terdapat kesenjangan harapan yang signifikan antara fiskus dengan mnanajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak.
Dari pemaparan diatas disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan manajer. Hal ini memberikan
indikasi bahwa fiskus dan manajer memilki pengetahuan atau informasi yang cukup mengenai sikap dan kinerja konsultan pajak.
Informasi itu mungkin didapat dari peraturan perpajakan yang berlaku berarti pemerintah selaku pembuat peraturan perpajakan itu berhasil
mencegah adanya salah pengertian antara wajib pajak dengan fiskus.
c. Kesenjangan Harapan Konsultan Pajak dan Manajer atas Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak
Tabel 4.14 Output SPSS 1 Independent Sample T-test Konsultan Pajak dan Manajer
Group Statistics
PROFESI N
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean TSKPIP
KONSULTAN PAJAK 34
54.7353 8.96224
1.53701 MANAJER
26 55.2692
5.90971 1.15899
TSKPTK KONSULTAN PAJAK
34 91.1765
9.83337 1.68641
MANAJER 26
83.6538 9.68274
1.89894 TFMKKP
KONSULTAN PAJAK 34
198.2059 17.81518
3.05528 MANAJER
26 182.1923
21.20570 4.15878
Total KONSULTAN PAJAK
34 344.1176
30.37120 5.20862
MANAJER 26
321.1154 34.59980
6.78558
Sumber: Data Primer yang Diolah 2009
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa rata-rata mean untuk konsultan pajak adalah 344,1176 lebih besar daripada mean
manajer yang sebesar 321,1154. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa konsultan pajak memilki persepsi yang lebih baik dibandingkan
manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak. Selain itu, berdasarkan
rata-rata skor yang didapat oleh dua populasi tersebut terlihat terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi konsultan pajak dan manajer
atas sikap dan kinerja konsultan pajak. Untuk melihat perbedaan tersebut secara statistik maka, dapat
melihat tabel 4.15 dibawah ini:
Tabel 4.15 Output SPSS 2 Independent Sample T-test Konsultan Pajak dan Manajer
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
t df
Sig. 2-tailed Mean
Difference Std. Error
Difference 95 Confidence Interval
of the Difference Lower
Upper TSKPIP
Equal variances assumed
6.203 .016
-.263 58
.794 -.53394
2.03066 -4.59874
3.53087 Equal variances
not assumed -.277
56.910 .783
-.53394 1.92501
-4.38883 3.32096
TSKPTK Equal variances
assumed .354
.554 2.956
58 .005
7.52262 2.54500
2.42826 12.61699
Equal variances not assumed
2.962 54.366
.005 7.52262
2.53968 2.43167
12.61358 TFMKKP
Equal variances assumed
.640 .427
3.177 58
.002 16.01357
5.04105 5.92281
26.10434 Equal variances
not assumed 3.103
48.554 .003
16.01357 5.16044
5.64087 26.38628
Total Equal variances
assumed .214
.645 2.737
58 .008
23.00226 8.40504
6.17776 39.82677
Equal variances not assumed
2.689 49.992
.010 23.00226
8.55417 5.82064
40.18389
Sumber: Data Primer yang Diolah 2009
Pada hasil output pada tebel 4.15 menunjukkan bahwa kedua populasi memiliki varians yang sama. Hal ini terbukti F hitung berada
pada equal variances assumed dengan probabilitas 0,645 yang lebih besar dari 0,050. Dari hasil pengujian pada kolom t-test for Equality of
Means didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,008. Hasil tersebut lebih
kecil dari tingkat signifikansi yang yang telah ditetapkan sebesar
0,050. Dan t hitung sebesar 2,737 yang hasil tersebut lebih besar dari t tabel sebesar 2,0017 df= 60-2= 58. Dari pengujian tersebut tampak
bahwa hipotesis diterima dengan kata lain terdapat kesenjangan harapan antara konsultan pajak dengan manajer atas sikap dan kinerja
konsultan pajak. Namun pada kategori SKPIP persepsi konsultan pajak dan manajer tidak terdapt perbedaan karena probabilitasnya sebesar
0,783 yang lebih besar dari 0,050. Secara keseluruhan terlihat bahwa terdapat kesenjangan
harapan antara konsultan pajak dan manajer. Pada penelitian terdahulu dalam Persepsi Mahasiswa, Auditor Dan Pemakai Laporan Keuangan
Terhadap Peran Dan Tanggung Jawab Auditor: Studi Empiris Mengenai Expectation Gap Yeni, 2001 bahwa terdapat kesenjangan
harapan antara auditor dan pemakai laporan keuangan terhadap peran dan tanggung jawab auditor. Jika membandingkan dengan penelitian
sebelumnya maka, dapat penulis simpulkan bahwa terjadi kesenjangan harapan antara auditor selaku pemberi jasa yang menerima fee dari
klien sesuai penugasannya dengan pemakai laporan keuangan sebagai penerima jasa dari auditor dan memberikan fee. Hal ini serupa dengan
kesenjangan harapan yang terjadi antara konsultan pajak sebagai pemberi jasa yang menerima fee dari klien atau wajib pajak sesuai
penugasannya dengan manajer sebagai penerima jasa dan memberikan fee
tersebut. Atas dasar ini, biasanya pemberi jasa dituntut memberikan pengorbanan yang lebih atas kepentingan penerima jasa. Konsultan
pajak yang dianggap sebagai orang yang memiliki pengetahuan yang
memadai dalam bidang perpajakan dituntut untuk memenuhi harapan klien yang dinilai terlalu tinggi dari apa yang seharusnya dilakukan
konsultan pajak. Klien beranggapan bahwa segala urusan perpajakan yang diberikan kepada konsultan pajak menjadi urusan konsultan pajak
sepenuhnya. Padahal jika ditelaah kembali, klien seharusnya ikut terlibat didalamnya. Hal ini dimungkinkan karena dalam Undang-
Undang No.28 Tahun 2007 mengenai Ketentuan Umum Perpajakan pada pasal 32 diatur penyerahan urusan perpajakan kepada pihak lain
sehingga memberikan kelonggaran kepada wajib pajak untuk mengkuasakan hak dan kewajiban perpajakan kepada pihak lain dalam
hal ini pihak lain yang dimaksud adalah wakil atau kuasa wajib pajak yang memahami masalah perpajakan seperti konsultan pajak. Hal
inilah yang membuat kesenjangan harapan antara konsultan pajak dan manajer.
d. Kesenjangan Harapan Fiskus, Konsultan Pajak dan Manajer atas Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak