Populasi penelitian ini adalah fiskus yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak, Konsultan Pajak pada Kantor Konsultan Pajak dan manajer yang terdiri
dari manajer keuangan atau orang yang menangani pajak pada perusahaan- perusahaan di wilayah Jakarta.
Jumlah dari keseluruhan sampel yang meliputi fiskus, konsultan pajak dan manajer yang diambil adalah 137 responden. Yang terbagi menjadi 37
kuesioner pada fiskus, 50 kuesioner pada konsultan pajak, dan 50 kuesioner pada manajer. Tipe desain pengambilan sampel dari populasi adalah
representasi, yaitu sampel yang diambil dapat mewakili dari masing-masing populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling,
yang berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukurnya dan bersifat kooperatif Teguh, 2005.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data
primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada fiskus, konsultan pajak dan manajer.
Adapun data-data yang digunakan untuk mendukung penelitian diperoleh melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Field Research Penelitian secara langsung pada obyek yang diteliti melalui pemberian
kuesioner kepada fiskus, konsultan pajak dan manajer. Kuesioner yang diberikan dalam bentuk tertutup dalam arti jawaban untuk kuesioner telah
ditentukan sehingga responden hanya memilih salah satu dari alternatif jawaban yang tersedia Andini, 2004.
2. Library Research Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui
hasil laporan, buku-buku, majalah, surat kabar, internet dan perundang- undangan serta peraturan pelaksanaannya yang berhubungan dengan
penelitian Andini, 2004.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 12.00.
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas Data Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen
tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai harapan peneliti. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaannya mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengukuran validitas dalam penelitian ini menggunakan
korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r
hitung dengan r tabel untuk degree of freedom df= n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Untuk menguji apakah suatu pernyataan valid
atau tidak valid dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel.
Nilai dari r hitung diperoleh dari tampilan Cronbach’s Alpha pada kolom Correlated Item-Total Correlation Ghozali, 2005. Adapun
dasar pengambilan keputusannya: Jika r hitung r tabel maka, butir pernyataan dinyatakan valid
Jika r hitung r tabel maka, butir pernyataan dinyatakan tidak valid
b. Uji Reliabilitas Instrumen Uji ini dilakukan guna menguji konsistensi penggunaan
instrumen variabel terhadap data yang dikumpulkan. Instrumen dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang
berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel dan handal jika jawaban responden tersebut konsisten dari waktu ke waktu. Jika hasil dari
Cronbach Alpha dibawah 0,60 maka dikatakan bahwa data tersebut
mempunyai keandalan reliable yang relatif rendah Ghozali, 2005. Uji reliabilitas data ini menggunakan bantuan program SPSS.
2. Uji Asumsi atau Persyaratan
Uji ini dilakukan guna memenuhi asumsi dalam penggunaan metode pengujian hipotesis yang akan dilakukan sehingga penggunaan
rumus tersebut tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku. a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi terdistribusi secara normal atau tidak dengan menggunakan metode
One Sample Kolmogrov-Smirnov test . Tujuan dari pengujian
normalitas ini adalah untuk menentukan apakah digunakan statistik parametrik atau non parametrik Nasser dan Ayuningtyas, 2007.
Adapun dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas: Jika asymp.Sig 0,05 maka H0 ditolak, data terdistribusi tidak normal.
Jika asymp.Sig 0,05 maka H0 diterima, data terdistribusi normal.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk memberi jawaban atas perumusan hipotesis yang telah disusun sebelumnya. Pengujian hipotesis yang
dilakukan dalam penelitian ini merupakan pengujian hipotesis komparatif yang berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan
melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Hal ini juga dapat berarti menguji kemampuan generalisasi signifikansi hasil
penelitian yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel atau lebih. Model komparasi yang digunakan adalah komparasi antara dua
sampel untuk menguji Ha
1
, Ha
2
, dan Ha
3
. Sedangkan untuk pengujian hipotesis empat Ha4 menggunakan model komparasi antara lebih dari
dua sampel komparasi sampel k. Dan model komparasi sampel yang digunakan adalah sampel yang tidak berkorelasi atau sampel independen.
Sampel independen adalah sampel yang tidak berkaitan satu sama lain Sugiyono, 2008. Hipotesis ini secara statistis dinyatakan dengan:
Ha: µ
1
µ
2
µ
3
Keterangan: µ
1 =
rata-rata harapan fiskus µ
2 =
rata-rata harapan konsultan pajak
µ
3 =
rata-rata harapan manajer
Adapun pengujian hipotesisnya terdiri dari: 1. Uji Beda T-test Independent Sample T Test
Uji ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji t
dilakukan untuk menguji : Ha
1
= Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan konsultan pajak atas sikap dan kinerja konsultan pajak
Ha
2
= Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak
Ha
3
= Terdapat kesenjangan harapan antara konsultan pajak dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak
Terdapat dua langkah analisis dalam menggunakan uji beda t- test
. Langkah pertama dengan melihat ada tidaknya perbedaan pada rata-rata populasi. Langkah kedua dengan melihat nilai signifikansi
untuk menentukan apakah perbedaan tersebut nyata secara statistik atau tidak. Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas 0,05 maka, H0 diterima artinya tidak berbeda Jika probabilitas 0,05 maka, H0 ditolak artinya berbeda
Pada hipotesis kedua Ha
2
dan hipotesis ketiga Ha
3
taraf kesalahan atau tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5 0,05
sedangkan pada hipotesis pertama Ha
1
tingkat signifikansi yang menjadi dasar pengambilan keputusan adalah 10 0,10. Dasar
pengambilan keputusan ini karena didalam penelitian yang berdasarkan sampel mengandung dua tipe kesalahan yaitu tipe I dan
tipe II. Tipe I adalah menyalahkan H0 padahal H0 benar. Selain itu, tujuan penelitian adalah ingin menolak menyalahkan H0 dan
menerima Ha. Untuk ilmu sosial umunya digunakan 5 dan 10 karena dengan tingkat kesalahan ini tidak berdampak fatal.
Beda dengan penelitian di farmasi atau kedokteran yang bisa fatal bagi manusia sehingga tingkat signifikansi kecil yaitu sebesar 1 Ghozali,
2009. 2. One Way Analysis Of Variance One- Way ANOVA
Uji one- way ANOVA digunakan untuk menguji beda rata-rata lebih dari dua sampel Nasser dan Ayuningtyas, 2007. One-Way
ANOVA dilakukan untuk menguji hipotesis nol keempat Ha
4
atas tiga sampel yang berbeda yaitu fiskus, konsultan pajak dan manajer,
hipotesis tersebut yaitu: Ha
4
= Tidak terdapat kesenjangan harapan antara fiskus, konsultan pajak, dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak
Dasar pengambilan keputusan: Jika probabilitas 0.05, H0 diterima atau Ha ditolak
Jika probabilitas 0.05, H0 ditolak atau Ha diterima
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan adalah sikap dan kinerja konsultan pajak yang dipersepsikan oleh tiga kelompok responden, yaitu fiskus,
konsultan pajak, dan manajer terhadap tiga kategori sebagai subvariabel, yang antara lain:
1. Sikap konsultan pajak terhadap informasi perpajakan pada Surat Pemberitahuan SPT maupun laporan keuangan klien SKPIP
Pada subvariabel ini responden diminta memberikan pendapat bagaimana sikap konsultan pajak terhadap informasi perpajakan klien pada SPT
maupun laporan keuangan klien. Terdapat empat belas indikator pertanyaan. Pada nomor 1, 8, 9, dan 10 didapat dari referensi Agus
Setiawan dan Basri Musri dalam Tax Audit dan Tax Review 2007. Nomor 2, 3, dan 5, diadopsi dari Nasser dan Ayuningtyas 2007 yang
telah disesuaikan. Untuk nomor 4, 6, dan 7 diadopsi dari Maria Ulfah 2007 dan nomor 11 hingga 14 dari referensi Budileksmana 2000.
2. Sikap konsultan pajak terhadap kliennya SKPTK Subvariabel SKPTK ingin menunjukkan bagaimana konsultan pajak
bersikap terhadap kliennya dalam memberikan pelayanan atas jasa- jasanya. Pada bagian ini terdapat dua puluh tiga indikator pertanyaan. Pada
nomor 1 dibuat atas referensi Agus Setiawan dan Basri Musri dalam Tax
Audit dan Tax Review 2007. Nomor 4 hingga 9 dibuat berdasarkan referensi dari kode etik konsultan pajak yang disusun oleh IKPI pada poin
hubungan konsultan pajak dengan wajib pajak pernyataan nomor 8 dan 9 adalah pernyataan negatif. Untuk nomor 2, 10 hingga 19, dan juga nomor
21 hingga 23 diadopsi dari Iip Latipah 2008 dan Ricky Wellyando 2006, dan untuk nomor 20 diadopsi dari Yeni 2001.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan pajak FMKKP Pada subvariabel FMKKP ini terdiri dari beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja konsultan pajak. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja suatu profesi atau sumber daya manusia Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan empat belas faktor yang dapat mempengaruhi kinerja konsultan pajak, yaitu:
a. Kepribadian Kepribadian diartikan sebagai kecenderungan kepribadian seseorang
yang menetap pada diri seseorang Maria Ulfah, 2007. Pada faktor kepribadian ini terdapat enam indikator pertanyaan. Pada pertanyaaan
nomor 1 sampai dengan 5 dibuat atas referensi dari kode etik profesi konsultan pajak yang disusun oleh Ikatan Konsultan Pajak Indonesia
IKPI yang mengatur mengenai kepribadian konsultan pajak Indonesia. Pada pertanyaan nomor 6 dibuat atas referensi Jurnal
Perpajakan Indonesia, volume 3, nomor 9, april 2004 pada wawancara utama dengan Tjoe Tjoe Alihartono.
b. Kemampuan
Konsultan pajak memiliki aturan bagi profesinya yang menuntut dirinya agar memenuhi kualifikasi tertentu sebelum bisa menjadi
seorang konsultan pajak seperti syarat sertifikasi untuk izin prakteknya. Hal itu merupakan jaminan bagi klien atas kemampuannya
menjalankan tugas sesuai permintaan klien. Terdapat sembilan indikator pertanyaan pada faktor kemampuan ini. Pada pertanyaan
nomor 7 sampai dengan 14 diadopsi dari kuesioner Nasser dan Ayuningtyas 2007 pada indikator faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja auditor yang telah disesuaikan untuk konsultan pajak oleh penulis. Sedangkan pada pertanyaan nomor 15, dibuat berdasarkan
referensi Indonesian Tax Review, volume I, Edisi 07, 2008 pada Tax Focus
dengan judul wacana AR: Antara WP dan DJP. c. Tanggung Jawab
Seberapa jauh tanggung jawab konsultan pajak dalam menjalankan tugasnya. Terdapat delapan pertanyaan, terdiri dari: pertanyaan nomor
16 diadopsi dari Nasser dan Ayuningtyas 2007 yang telah disesuaikan, nomor 17 dan 20 diadopsi dari Arrozi 2004 pada
dimensi Responsibility, nomor 18 dan 19 atas referensi dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98PMK.032005 pada kewajiban konsultan
pajak, nomor 21 dan 22 diadopsi dari Yeni 2001 yang telah disesuaikan, dan nomor 23 berasal dari referensi UU KUP tahun 2007
pasal 32 ayat 3. d. Prestasi Kerja
Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh individu maupun organisasi dalam melaksanakan tugasnya yang dapat dinilai
oleh suatu metode atau dapat diukur sejauhmana pencapaiannya. Terdapat dua buah pertanyaan yaitu nomor 24 berasal dari referensi
Annisa Ekowati 2005 dan nomor 25 atas referensi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98PMK.032005 pada kewajiban konsultan pajak
nomor tujuh. e. Komitmen Profesi
Komitmen profesi dapat diartikan tingkat loyalitas individu pada profesinya Idris, 2008. Terdapat lima pertanyaan yang terdiri dari
nomor 26, 27, dan 28 yang diadopsi dari Yeni 2001. Nomor 29 berasal dari kode etik konsultan pajak dan nomor 30 dari referensi
Budileksmana 2000. f. Jabatan
Para karyawan akan termotivasi dan terpuaskan dengan pekerjaan- pekerjaannya bila mereka merasa bahwa jabatan-jabatannya memilki
arti, bila mereka bertanggungjawab secara pribadi atas hasil upaya- upaya mereka dan bila umpan balik diberikan secara teratur Dale
Timpe, 1992. Terdapat satu pertanyaan yaitu nomor 31 yang berasal dari referensi Dale Timpe 1992 dalam buku seri Manajemen
Manusia: Kinerja. g. Kerjasama
Kerjasama merupakan suatu jalinan yang baik yang dilakukan seseorang kepada sekitarnya dalam menjalankan tugasnya. Terdapat
dua pertanyaan yaitu nomor 32 yang diadopsi dari Maria Ulfah 2007 pada komponen motivasi poin lima yang telah disesuaikan oleh
peneliti dan nomor 33 dari referensi Yaslis Ilyas 2002. h. Kondisi Eksternal
Suatu kondisi di luar kendali karyawan yang dapat mendukung atau tidak mendukung produktivitas karyawan Dale Timpe, 1992.
Terdapat lima pertanyaan yaitu, nomor 34 dan 36 yang dibuat berdasarkan referensi Indonesian Tax Review, volume I, Edisi 07,
2008 pada Tax Focus dengan judul wacana AR: Antara WP dan DJP dan wacana Kubu Berbeda, Tapi Saling Bersinergi. Nomor 35 dan 38
berasal dari referensi Majalah Berita Pajak, volume XL, No. 1618, edisi 1 September, 2008. Sedangkan nomor 37, diadopsi dari Nasser
dan Ayuningtyas 2007. i. Kewajiban Sosial
Merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh masyarakat maupun profesional karena adanya
pekerjaan tersebut Winanto, 2008. Adapun pertanyaan yang tercakup didalamnya yaitu nomor 39, 40, dan 41 diadopsi dari Ahmad Winanto
2008 yang telah disesuaikan untuk konsultan pajak. Pada nomor 42 diadopsi dari Nasser dan Ayunungtyas 2007.
j. Pengalaman Pengalaman adalah lamanya seseorang bekerja pada suatu perusahaan
atau organisasi Winanto, 2008. Semakin banyak pengalaman yang dimilki seseorang mengenai objek stimulusnya sebagai hasil dari
seringnya terjadi kontak antara perseptor dan objeknya semakin tinggi pula verdikalitasnya Malik, 2007. Pada pertanyaan nomor 43
diadopsi dari Trisnaningsih 2007 yang terdapat pada variabel kinerja auditor poin pertama yang telah disesuaikan. Nomor 44 atas referensi
Indonesian Tax Review, volume I, Edisi 07, 2008 pada Tax Focus dengan judul wacana AR: Antara WP dan DJP dan nomor 45 diadopsi
dari Maria Ulfah 2007 pada komponen kepribadian poin dua. k. Motivasi
Motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk
mencapai suatu tujuan Maria Ulfah, 2007. Terdapat satu pertanyaan yaitu nomor 46 yang diadopsi dari Trisnaningsih 2007 pada poin
tujuh dalam variabel kinerja auditor yag telah dimodifikasi oleh peneliti.
l. Sikap Klien Sikap klien yang dimaksud adalah sikap yang ditunjukkan klien wajib
pajak yang menggunakan jasa konsultan pajak dalam berhadapan dengan konsultan pajak atas masalah perpajakannya. Terdapat empat
indikator pertanyaan yaitu, nomor 47 yang diadopsi dari Arrozi 2004 pada dimensi Responsibility poin empat yang telah disesuaikan untuk
pajak, nomor 48 dan 49 yang diadopsi dari Maria Ulfah 2007 pada komponen kepribadian poin empat dan lima. Nomor 50 timbul dari
pemikiran peneliti atas dasar referensi Majalah Berita Pajak, volume XL, No. 1618, edisi 1 September, 2008, dimana Dirjen Pajak, Darmin
Nasution mengungkapkan bahwa semakin baik perpajakan kita maka akan semakin diperlukan konsultan-konsultan pajak untuk presisi
karena hanya konsultan pajak itulah ahlinya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin baiknya perpajakan kita salah satunya
dilihat dari tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak terlihat dari pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya. Apabila
wajib pajak tersebut menggunakan jasa konsultan pajak maka, konsultan pajak itulah yang membantu dalam pelaksanaan hak dan
kewajiban perpajakannya hasil dari kinerja konsultan pajak. m. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerjasama menuju kepada suatu tujuan tertentu
yang mereka inginkan Siagian, 1983. Terdapat empat indikator pertanyaan, nomor 51 dan 54 diadopsi dari Nasser dan Ayuningtyas
2007, nomor 52 diadopsi dari Arrozi 2004, dan nomor 53 dari referensi Sondang Siagian 1985 yang mengungkapkan bahwa salah
satu ciri-ciri kepemimpinan adalah memiliki sense of priority. n. Pendapatan
Pendapatan merupakan timbal balik atau imbalan yang diberikan klien kepada pemberi jasa. Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu bentuk
penghargaan atas apa yang telah dilakukan menurut tugas dan tanggung jawabnya. Hanya terdapat satu indikator pertanyaan yaitu
nomor 55 yang diadopsi dari Yeni 2001 yang telah dimodifikasi.
Responden diminta
menyatakan tingkat
kesetujuan atau
ketidaksetujuan dalam 5 rentang skala likert dengan standar penilaian terendah 1 dan tertinggi 5 dengan tipe jawaban:
• Sangat tidak setuju STS dengan bobot 1 • Tidak setuju TS dengan bobot 2
• Netral dengan bobot 3 • Setuju S dengan bobot 4
• Sangat setuju dengan bobot 5 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Subvariabel dan Indikator Untuk Kuesioner Tentang Sikap dan
Kinerja Konsultan Pajak
Variabel Subvariabel
Indikator Ukuran
Skala
Ordinal Sikap dan Kinerja
Konsultan Pajak 1. Sikap konsultan
pajak terhadap informasi
perpajakan pada SPT dan laporan
keuangan klien Konsultan pajak dapat menjamin
bahwa: a. SPT diisi dengan jelas, tepat
dan lengkap b. SPT bebas dari penyimpangan
yang disengaja c. SPT bebas dari kesalahan
yang tidak disengaja d. SPT disampaikan tepat waktu
e. SPT diisi sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku
f. SPT diisi sesuai informasi perpajakan yang relevan
g. Informasi perpajakan pada laporan keuangan telah sesuai
dengan peraturan perpajakan Konsultan pajak wajib:
a. Mempelajari seluruh berkas wajib pajak
b. Menyiapkan berkas
wajib pajak
c. Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak
d. Menyusun laporan keuangan fiskal
e. Memberikan pengarahan
dalam pengisian SPT f. Membantu membuat laporan
keuangan fiskal g. Membuat perhitungan pajak
yang harus dibayar wajib pajak
Likert
Berlanjut ke halaman 47 Lanjutan dari halaman 46
2. Sikap konsultan pajak terhadap
kliennya a. Memberikan masukan yang
berguna bagi klien WP b.
Peduli terhadap
masalah perpajakan klien
c. Memberikan
jawaban dan
respon yang efektif dan jelas Likert
d. Tidak menawarkan fee untuk mendapatkan klien
e. Menjaga kerahasiaan wajib pajak
e. Menolak untuk melakukan penyimpangan
f. Memberikan petunjuk yang tidak menyesatkan wajib pajak
g. Memberikan jaminan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan
h. Membatasi wajib pajak dalam memilih konsultan pajak lain
i. Cepat tanggap
terhadap masalah klien
j. Terbuka dalam mengkomunikasikan informasi
perpajakan k. Memberikan
kemudahan, ketepatan
dan kecepatan
dalam mengelola
dan penyelesaian
pelayanan terhadap WP
l. Segera menginformasikan
perubahan ketentuan
perpajakan dan intepretasinya yang berkaitan dengan bisnis
WP m. Mengikuti
perkembangan bisnis WP
n. Memberikan pelayanan secara tepat dan tuntas
o. Kejujuran, keterampilan,
ketepatan dan ketegasan dalam penerapan
peraturan perpajakan
Berlanjut ke halaman 48 Lanjutan dari halaman 47
p. Mempermudah WP
dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya
q. Memiliki pemahaman tentang bisnis serta kebutuhan WP
r. Memperhatikan terpeliharanya manajemen perpajakan klien
yang baik
s. Konsultan pajak memonitor kepatuhan WP
t. Bersikap ramah, sopan dan bersahabat kepada WP dari
seluruh proses pelayanan u. Mudah
dihubungi melalui
berbagai media komunikasi v. Mudah
dihubungi melelui
berbagai media komunikasi w. Menunjukkan
penampilan, sikap, kepribadian dan kinerja
yang professional
dalam memberikan jasanya
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja
konsultan pajak a. Karakteristik kepribadian
b. Kemampuan c. Tanggung jawab
d. Prestasi kerja e. Komitmen profesi
f. Jabatan g. Kerjasama
h. Kondisi eksternal i. Kewajiban sosial
j. Pengalaman k. Motivasi
l. Sikap klien m. Kepemimpinan
n. Pendapatan Likert
Sumber: Data diolah dari berbagai referensi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian