencapai bagian posterior dari kelenjar tiroid. Ia menjadi beberapa cabang yang melewati lapisan dari pre-trakea fasial servik yang profunda dan mensuplai bagian inferior dari kelenjar tersebut (Moore and Dalley, 2006).


(24)

Tiga pasang vena tiroid mengalirkan darah dari pleksus vena yang terletak pada permukaan anterior dari kelenjar tiroid. Vena tiroid superior mengalirkan darah dari bagian superior kelenjar tiroid, vena tiroid media dari lobus media sedangkan vena tiroid inferior dari kelenjar tiroid bagian inferior. Vena superior dan media mengalirkan darah ke vena jugularis interna dan vena inferior mengalirkan darah ke vena brachiocephalica posterior ke manubrium dan sternum (Moore and Dalley, 2006).

Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Tiroid (Islam, 2013).

2.1.3 Histologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang memiliki dua lobus dan terletak pada leher bagian anterior dan terdiri dari dua lobus lateral yang besar dan dihubungkan oleh isthmus. Isthmus ini melintasi anterior sampai ke bagian atas dari trakea (Michael and Wojciech, 2006).

Unit fungsional dari tiroid adalah folikel, yang merupakan kompartemen yang berbentuk oval dan memiliki dinding yang dibentuk oleh simple cuboidal epithelium atau low columnar epithelium yang disebut sebagai epitel fokiluler. Beratus ribu folikel ini berdiameter 0,2-1,0 mm memenuhi hampir ke seluruh kelenjar tiroid. Ia berisi cairan gel yang disebut koloid. Permukaan apikal dari sel folikuler bersentuhan dengan koloid sedangkan permukaan basalnya terletak di atas basal lamina (Michael and Wojciech, 2006).


(25)

Epitel folikuler memiliki 2 tipe sel yaitu folikuler dan parafolikuler. Sel folikuler (principal cell) berfungsi untuk memproduksi hormon tiroid tiroksin (T3) dan triidotironin (T4). Pada pewarnaan rutin Hematoksilin dan Eosin, ia menunjukkan sitoplasma yang basofilik dan nukleus yang berbentuk oval dan berisi satu atau lebih nukleolus. Sel parafolikuler (C cell) berada di perifer dari epitel folikuler dan di antara basal lamina folikel. Ia mensekresi kalsitonin, hormon yang meregulasi metabolisme kalsium. Sel parafolikuler juga berwarna pucat dan disebut sel soliter, atau kelompok sel yang kecil (Michael and Wojciech, 2006).

Gambar 2.2 Histologi Kelenjar Tiroid (William, 2013).

2.1.4 Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid mensekresikan 2 hormon yaitu Tiroksin dan Triidotironin. Kedua hormon ini meningkatkan kadar metabolik tubuh. Kekurangan dari keduanya akan menurunkan kadar metabolik basal sehingga 40-50% dari normal, sedangkan kelebihan dari hormon ini akan meningkatkan kadar metabolik basal mejadi 60-100% lebih tinggi dari normal. Sekresi tiroid dikendalikan oleh thyroid-stimulating hormone (TSH) yang di sekresikan oleh kelenjar hipofisis. Selain itu, kelenjar tiroid juga mensekresikan hormon kalsitonin yang berperan dalam metabolisme kalsium (Guyton and Hall, 2006).

Sembilan puluh tiga persen dari hormon yang disekresikan oleh kelenjar tiroid adalah tiroksin, dan 7% adalah triidotironin, namun tiroksin akan


(26)

dikonversikan menjadi triidotironin di jaringan. Fungsi kedua hormon ini adalah sama, yang membedakannya hanyalah kecepatan dan intensitas dari kerjanya. Triidotironin 4 kali lebih poten dari tiroksin namun ia hanya sedikit berada di dalam aliran darah jika dibandingkan dengan tiroksin dan ia juga berada di dalam darah lebih sebentar daripada tiroksin (Guyton and Hall, 2006).

Kelenjar tiroid berperan mempertahankan derajat metabolisme dalam jaringan pada titik optimal. Hormon tiroid merangsang penggunaan oksigen pada kebanyakan sel tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan hidrat arang, dan sangat diperlukan untuk pertumbuhan serta maturasi normal. Apabila tidak terdapat kelenjar tiroid, maka seseorang tidak akan tahan dengan cuaca dingin, akan timbul kelambanan mental dan fisik, dan pada anak-anak terjadi retardasi mental dan dwarfisme. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan meninbulkan penyusutan tubuh, gugup, takikardi, tremor, dan terjadi produksi panas yang berlebihan (Ganong, 1987).

Hipotalamus mensekresikan thyrotropin-releasing hormone (TRH) yang mengendalikan sekresi thyroid-stimulating hormone (TSH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis. TRH mempengaruhi kelenjar tiroid anterior untuk meningkatkan sekresi TSH yang kemudiannya meningkatkan sekresi T3 dan T4 oleh kelenjar tiroid. Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh memberikan sinyal kepada hipotalamus untuk menghentikan sekresi TRH dan kelenjar hipofisis untuk menghentikan sekresi TSH. Mekanisme timbal balik negatif ini adalah untuk mempertahankan hormon tiroid yang bebas di dalam cairan tubuh agar sentiasa berada dalam konsentrasi yang konstan (Guyton and Hall, 2006).


(27)

Gambar 2.3 Regulasi Sekresi Hormon Tiroid (Guyton and Hall, 2010).

2.2 Nodul Tiroid 2.2.1 Definisi

Nodul tiroid adalah pembengkakan yang dapat diraba dengan penampilan yang normal. Biasanya pertumbuhan yang abnormal ini terletak pada ujung kelenjar tiroid, sehingga dapat dirasakan seperti ada benjolan pada tenggorokan. Apabila nodulnya besar dan terjadi pada pasien kurus, maka ia kadang terlihat seperti ada benjolan di depan leher (Norman, 2012).

Menurut American Thyroid Association (2008), nodul tiroid dapat di definisikan sebagai pertumbuhan abnormal yang kecil dan terbatas pada kelenjar tiroid yang dapat menjadi neoplasma dan non-neoplasma.

2.2.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, 5-7% orang dewasa menderita nodul tiroid berdasarkan pemeriksaan klinik dan 30-50% daripada mereka memiliki lebih dari satu nodul saat diperiksa dengan menggunakan USG. Sehingga, pada populasi orang dewasa diperkirakan 10 juta hingga 100 juta menderita nodul tiroid yang dapat diraba atau dilihat dengan menggunakan USG. Namun, hanya 30,000 kasus baru kanker tiroid setiap tahun di AS (Jemal et al., 2006). Insidensi nodul tiroid meningkat dengan usia, 50% dari orang berusia 50 tahun akan memiliki minimal


(28)

satu nodul tiroid, 60% pada orang berusia 60 tahun dan 70% pada orang yang berusia 70 tahun (Norman, 2012).

Menurut American Cancer Society, statistik estimasi untuk nodul tiroid di AS pada tahun 2013 adalah diperkirakan akan terdapat 60.220 kasus baru kanker tiroid (45.310 wanita dan 14.910 pria) dan 1.850 kematian yang disebabkan oleh kanker tiroid (1.040 wanita dan 810 pria). Kanker tiroid terdiagnosa pada usia yang lebih muda dibandingkan dengan kanker yang lain. Hampir dua daripada tiga kasus ditemukan pada pasien yang berusia di bawah 55 tahun dan hanya 2% ditemukan pada anak anak dan remaja.

Peluang untuk terdiagnosa dengan kanker tiroid telah meningkat sejak beberapa tahun terakhir dan dua kali lebih daripada tahun 1990. Ini disebabkan meningkatnya penggunaan USG pada tiroid yang dapat mendeteksi nodul tiroid yang kecil yang mungkin tidak dapat ditemukan sebelumnya (American Cancer Society, 2013).

2.2.3 Faktor Risiko

Prevalensi nodul tiroid pada populasi tertentu tergantung kepada beberapa faktor. Antaranya umur, jenis kelamin, diet, defisiensi iodin dan paparan radiasi dari terapi dan lingkungan. Nodul tiroid lebih sering terjadi pada wanita dimana predisposisi ini muncul untuk semua golongan umur, penyakit nodular teraba terjadi enam kali lebih sering pada remaja wanita dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi nodul tiroid meningkat dengan usia, dengan nodul spontan terjadi dengan kadar 0,08% pertahun pada usia muda dan meningkat sehingga dekade ke delapan sehingga nodul tiroid dijumpai pada 5% orang yang berusia rata rata 60 tahun. Paparan radiasi pada kepala dan leher meningkatkan insidensi nodul tiroid, sehingga prevalensi pasien nodul tiroid yang terpapar radiasi meningkat menjadi 16-31% dibandingkan dengan populasi umum (Daniel, 2013).


(29)

2.2.4 Klasifikasi

Nodul tiroid diklasifikasikan menjadi nodul non-neoplasma dan neoplasma. Lesi non-neoplasma yang dapat ditemukan berupa nodul pada kelenjar tiroid adalah: (1). Focal thyroiditis; (2). Dominant nodule in multinodular goiter; (3). Agenesis of thyroid lobe; (4). Thyroid, parathyroid or thyroglossal cyst; (5). Postsurgical remnant hyperplasia; dan (6). Rare: teratoma, lipoma, hemangioma (Cooper et al., 2007).

2.3 Nodul Tiroid Neoplasma 2.3.1 Neoplasma Jinak (Adenoma)

Adenoma dapat terjadi karena adanya mutasi pada protein Ras dan Phosphatidylinositol-3-kinase subunit (PIK3CA) atau terdapat fusi dari gen PAX8-PPARG dimana semua keadaan ini memiliki alterasi genetika yang sama seperti karsinoma folikuler. Adenoma juga bisa terjadi karena adanya mutasi somatik pada TSH-receptor signaling pathway yang membolehkan sel folikuler untuk mensekresi hormon tiroid tanpa perlu adanya stimulasi dari TSH yang akhirnya menyebabkan hipertiroidisme (Maitra, 2010).

Adenoma pada kelenjar tiroid biasanya terpisah pisah, soliter dan dari epitel folikuler, sehingga ia sering disebut adenoma folikuler. Secara umumnya, adenoma bukanlah cikal bakal dari karsinoma, namun ia memiliki kelainan genetik yang memungkinkan suatu nodul tiroid berubah menjadi karsinoma folikuler. Walaupun sebagian besar adenoma bukan merupakan neoplasma yang fungsional, terdapat sebagian kecil adenoma yang berupa fungsional dan memproduksi hormon tiroid sehingga menimbulkan gejala klinis tirotoksikosis (Maitra, 2010).

Biasanya, adenoma berbentuk soliter, oval dan memiliki kapsul yang membatasi adenoma dari parenkim tiroid yang mengelilinginya. Adenoma berdiameter sekitar 3 cm, ukurannya juga dapat mencapai sampai lebih dari 10 cm. Pada pemotongan lamelar, akan terlihat jaringan adenoma yang menonjol dan menekan jaringan tiroid normal disekitarnya, berwarna putih keabuan hingga


(30)

merah kecoklatan tergantung dari selularitas adenoma dan isi koloidnya (Maitra, 2010).

Gambar 2.4 Adeoma Folikuler pada Kelenjar Tiroid (Maitra, 2010).

2.3.2 Neoplasma Ganas

Karsinoma tiroid jarang terjadi di AS, hanya 1,5% dari kanker lainnya. Hampir semua karsinoma tiroid (selain karsinoma medulari) berasal dari epitel folikuler tiroid, dan sebagian besar lesi ini berdiferensiasi baik (well-differentiated lesions). Subtipe dari karsinoma tiroid adalah seperti berikut: (1). Karsinoma papilari; (2). Karsinoma folikuler; (3). Karsinoma medulari; dan (4). Karsinoma anaplastik (Maitra, 2010).

Patogenesis terbentuknya karsinoma karena adanya kelainan gen. Terbentuknya karsinoma papilari, folikuler dan anaplastik disebabkan karena dua hal yaitu terjadinya aktivasi pada jalur Mitogen Activated Protein (MAP) Kinase dan jalur Phosphatidylinositol-3-kinase (PI3K/AKT). Teraktivasinya kedua jalur tersebut menyebabkan sel folikuler terus terstimulasi untuk melakukan pertumbuhan, pembelahan dan proliferasi sel yang lama kelamaan akan menyebabkan karsinoma (Maitra, 2010).

Karsinoma medulari terjadi karena adanya mutasi pada proto-onkogen Ret yang menyebabkan terjadinya aktivasi yang berlanjutan dari reseptor tersebut sehingga terbentuknya karsinoma (Maitra, 2010).


(31)

Gambar 2.5 Alterasi Genetika pada Keganasan Tiroid (Maitra, 2010).

2.3.2.1 Karsinoma Papilari

Karsinoma papilari merupakan kanker tiroid yang paling sering terjadi di AS, dan merupakan 85% dari seluruh keganasan tiroid primer, dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun paling sering pada usia 25-50 tahun. Karsinoma papilari juga merupakan karsinoma yang paling sering disebabkan karena paparan radiasi ion (Maitra, 2010).

Karsinoma papilari adalah karsinoma yang soliter dan multifokal. Sebagian tumor ini mempunyai batas yang tegas dan berkapsul, ada juga yang menginfiltrasi parenkim di sekitarnya dengan batas yang tidak tegas. Lesi ini bisa mengandung fibrosis, kalsifikasi dan kista. Permukaan tumor kadang menunjukkan fokus papilari (papillary foci), ini penting dalam mendiagnosa karsinoma papilari (Maitra, 2010).


(32)

Gambar 2.6 Karsinoma Papilari dari Kelenjar Tiroid (Maitra, 2010).

2.3.2.2 Karsinoma Folikuler

Karsinoma folikuler diperkirakan 5%-15% dari kanker tiroid primer, lebih sering terdapat pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 3:1, puncak insidensi terdapat pada umur 40-60 tahun. Karsinoma folikuler sering terdapat di daerah defisiensi iodin (25-40% dari kanker tiroid) (Maitra, 2010).

Karsinoma folikuler berupa nodul tunggal yang mempunyai infiltrasi yang luas dan batas yang tegas sehingga sukar dibedakan dengan adenoma folikuler pada pemeriksaan fisik. Lesi yang lebih besar dapat menginvasi kapsul sampai jaringan di sekitar leher. Pada pemotongan lamelar, akan terlihat warna keabuan, coklat dan merah muda dan pada sebagian dijumpai bagian seperti gelatin karena adanya folikel yang berisi koloid. Kadang-kadang dapat terlihat perubahan degeneratif seperti fibrosis sentral dan kalsifikasi fokus (foci of calcification) (Maitra, 2010).

2.3.2.3 Karsinoma Anaplastik

Karsinoma anaplastik merupakan tumor yang tidak dapat dibedakan dari epitel folikuler tiroid, insidensi sekitar 5% dari seluruh tumor tiroid. Karsinoma anaplastik bersifat agresif dengan angka morbiditas mendekati 100%. Pasien karsinoma anaplastik berusia lebih tua jika dibandingkan dengan pasien karsinoma tiroid lainnya dengan umur rata rata 65 tahun. Hampir 15% dari penderita karsinoma anaplastik mempunyai riwayat menderita karsinoma tiroid


(33)

yang berdiferensiasi baik, dan 15% ditemukan pada saat setelah melakukan operasi (Maitra, 2010).

Neoplasma ini terdiri dari sel yang sangat anaplastik dengan morfologi yang dapat dibedakan, antaranya: (1). Bentuk sel yang besar, sel raksasa pleomorfik, kadangkala disertai sel raksasa multinukleus berupa osteoklas; (2). Sel kumparan (spindle cell) dengan penampilan menyerupai sarcoma; dan (3). Gabungan antara sel kumparan dan sel raksasa (Maitra, 2010).

2.3.2.4 Karsinoma Medulari

Karsinoma medulari merupakan neoplasma neuroendokrin yang berasal dari sel parafolikular (sel C) kelenjar tiroid dengan perkiraaan 5% dari seluruh neoplasma tiroid. Karena jenis karsinoma ini memproduksi kalsitonin, maka sering terdapat peningkatan kadar kalsitonin darah yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis suatu kanker tiroid jenis medulari secara lebih dini, bahkan sebelum benjolan dapat diraba oleh dokter atau pasien. Jenis ini tidak seganas anaplastik, namun lebih ganas daripada jenis yang berdiferensiasi baik (Djokomoeljanto, 2011).

Karsinoma medulari berspora dan soliter. Lesi yang besar biasanya berisi daerah nekrotik dan pendarahan serta dapat meluas ke kapsul tiroid. Jaringan tumor berwarna pucat keabuan sehingga coklat, dan berinfiltrasi (Maitra, 2010).

2.4 Diagnosis 2.4.1 Anamnesis

Sebagian besar penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada leher bagian tengah yang dapat disebabkan bukan karena proses keganasan saja. Benjolan yang disebabkan keganasan perlu diketahui faktor resiko apa yang menyertainya misalnya; apakah ada riwayat radiasi, riwayat keluarga, geografi dan lingkungan pemukiman. Pertumbuhan yang cepat dengan akibat yang terjadi terhadap organ atau jaringan sekitarnya dapat sebagai petanda. Pada tipe anaplastik, biasanya pertumbuhannya sangat cepat dan diikuti dengan adanya rasa sakit terutama pada penderita usia lanjut. Tidak jarang penderita datang dengan


(34)

keluhan adanya perubahan suara, sulit menelan dan sesak nafas sebagai petanda telah terjadi invasi kejaringan atau organ disekitarnya (nervus rekuren laringeus, esofagus dan trakea) (Holzer, 2000).

2.4.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada kepala dan leher penderita. Normalnya, saat menelan kelenjar tiroid akan bergerak, namun nodul pada tiroid akan tetap statis pada tempatnya. Saat pemeriksaan fisik, dapat diperhatikan ukuran dan keadaan nodul, nodul tiroid bisa licin atau bernodul, difus atau terlokalisasi, lembut atau keras, mobil atau imobil, dan dapat disertai nyeri atau nyeri tekan. Penting untuk menentukan konsistensi nodul tiroid yang teraba saat palpasi karena lebih keras nodul tersebut maka lebih tinggi risikonya terdiagnosa sebagai karsinoma. Jika nodul menginvasi nervus laringeus maka pasien akan bersuara serak (Christopher et al., 2006).

2.4.3 Pemeriksaan Fungsi Tiroid

Pada kelenjar tiroid yang normal, kadar serum free thyroxin index (FTI) dan T3 adalah normal. Jika kadar hormon tiroid menurun atau TSH meningkat, curiga tiroiditis. Namun karena kadar hormon tiroid dapat meningkat dalam pelbagai kondisi goiter, maka pemeriksaan fungsi tiroid tidak dapat menjadi metode yang berarti dalam menentukan diferensial diagnosa (Maitra, 2010).

2.4.4 Ultrasonografi

Saat menemukan ada nodul tiroid maka nodul tersebut perlu dievaluasi. The American Thyroid Association (ATA) Guidelines Taskforce menganjurkan evaluasi nodul dengan menggunakan USG sehingga bisa diketahui ukuran nodul, ada tidaknya nodul lain dalam tiroid, karakteristik nodul bisa diketahui dengan lebih jelas sehingga bisa dibedakan apakah nodul itu jinak atau ganas (Freeby and Mc Connell, 2007).

Dengan pemeriksaan USG resolusi tinggi dalam populasi umum, nodul tiroid dapat ditemukan sekitar 19-46% (Paresi et al., 2008). High frequency,


(35)

real-time ultrasonography merupakan alat yang sangat sensitif untuk mengevaluasi nodul pada tiroid. USG ini bisa mendeteksi metastasis kanker tiroid ke kelenjar limfe, infiltrasi tumor kejaringan sekitar dan juga dapat dipakai untuk menuntun jarum biopsi kearah yang tepat saat melakukan FNAB (Pang and Chen, 2007).

USG merupakan pemeriksaan yang non invasif, mudah didapat dan relatif murah, setiap penderita yang ditemukan nodul dalam tiroidnya harus menjalani evaluasi seluruh jaringan tiroidnya termasuk nodul dan kelenjar limfe leher dengan USG. Yang dievaluasi adalah ukuran nodul, ada tidaknya nodul lain dalam tiroid, komposisi dalam nodul dan tanda ganas dalam nodul tersebut (Lang et al., 2007). Ciri yang menunjukkan suatu keganasan adalah adanya mikrokalsifikasi, tepi irregular dan aliran darah meningkat (Freeby and Mc Connell, 2007). USG merupakan pemeriksaan yang cukup sensitif dan akurat dalam medeteksi metastasis kelenjar dan rekurensi dari kanker tiroid (Lang et al., 2007).

2.4.5 Pemeriksaan Sitologi Aspirasi Jarum Halus

Dalam mengevaluasi suatu nodul tiroid yang ditemukan, maka langkah yang paling penting dilakukan adalah pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) (Ergete and Abede, 2002 ; Lang et al., 2007) yang merupakan metode pemeriksaan yang akurat dan merupakan metode terpilih dalam mengevaluasi kelainan kelenjar tiroid (Ergete and Abede, 2002) karena FNAB dapat memberikan informasi yang spesifik mengenai komposisi seluler dari nodul tiroid yang bisa megarahkan dokter dalam memutuskan penanganan yang tepat untuk nodul tersebut (Lang et al., 2007).

FNAB merupakan metode pengambilan contoh sel dari nodul tiroid yang praktis, cepat, akurat dan murah (Pang and Chen, 2007), dapat dilakukan dengan tuntutan USG dan tehnik ini sudah terbukti data mengurangi hasil false negatif dari 15% menjadi 3% (Lang et al., 2007). FNAB pada nodul tunggal sekitar 20% tidak memberikan informasi (inkonklusif), problem yang sering dihadapi dalam pemeriksaan FNAB adalah sulit membedakan antara follicular adenoma dengan karsinoma tipe well differentiated (Paresi et al., 2008).


(36)

2.4.6 Pemeriksaan Histopatologi

Biopsi pada kelenjar tiroid adalah suatu prosedur dimana diambil sejumlah jaringan yang kecil pada kelenjar tiroid dan dilihat di bawah mikroskop untuk menentukan apakah terdapat karsinoma, infeksi dan keadaa tiroid lainnya. Biopsi terbuka adalah apabila pemeriksa melakukan insisi pada kulit untuk melihat kelenjar tiroid tersebut. Ini dilakukan apabila semua diagnosa lain tidak dapat menentukan penyebab dari tanda dan gejala pasien (American Cancer Society, 2013).

Selain menentukan ada tidaknya karsinoma pada sel, pemeriksaan histopatologi juga dapat menentukan daerah primer atau sekunder dari karsinoma tersebut. Setelah karsinoma terdiagnosa, ahli patologi akan menentukan seberapa dekat sel tersebut menyerupai sel yang deasa dan sehat, yang disebut sel yang berdiferensiasi baik. Sel karsinoma yang tidak menyerupai sel yang sehat atau imatur dan primitif disebut sel yang tidak berdiferensiasi baik (National Cancer Institute, 2012).


(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Data rekam medik penderita yang didiagnosa secara histopatologi sebagai lesi jinak dan ganas pada kelenjar tiroid

di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010-2012

Lesi tiroid

Jinak Ganas

Gambaran histopatologi Usia


(38)

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel

3.2.1.1. Variabel bebas : Jenis kelamin, usia dan gambaran histopatologi. 3.2.1.2. Variabel terikat : Lesi jinak dan ganas pada tiroid.

3.2.2 Definisi Operasional

Lesi jinak (adenoma) adalah massa yang berbentuk oval, soliter, berkapsul dan berasal dari epitel folikuler. Pada pemotongan lamelar, akan terlihat jaringan adenoma yang menonjol dan menekan jaringan tiroid disekitarnya, berwarna putih keabuan hingga merah kecoklatan tergantung dari selularitas adenoma dan isi koloidnya (Maitra, 2010).

Lesi ganas (karsinoma) adalah karsinoma yang berasal dari epitel folikuler tiroid (selain karsinoma medulari). Ada empat subtipe dari karsinoma tiroid yaitu karsinoma papilari, karsinoma folikuler, karsinoma medulari, dan karsinoma anaplastik (Maitra, 2010).

1. Jenis kelamin

a. Definisi : jenis kelamin penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid yang tercatat dalam rekam medik di RSUP Haji Adam Malik

b. Cara ukur : observasi

c. Alat ukur : data rekam medik d. Kategori : 1. laki-laki

2. perempuan e. Skala ukur : nominal


(39)

2. Umur

a. Definisi : umur penderita saat didiagnosa menderita lesi jinak dan ganas pada tiroid tiroid yang tercatat dalam rekam medik di RSUP Haji Adam Malik

b. Cara ukur : observasi

c. Alat ukur : data rekam medik

d. Kategori : usia dikategorikan sesuai dengan nilai usia yang didapat

 <20 tahun

 20-30 tahun

 31-40 tahun

 41-50 tahun

 >50 tahun e. Skala ukur : interval

3. Gambaran histopatologi

a. Definisi : Gambaran histopatologi penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid yang tercatat dalam rekam medik di RSUP Haji Adam Malik

b. Cara ukur : observasi

c. Alat ukur : Data rekam medik d. Kategori : 1. Adenoma

2. Karsinoma Papilari 3. Karsinoma Folikuler 4. Karsinoma Medulari


(40)

5. Karsinoma Anaplastik e. Skala ukur : Nominal


(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelititan deskriptif, dengan pendekatan cross sectional dimana setiap sampel akan diperiksa satu kali dan pada satu saat berdasarkan pengumpulan data rekam medis. Dalam penelitian ini, yang dinilai adalah jenis kelamin dan usia pada penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid berdasarkan diagnosa histopatologi di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010 hingga 2012.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Disember 2013. Pengambilan data akan dilakukan di RSUP Haji Adam Malik.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Semua pasien yang pernah didiagnosa secara histopatologi menderita lesi jinak atau ganas pada tiroid di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010 hingga 2012. Jumlah populasi tersebut diambil dari jumlah rekam medis.

4.3.2 Sampel

Penelitian ini mengambil sampel dengan cara consecutive sampling dimana seluruh rekam medis pasien dengan kasus lesi jinak atau ganas pada tiroid di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010 hingga 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.


(42)

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

4.4.1 Kriteria Inklusi

 Rekam medis lengkap dengan nomor slide, usia, jenis kelamin dan diagnosa histopatologi.

4.4.2 Kriteria Eksklusi

 Rekam medis yang tidak ada pemeriksaan histopatologi.

4.5 Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperolehi dari pencatatan rekam medis. Pencatatan data yang diambil dari rekam medis kasus berupa jenis kelamin, usia dan gambaran histopatologi dimulai dari tahun 2010 hingga 2012.

4.6 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dari rekam medis akan diteliti agar tidak terjadi kesalahan membaca data dari rekam medis. Informasi dan data yang didapat kemudian akan di masukkan ke komputer untuk dianalisis dengan menggunakan program uji statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Data akan dianalisa secara deskriptif dan hasilnya akan hasilnya akan ditampilkan dalam tabel bentuk distribusi.

4.7 Jadwal Penelitian

Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des 1. Proposal penelitian

2. Pengumpulan data 3. Pengolahan data 4. Hasil penelitian


(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bunga Lau No.17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara di Instalasi Patologi Anatomi. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum daerah untuk wilayah Sumatera Utara dan merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang berkompetensi.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Semua data sampel penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari rekam medis yaitu penderita neoplasma tiroid tahun 2010-2012. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 177 kasus.

Tabel 5.1 Distribusi Penderita Neoplasma Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 32 18,1

Perempuan 145 81,9

Total 177 100


(44)

Distribusi penderita neoplasma tiroid berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.1) lebih banyak ditemukan pada wanita [145 kasus (81,9%)] dibandingkan laki-laki [32 kasus (18,1%)].

Tabel 5.2 Distribusi Penderita Neoplasma Tiroid berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia (tahun) n %

< 20 20-30 31-40 41-50 > 50 9 21 29 65 53 5,1 11,9 16,4 36,7 29,9

Total 177 100

Keterangan: n = frekuensi, % = persentase

Berdasarkan kelompok usia (tabel 5.2), penderita neoplasma tiroid yang paling banyak adalah pada kelompok usia 41-50 tahun [65 kasus (36,7%)], diikuti berturut-turut oleh kelompok usia di atas 50 tahun [53 kasus (29,9%)], 31-40 tahun [29 kasus (16,4%)] dan 20-30 tahun [21 kasus (11,9%)]. Sedangkan penderita neoplasma tiroid yang paling sedikit adalah pada kelompok usia di bawah 20 tahun yaitu sebanyak 9 kasus (5,1%).

Tabel 5.3 Distribusi Penderita Neoplasma Tiroid berdasarkan Gambaran Histopatologi

Gambaran Histopatologi n %

Neoplasma jinak (adenoma) Neoplasma ganas (karsinoma)

90 87

50,8 49,1

Total 177 100


(45)

Berdasarkan gambaran histopatologi (tabel 5.3), neoplasma jinak tiroid (90 kasus, 50,8%) lebih banyak daripada neoplasma ganas tiroid (87 kasus, 49,1%).

Tabel 5.4 Distribusi Penderita Karsinoma Tiroid berdasarkan Sub-Tipe Gambaran Histopatologi

Subtipe Karsinoma Tiroid n %

Karsinoma Papilari Karsinoma Folikuler Karsinoma Medulari Karsinoma Anaplastik

29 48 6 4

33,3 55,2 6,9 4,6

Total 87 100

Keterangan: n = frekuensi, % = persentasi

Distribusi subtipe karsinoma tiroid (tabel 5.4) yang paling banyak adalah karsinoma folikuler tiroid [48 kasus (55,2%)], yang diikuti berturut-turut oleh karsinoma papilari tiroid [29 kasus (33,3%)], dan karsinoma medulari tiroid [6 kasus (6,9%)]. Sedangkan penderita subtipe karsinoma tiroid yang paling sedikit adalah karsinoma anaplastik tiroid sebanyak 4 kasus (4,6%).

Tabel 5.5 Distribusi Penderita Adenoma Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 12 13,3

Perempuan 78 86,7

Total 90 100

Keterangan: n = frekuensi, % = persentasi

Distribusi penderita adenoma tiroid berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.5) lebih banyak ditemukan pada perempuan yaitu sebanyak 78 kasus (86,7%) dibandingkan laki-laki yaitu 12 kasus (13,3%).


(46)

Tabel 5.6 Distribusi Penderita Adenoma Tiroid berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia (tahun) n %

< 20 4 4,4

20-30 31-40 41-50 > 50

9 16 38 23

10,0 17,8 42,2 25,6

Total 90 100

Keterangan: n = Frekuensi, % = Persentase

Distribusi penderita adenoma tiroid berdasarkan kelompok usia (tabel 5.6) paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun yaitu sebanyak 38 kasus (42,2%), yang diikuti berturut-turut oleh kelompok usia di atas 50 tahun [23 kasus (25,6%)], 31-40 tahun [16 kasus (17,8%)], dan 20-30 tahun [9 kasus (10%)]. Sedangkan penderita adenoma tiroid yang paling sedikit adalah pada kelompok usia di bawah 20 tahun sebanyak 4 kasus (4,4%).

Tabel 5.7 Distribusi Penderita Karsinoma Papilari Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 11 38,9

Perempuan 18 62,1

Total 29 100

Keterangan: n = frekuensi, % = persentase

Distribusi penderita karsinoma papilari tiroid berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.7) lebih banyak ditemukan pada perempuan [18 kasus (62,1%)] dibandingkan laki-laki [11 kasus (38,9%)].


(47)

Tabel 5.8 Distribusi Penderita Karsinoma Papilari Tiroid berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia (tahun) n %

< 20 20-30 31-40 41-50 > 50 1 4 6 9 9 3,4 13,8 20,7 31,0 31,0

Total 29 100

Keterangan: n = Frekuensi, % = Persentase

Distribusi penderita karsinoma papilari tiroid berdasarkan kelompok usia (tabel 5.8) paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun dan usia di atas 50 tahun, dengan jumlah kasus yang sama pada masing-masing kelompok usia yaitu 9 kasus (31%), yang diikuti berturut-turut oleh kelompok usia 31-40 tahun [6 kasus (20,7%)], dan kelompok usia 20-30 tahun [4 kasus (13,8%)]. Sedangkan penderita karsinoma papilari tiroid yang paling sedikit terdapat pada kelompok usia di bawah 20 tahun hanya terdapat 1 kasus (3,4%).

Tabel 5.9 Distribusi Penderita Karsinoma Folikuler Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 5 10,4

Perempuan 43 89,6

Total 48 100

Keterangan: n = frekuensi, % = persentase

Distribusi penderita karsinoma folikuler tiroid berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.9) lebih banyak ditemukan pada perempuan [43 kasus (89,6%)] daripada laki-laki [5 kasus (10,4%)].


(48)

Tabel 5.10 Distribusi Penderita Karsinoma Folikuler Tiroid berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia (tahun) n %

< 20 4 8,3

20-30 31-40 41-50 > 50

8 6 17 13

16,7 12,5 35,4 27,1

Total 48 100

Keterangan: n = frekuensi, % = persentase

Distribusi penderita karsinoma folikuler tiroid berdasarkan kelompok usia (tabel 5.10) paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun [17 kasus (35,4%)], yang diikuti berturut-turut oleh kelompok usia di atas 50 tahun [13 kasus (27,1%)], 20-30 tahun [8 kasus (16,7%)], dan 31-40 tahun [6 kasus (12,5%)]. Sedangkan penderita karsinoma folikuler tiroid yang paling sedikit adalah kelompok usia di bawah 20 tahun [4 kasus (8,3%)].

Tabel 5.11 Distribusi Penderita Karsinoma Medulari Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 4 66,7

Perempuan 2 33,3

Total 6 100

Keterangan: n = frekuensi, % = persentase

Distribusi penderita karsinoma medulari tiroid berdasarkan jenis kelamin (5.11) lebih banyak ditemukan pada laki-laki [4 kasus (66,7%)] dibandingkan perempuan [2 kasus (33,3%)].


(49)

Tabel 5.12 Distribusi Penderita Karsinoma Medulari Tiroid berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia (tahun) n %

< 20 20-30 31-40 41-50 > 50

0 0 0 1 5

0 0 0 16,7 83,3

Total 6 100

Keterangan: n = frekuensi, % = persentase

Distribusi penderita karsinoma medulari tiroid berdasarkan kelompok usia (tabel 5.12) hanya ditemukan pada kelompok usia di atas 40 tahun. Dimana kelompok usia di atas 50 tahun [5 kasus (83,3%)], lebih banyak daripada kelompok usia 41-50 tahun [1 kasus (16,7%)]. Namun karsinoma medulari tiroid tidak ditemukan pada kelompok usia di bawah 40 tahun.

Tabel 5.13 Distribusi Penderita Karsinoma Anaplastik Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 0 0

Perempuan 4 100

Total 4 100

Keterangan: n = frekuensi, % = persentase

Distribusi penderita karsinoma anaplastik berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.13) hanya ditemukan pada perempuan sebanyak 4 kasus (100%).


(50)

Tabel 5.14 Distribusi Penderita Karsinoma Anaplastik Tiroid berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia (tahun) n %

< 20 20-30 31-40 41-50 > 50

0 0 1 0 3

0 0 25 0 75

Total 4 100

Keterangan: n = frekuensi, % = persentase

Distribusi penderita karsinoma anaplastik tiroid berdasarkan kelompok usia (tabel 5.14) hanya ditemukan pada kelompok usia 31-40 tahun dan kelompok usia di atas 50 tahun. Penderita karsinoma anaplastik tiroid lebih banyak ditemukan pada kelompok usia di atas 50 tahun [3 kasus (75%)] dari pada kelompok usia 31-40 tahun [1 kasus (25%)]. Sedangkan pada kelompok usia di bawah 30 tahun dan kelompok usia 41-50 tahun tidak ditemukan.


(51)

5.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid berdasarkan diagnosa histopatologi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2010-2012. Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai Desember 2013, dan didapatkan sejumlah 177 penderita neoplasma tiroid, yang terdiri dari neoplasma jinak (90 kasus, 50,8%) dan neoplasma ganas (87 kasus, 49,2%) (tabel 5.3).

Jumlah penderita perempuan (145 kasus, 81,9%) lebih banyak daripada laki-laki (32 kasus, 18,1%) (tabel 5,1). Dengan perbandingan antara perempuan dengan laki-laki adalah 4,5 : 1. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan penelitian sebelumnya. American Cancer Society (ACS) pada 2004 memperkirakan di antara 22.500 penderita kanker tiroid yang ditemukan di Amerika Serikat, didapatkan perbandingan antara perempuan dengan laki-laki adalah 3 : 1. Dan insidensi kanker tiroid didapatkan sekitar 1,7% di antara kanker pada perempuan, dan hanya 0,5% dari semua jenis kanker yang terdapat pada laki-laki. American Cancer Society (ACS) (2013) juga memperkirakan secara statistik bahwa di antara semua nodul tiroid akan terdapat 60.220 kasus baru kanker tiroid, 45.310 kasus pada wanita dan 14.910 kasus pada laki-laki. Menurut data dari Cancer Statistic Registration England (2010), dijumpai 2.654 kasus kanker tiroid di Inggris, yaitu 1.906 kasus pada perempuan (72%) dan 748 kasus pada laki-laki (28%). Berdasarkan data Australian Institute of Health (2009) terdapat 2.039 penderita kanker tiroid, dan 1.536 kasus di antaranya terdapat pada perempuan sedangkan 503 kasus terdapat pada laki-laki. Insidensi kanker tiroid diperkirakan 13,5 kasus per 100.000 populasi perempuan, sedangkan pada laki-laki hanya 4.5 kasus per 100.000 populasi laki-laki-laki-laki.

Penderita neoplasma tiroid yang terbanyak adalah pada kelompok usia 41-50 tahun (65 kasus, 36,7%), dan yang paling sedikit terdapat pada kelompok usia di bawah 20 tahun (9 kasus, 5,1%) (tabel 5.2). Berdasarkan penelitian SEER (Surveillance, Epidemiology and End Result Program) kanker tiroid di Amerika Serikat (2006-2010)mendapatkan hasil bahwa kelompok usia yang paling banyak terdiagnosis sebagai kanker tiroid adalah 45-54 tahun (24,4%) diikuti


(52)

berturut-turut kelompok usia 35-44 tahun (19,9%), 55-64 tahun (19,6%), 20-34 tahun (15,3%), 65-74 tahun (12,0%), 75-84 tahun (5,7%) dan di bawah 20 tahun (1,8%). Sedangkan penderita kanker tiroid yang paling sedikit terdapat pada usia di atas 84 tahun (1,4%). Menurut Australian Institute of Health (2009), umur rata-rata penderita yang terdiagnosa sebagai kanker tiroid adalah 51 tahun.

Gambaran histopatologi penderita neoplasma tiroid (tabel 5.3) yang jinak yaitu adenoma (90 kasus, 50,8%) lebih banyak dibandingkan neoplasma ganas (87 kasus, 49,1%). Menurut Wong & Wheeler (2000), 4-7% populasi dewasa di Amerika Serikat yang terdiagnosa sebagai nodul tiroid, hanya 5% di antaranya yang menunjukkan keganasan (karsinoma) pada pemeriksaan histopatologi, sedangkan 95% merupakan adenoma.

Di antara neoplasma ganas (karsinoma) tiroid yang paling banyak adalah karsinoma folikuler tiroid (55,2%). Karsinoma papilari tiroid jumlah kasusnya lebih sedikit dibandingkan karsinoma folikular tiroid (33,3%). Karsinoma medulari tiroid hanya 6,9% dari semua jenis karsinoma tiroid pada penelitian ini. Dan karsinoma anaplastik (4,6%) merupakan jenis karsinoma tiroid yang paling sedikit (tabel 5.4). Menurut Maitra (2010), karsinoma papilari merupakan sub-tipe kanker tiroid yang paling sering (75-85% kasus), diikuti karsinoma folikuler (10-20% kasus), karsinoma medulari (5% kasus), dan yang paling sedikit adalah karsinoma anaplastik (< 5% kasus).

Distribusi penderita adenoma berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.5) lebih banyak ditemukan pada perempuan (86,7%) dibandingkan laki-laki (13,3%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Farahati et al. (2006) di Jerman, dari 853 sampel, telah ditemukan adenoma pada 80 dari 370 perempuan (21,6%), dan 124 dari 483 laki-laki (25,7%). Menurut Qamar dan Abbas (2011), dari 80 sampel yang diteliti, dijumpai 70 kasus perempuan (87,5%) dan 10 kasus laki-laki (12,5%). Hasil yang didapat pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Qamar dan Abbas, namun berbeda dengan hasil penelitian Farahati et al. Perbedaan ini mungkin dikarenakan adanya perbedaan karakteristik penderita adenoma tiroid di berbagai tempat sesuai dengan kondisi lingkungannya.


(53)

Distribusi pendeita adenoma berdasarkan kelompok usia (tabel 5.6) paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun (42,2%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Niepomniszcze et al. (2004) di Argentina dengan membagi penderita adenoma menjadi 2 kelompok yaitu kelompok usia di bawah 41 tahun dan kelompok usia 41-80 tahun, hasil yang didapati pada penelitian tersebut adalah 67,8% kasus terdapat pada kelompok usia 41-80 tahun.

Distribusi penderita karsinoma papilari berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.7) lebih banyak ditemukan pada perempuan (62,1%) daripada laki-laki (38,9%). Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya. Nguyen (2002) dan Grubbs (2008), mendapatkan insidensi karsinoma papilari tiroid pada perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 3 : 1.

Distribusi penderita karsinoma papilari berdasarkan kelompok usia (tabel 5.8) paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun dan di atas 50 tahun, masing-masing sebanyak 9 kasus (31%). Menurut Nguyen (2002), insidensi terbanyak pada karsinoma papilari tiroid adalah kelompok usia 30-40 tahun, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Desai et al. (2005) di India, rata-rata usia penderita karsinoma papilari berusia 46,7 tahun. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya, mungkin karena terdapat perbedaan karakteristik penderita adenoma tiroid di berbagai tempat sesuai dengan kondisi lingkungannya.

Distribusi penderita karsinoma folikuler berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.9) lebih banyak ditemukan pada perempuan (89,6%) dibandingkan laki-laki (10,4%). Hasil yang didapat pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian lain yang dilakukan sebelumnya. Nguyen (2002) dan Grubbs (2008) di AS, frekuensi terjadinya karsinoma folikuler tiroid pada perempuan dibandingkan laki-laki adalah 3 : 1.

Distribusi penderita karsinoma folikuler berdasarkan kelompok usia (tabel 5.10) paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun (35,4%). Menurut Nguyen (2002), insidensi karsinoma folikuler tiroid terbanyak terdapat pada kelompok usia 50-60 tahun, sedangkan menurut Caron & Clark (2004)


(54)

mendapatkan insidensi karsinoma folikuler tiroid terbanyak adalah kelompok usia 45-50 tahun.

Distribusi penderita karsinoma medulari tiroid berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.11) lebih banyak ditemukan pada laki-laki (66,7%) daripada perempuan (33,3%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Desai et al. (2005) di India, dari 234 kasus, karsinoma medulari tiroid lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 2 : 1.

Distribusi penderita karsinoma medulari tiroid berdasarkan kelompok usia (tabel 5.12) lebih banyak ditemukan pada kelompok usia di atas 50 tahun (83.3%). Penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Nguyen (2002), yang mendapatkan insidensi karsinoma medulari tiroid terbanyak terdapat pada kelompok usia 50-75 tahun.

Distribusi penderita karsinoma anaplastik tiroid berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.13) hanya ditemukan pada perempuan (100%). Menurut Grubbs (2008), karsinoma papilari lebih banyak ditemukan pada perempuan dibanding laki-laki dengan perbandingan 3 : 1.

Distribusi penderita karsinoma anaplastik berdasarkan kelompok usia (tabel 5.14) paling banyak ditemukan pada kelompok usia di atas 50 tahun. Kelompok usia pada penelitian ini lebih muda dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Nguyen (2002), dimana insidensi karsinoma anaplastik tiroid terbanyak pada penelitian sebelumnya terdapat pada kelompok usia 70-80 tahun.

Menurut Reina et al. (2011), hubungan antara jenis kelamin dan usia dengan karsinoma tiroid belum dapat ditentukan, namun didapati bahwa ketidakseimbangan reseptor estrogen alpha dan beta akan menyebabkan proliferasi sel yang akan menjadi karsinoma tiroid. Insidensi nodul tiroid tertinggi terjadi pada usia pre-menopause juga menegaskan bahwa hormon estrogen mempengaruhi terjadinya karsinoma tiroid.


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jumlah penderita neoplasma tiroid pada penelitian ini 177 kasus, dengan kasus neoplasma jinak lebih banyak daripada neoplasma ganas.

2. Neoplasma tiroid lebih banyak dijumpai pada perempuan daripada laki-laki, dengan insidensi yang paling banyak dijumpai pada kelompok usia 41-50 tahun.

3. Neoplasma jinak (adenoma) lebih banyak dijumpai pada perempuan dengan insidensi terbanyak dijumpai pada kelompok usia 41-50 tahun. 4. Sub-tipe neoplasma ganas tiroid yang paling banyak adalah karsinoma

folikuler tiroid, dan neoplasma ganas tiroid yang paling sedikit adalah karsinoma anaplastik tiroid.

5. Karsinoma papilari lebih banyak dijumpai pada perempuan dan pada kelompok usia diatas 41-50 tahun dan diatas 50 tahun.

6. Karsinoma folikuler lebih banyak dijumpai pada perempuan dan pada kelompok usia 41-50 tahun.

7. Karsinoma medulari lebih banyak dijumpai pada laki-laki dan pada kelompok usia diatas 50 tahun.

8. Karsinoma anaplastik hanya dijumpai pada perempuan dan paling banyak pada kelompok usia kelompok usia diatas 50 tahun.


(56)

6.2 Saran

Beberapa saran yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Perempuan pada kelompok usia 41-50 tahun disarankan agar melakukan deteksi dini neoplasma tiroid disebabkan insidensi yang tinggi pada jenis kelamin dan kelompok usia tersebut.

2. Informasi mengenai neoplasma tiroid agar selalu disebarkan ke masyarakat baik melalui dinas terkait, pusat-pusat pelayanan kesehatan maupun melalui kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh mahasiswa dan staf pengajar.

3. Untuk peneliti berikutnya diharapkan untuk menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak, agar dapat memperkaya data, dan mendapatkan hasil gambaran profil penderita neoplasma tiroid dengan lebih jelas.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society, 2013. Available from:

http://www.cancer.org/cancer/thyroidcancer/detailedguide/thyroid-cancer-diagnosis [cited 05/06/13].

American Cancer Society, 2013. Available from:

http://www.cancer.org/cancer/thyroidcancer/detailedguide/thyroid-cancer-key-statistics [cited 02/05/13].

American Thyroid Association, 2008. Thyroid nodules. Available from:

http://www.thyroid.org/wp-content/uploads/patients/brochures/Nodules_brochure.pdf [cited 02/05/13]. Anirban Maitra, 2010. The Endocrine System. In: Robbins and Cotran Pathologic

Basis of Disease. 8th ed. Saunders Elsevier: 1107-26.

Australian Institute of Health and Welfare & Australasian Association of Cancer Registries 2012. Cancer in Australia: an overview, 2012.

Brander A, Viikinkoski P, Nickels J, Kivisaari L., 1991. Thyroid gland: US screening in random adult population. Radiology: 181:683-7.

Brunner, Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol (2). Alih Bahasa. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 1293-1318.

Cancer Statistic Registration England, 2010. Available from:

http://www.ons.gov.uk/ons/rel/vsob1/cancer-statistics-registrations--england--series-mb1-/no--41--2010/index.html [cited 19/11/2013].

Christopher D. Lansford, MD, and Theodoros N. Teknos, MD., 2006. Evaluation of Thyroid Nodule. Cancer Control: 13(2):89-98.


(58)

Cooper S D, S.Greenspan F, W.Ladenson P., 2007. The Thyroid Gland. In: Greenspan’s Basic and Clinical Endocrinology. 8th

ed. McGraw Hill: 209-80.

Daniel J Kelley, 2013. Evaluation of Solitary Thyroid Nodule. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/850823-overview [cited 05/03/13]. DeLellis R.A, Lloyd R.V, Heitz P.U., 2004. World Health Organization

Classification of Tumours. In: Pathology and Genetics of Tumours of Endocrine Organs. IARC Press: 50.

Djokomoeljanto, 2011. Penyakit Kelenjar Gondok, Sebuah Tinjauan Populer. Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Undip: 1-12, 51-60.

Ergete W, Abede D., 2002. Discordance rate between thyroid fine needle

aspiration cytology and histopathologic diagnosis. Ethiop. J. health: 16(2): 227-31.

Farahati J, Wegscheider K, Christ K, Gilman E, Oing W, 2006. Gender-Specific Determinants of Goiter. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17194923 [cited: 22/11/2013]. Freeby M, Mc Connell RJ.2007. Differentiated thyroid cancer. Common oncol:

4:197-204.

Ganong WF., 1987. Fisiologi Kedokteran. Edisi 10. Jakarta: EGC: 271-272. Ganong WF., 2003. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Alih Bahasa. Djauhari

Widjajakusumah, Dewi Irawati, Minarma Siagian, Dangsina Moeloek, Brahm. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 305-80.

Grubbs EG, Rich TA, Li G et al, 2008. Recent advances in thyroid cancer. Curr. Probl. Surg. 45(3), 156–250.

Guyton AC, Hall JE., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed: Elsevier Saunders: 931-943.


(59)

Holzer S, Reiners C, Mann K, et al., 2000. Patterns of care for patients with primary differentiated carcinoma of the thyroid gland treated in Germany during 1996. Cancer: 89: 1; 120 – 6.

Hugo Niepomniszcze, Monica Sala, Karina Danilowicz, Fabian Pitoia, Oscar Bruno, 2004. Epidemiology of Palpable Goiter in Greater Buenos Aires in an Iodine-Sufficient Area. Medicina (Buenos Aires) 64: 7-12.

Jemal A, Siegel R, Ward E, et al., 2006. Cancer Statistics, 2006. CA Cancer J Clin: 56(2):106-130.

Lang BH, Chow SM, Lo CY, et al., 2007. Staging systems for papillary and thyroid carcinoma. A study of 2 tertiary referral centers. Ann Surg: 246: 114-21.

Mai H. Nguyen, MD, Thyroid Cancer. Available from:

http://www.utmb.edu/otoref/grnds/thyroid-ca-021204/thyroid-ca-021204.htm [cited: 22/11/2013].

Mazzaferri EL., 1992. Thyroid cancer in thyroid nodules: finding a needle in the haystack. Am J Med: 93:359–62.

Mazzaferri EL., 1993. Management of a solitary thyroid nodule. N Engl J Med: 328:553–9.

Michael H.Ross, Wojciech Pawlina, 2006. Histology A Text and Atlas With Correlated Cell and Molecular Biology. 5th ed: Lippincott Williams and Wilkins: 700-1.

Moore KL, Dalley AF., 2006. Neck. Clinically Oriented Anatomy: Lippincott Williams & Willkins: 1083-5.

Moore KL, Persaud T., 2008. The Developing Human Clinically Oriented Embryology. 8th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier: 173-176.


(60)

Muhammad Fiaz Qamar and Seher Abbas, 2011. Prevalence and Case Reports of Goiter at Distric Bahawalpur, Pakistan. Sci.Int. (Lahore), 24(1), 33-37. National Cancer Institute, 2012. Available from:

http://training.seer.cancer.gov/disease/diagnosis/ [cited 05/06/2013]. N. R. Caron, O. H. Clark, 2004. Well Differentiated Thyroid Cancer.

Scandinavian Journal of Surgery 93: 261–271. Norman J., 2012. Thyroid Nodules. Available from:

http://www.endocrineweb.com/conditions/thyroid/thyroid-nodules [cited: 02/05/13].

Pang HN, Chen CM., 2007. Incidence of cancer in nodular goiters. Ann Acad Med Singapore: 36: 241-3.

Paresi Jr RJ, Cunto Amesty G, Shah D., 2008. Thyroid incidentalomas on positron emission tomography: Is further work up necessary? Surg Rounds:

31(1):22-6.

Price SA, Wilson ML., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Vol (2). Alih Bahasa. Brahm, Huriawati Hartono, Pita Wulansari, Dewi Asih. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 1225-35.

Reina Yao, Connie G Chiu, Scott S Strugnell, Sabrina Gill, Sam M Wiseman, 2011. Expert Rev Endocrinol Metab. Gender Differences in Thyroid Cancer.6(2):215-243.

Reiners C, Wegscheider K, Schicha H, et al., 2004. Prevalence of thyroid

disorders in the working population of Germany: ultrasonography screening in 96,278 unselected employees. Thyroid: 14:926.

Sadler TW., 2006. Langman’s Medical Embryology. 10th

ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins: 270.


(61)

Saral S Desai, Suchana Sarkar, Anita M Borges, 2005. A Study of

histopathological features of medullary carcinoma of the thyroid: Cases from a single institute in India. 1st issue. 42:25-29.

Shahidul Islam,M.D., 2013. Available from:

http://www.pathologyoutlines.com/topic/thyroidanatomy.html [cited 01/06/13].

Suen C. Kenneth, 2005. Fine-Needle Aspiration Biopsy of Thyroid, CMAJ: 167. Surveillance, Epidemiology, and End Result Program, 2013. Available from:

http://seer.cancer.gov/statfacts/html/thyro.html [cited 21/11/2013]. Utiger RD., 2005. The Multiplicity of Thyroid Nodules and Carcinomas. New

England Journal of Medicine: 352(23):2376-8.

William L. Todt, Ph.D, 2013. Available from:

http://histology-world.com/photoalbum//displayimage.php?pid=4413 [cited 01/06/13]. Wong CKM, Wheeler MH. Thyroid Nodules: Rational Management World


(62)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Nabilah binti Saroni

Tempat/ tangga lahir : Selangor, Malaysia / 1 Januari 1992 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jl. Prof. M. Yusuf No. 17 Medan Sumatera Utara, Indonesia Nomor Telepon : 085761122771

Orang Tua : - Ayah : Saroni bin Judi - Ibu : Mugiah binti Ahmad Riwayat Pendidikan : Taski Al-Hidayah Hulu Langat

Sekolah SRI/ SMI ABIM Kajang Ma’had Al-Zaytun

SMK Abdul Jalil Hulu Langat President College Kuala Lumpur Riwayat Pelatihan : Program Islamic Medicine 2010

Program Sunatan 2011-2013

Program Advanced Cardio Pulmonary Resuscitation 2013 Program Mini Class MET 2013

Seminar Update Kedokteran dan Penyusunan Proposal Penelitian 2013

Riwayat Organisasi : Exco Wanita dan Keselamatan PKPMI-CM 2012-2013 Exco Pengurusan MET 2012-2013

Sekretaris MET 2013-2014 Photo


(63)

LAMPIRAN 2: DATA INDUK

PROFIL PENDERITA LESI JINAK DAN GANAS PADA TIROID BERDASARKAN DIAGNOSA HISTOPATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN 2010-2012

No Jenis Kelamin Usia

Tahun Diagnosa Gambaran Histopatologi Kelompok Usia

1 laki-laki 62 2010 karsinoma papilari >50

2 laki-laki 34 2010 adenoma 31 - 40

3 perempuan 59 2010 adenoma >50

4 perempuan 49 2010 adenoma 41 - 50

5 perempuan 42 2010 adenoma 41 - 50

6 perempuan 78 2010 karsinoma medulari >50

7 perempuan 16 2010 adenoma 0 - 19

8 perempuan 16 2010 karsinoma folikuler 0 - 19

9 perempuan 37 2010 karsinoma anaplastik 31 - 40

10 perempuan 47 2010 adenoma 41 - 50

11 perempuan 42 2010 adenoma 41 - 50

12 perempuan 17 2010 karsinoma papilari 0 - 19

13 perempuan 48 2010 karsinoma folikuler 41 - 50

14 perempuan 48 2010 adenoma 41 - 50

15 perempuan 21 2010 karsinoma folikuler 20 - 30

16 perempuan 49 2010 karsinoma folikuler 41 - 50

17 perempuan 38 2010 karsinoma papilari 31 - 40

18 laki-laki 70 2010 karsinoma papilari >50

19 laki-laki 37 2010 adenoma 31 - 40

20 perempuan 59 2010 adenoma >50

21 perempuan 61 2010 adenoma >50

22 perempuan 50 2010 adenoma 41 - 50

23 perempuan 23 2010 adenoma 20 - 30

24 perempuan 49 2010 karsinoma folikuler 41 - 50

25 perempuan 41 2010 karsinoma folikuler 41 - 50

26 perempuan 41 2010 adenoma 41 - 50

27 perempuan 41 2010 adenoma 41 - 50

28 perempuan 26 2010 adenoma 20 - 30

29 perempuan 48 2010 adenoma 41 - 50

30 perempuan 30 2010 adenoma 20 - 30

31 laki-laki 45 2010 karsinoma papilari 41 - 50

32 laki-laki 67 2010 karsinoma papilari >50

33 perempuan 40 2010 adenoma 31 - 40


(64)

35 perempuan 46 2010 karsinoma folikuler 41 - 50

36 perempuan 56 2010 karsinoma folikuler >50

37 perempuan 51 2010 karsinoma folikuler >50

38 perempuan 54 2010 adenoma >50

39 perempuan 39 2010 karsinoma folikuler 31 - 40

40 perempuan 51 2010 karsinoma papilari >50

41 perempuan 47 2010 adenoma 41 - 50

42 perempuan 28 2010 karsinoma papilari 20 - 30

43 perempuan 28 2010 karsinoma papilari 20 - 30

44 laki-laki 48 2010 adenoma 41 - 50

45 laki-laki 49 2010 adenoma 41 - 50

46 perempuan 46 2010 adenoma 41 - 50

47 laki-laki 47 2010 karsinoma papilari 41 - 50

48 perempuan 45 2010 adenoma 41 - 50

49 laki-laki 24 2010 karsinoma folikuler 20 - 30

50 laki-laki 48 2010 adenoma 41 - 50

51 perempuan 40 2010 adenoma 31 - 40

52 perempuan 62 2010 adenoma >50

53 perempuan 32 2010 karsinoma folikuler 31 - 40

54 perempuan 48 2010 karsinoma folikuler 41 - 50

55 perempuan 17 2010 adenoma 0 - 19

56 perempuan 73 2010 karsinoma medulari >50

57 perempuan 51 2010 adenoma >50

58 perempuan 67 2010 karsinoma folikuler >50

59 perempuan 50 2010 adenoma 41 - 50

60 perempuan 69 2010 adenoma >50

61 perempuan 27 2010 karsinoma folikuler 20 - 30

62 perempuan 48 2010 adenoma 41 - 50

63 perempuan 40 2010 karsinoma folikuler 31 - 40

64 perempuan 59 2010 karsinoma folikuler >50

65 perempuan 30 2010 karsinoma folikuler 20 - 30

66 perempuan 40 2010 adenoma 31 - 40

67 perempuan 42 2010 adenoma 41 - 50

68 perempuan 48 2010 adenoma 41 - 50

69 perempuan 49 2010 adenoma 41 - 50

70 perempuan 72 2010 adenoma >50

71 laki-laki 41 2010 karsinoma papilari 41 - 50

72 perempuan 38 2010 karsinoma folikuler 31 - 40

73 perempuan 42 2010 adenoma 41 - 50

74 perempuan 33 2010 adenoma 31 - 40


(65)

76 perempuan 36 2010 karsinoma papilari 31 - 40

77 perempuan 36 2010 adenoma 31 - 40

78 perempuan 47 2010 adenoma 41 - 50

79 perempuan 44 2010 adenoma 41 - 50

80 perempuan 46 2010 adenoma 41 - 50

81 perempuan 41 2011 karsinoma folikuler 41 – 50

82 laki-laki 83 2011 karsinoma papilari >50

83 perempuan 26 2011 adenoma 20 – 30

84 perempuan 47 2011 adenoma 41 – 50

85 laki-laki 56 2011 karsinoma medulari >50

86 perempuan 50 2011 karsinoma folikuler 41 – 50

87 perempuan 43 2011 karsinoma papilari 41 – 50

88 perempuan 55 2011 adenoma >50

89 perempuan 49 2011 karsinoma folikuler 41 – 50

90 perempuan 51 2011 adenoma >50

91 perempuan 63 2011 karsinoma folikuler >50

92 perempuan 45 2011 karsinoma papilari 41 – 50

93 perempuan 56 2011 karsinoma folikuler >50

94 laki-laki 48 2011 karsinoma folikuler 41 – 50

95 perempuan 75 2011 karsinoma folikuler >50

96 perempuan 57 2011 adenoma >50

97 perempuan 27 2011 adenoma 20 – 30

98 perempuan 32 2011 karsinoma papilari 31 – 40

99 laki-laki 49 2011 karsinoma papilari 41 – 50

100 perempuan 40 2011 adenoma 31 – 40

101 laki-laki 47 2011 karsinoma medulari 41 – 50

102 perempuan 42 2011 adenoma 41 – 50

103 perempuan 48 2011 adenoma 41 – 50

104 perempuan 37 2011 karsinoma papilari 31 – 40

105 perempuan 46 2011 adenoma 41 – 50

106 perempuan 45 2011 karsinoma papilari 41 – 50

107 perempuan 52 2011 karsinoma papilari >50

108 perempuan 22 2011 karsinoma papilari 20 – 30

109 perempuan 49 2011 karsinoma folikuler 41 – 50

110 perempuan 28 2011 karsinoma folikuler 20 – 30

111 perempuan 46 2011 karsinoma folikuler 41 – 50

112 perempuan 62 2011 karsinoma anaplastik >50

113 laki-laki 59 2011 karsinoma papilari >50

114 perempuan 52 2011 adenoma >50

115 perempuan 36 2011 adenoma 31 – 40


(1)

ADENOMA- JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 12 13.3 13.3 13.3

perempuan 78 86.7 86.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

ADENOMA- KELOMPOK USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-19 4 4.4 4.4 4.4

20-30 9 10.0 10.0 14.4

31-40 16 17.8 17.8 32.2

41-50 38 42.2 42.2 74.4

>50 23 25.6 25.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

KARSINOMA PAPILARI- JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 11 37.9 37.9 37.9

perempuan 18 62.1 62.1 100.0


(2)

KARSINOMA PAPILARI- KELOMPOK USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-19 1 3.4 3.4 3.4

20-30 4 13.8 13.8 17.2

31-40 6 20.7 20.7 37.9

41-50 9 31.0 31.0 69.0

>50 9 31.0 31.0 100.0

Total 29 100.0 100.0

KARSINOMA FOLIKULER- JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 5 10.4 10.4 10.4

perempuan 43 89.6 89.6 100.0

Total 48 100.0 100.0

KARSINOMA FOLIKULER- KELOMPOK USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-19 4 8.3 8.3 8.3

20-30 8 16.7 16.7 25.0

31-40 6 12.5 12.5 37.5

41-50 17 35.4 35.4 72.9


(3)

KARSINOMA MEDULARI- JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 4 66.7 66.7 66.7

perempuan 2 33.3 33.3 100.0

Total 6 100.0 100.0

KARSINOMA MEDULARI- KELOMPOK USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 41-50 1 16.7 16.7 16.7

>50 5 83.3 83.3 100.0

Total 6 100.0 100.0

KARSINOMA ANAPLASTIK- JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid perempuan 4 100.0 100.0 100.0

KARSINOMA ANAPLASTIK- KELOMPOK USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 31-40 1 25.0 25.0 25.0

>50 3 75.0 75.0 100.0


(4)

(5)

(6)