Latar Belakang Analisis perbandingan kesenjangan harapan (expectation gap) dari fiskus, konsultan pajak, dan manajeratas sikap dan kinerja konsultan pajak

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan perpajakan saat ini, tuntutan akan kebutuhan tenaga profesional untuk membantu permasalahan perpajakan sangat dibutuhkan. Pada umumnya orang tidak memahami Undang-Undang pajak secara cermat, tapi pihak pertama yang paling concern adalah konsultan Majalah Berita Pajak, 2008. Banyaknya perubahan yang dilakukan pemerintah dalam undang- undang maupun peraturan perpajakan mengakibatkan kesulitan dalam pelaksanaan perpajakan bagi wajib pajak. Contohnya, perubahan undang- undang perpajakan yang berkenaan dengan Ketentuan Umum Perpajakan yang telah beberapa kali diubah dengan urutan sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, diubah menjadi; 2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, diubah menjadi; 3. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, diubah menjadi; 4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Selain itu, akhir-akhir ini pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak DJP sedang menggalakkan program intensifikasi dan ekstensifikasi pajak. Dalam program ekstensifikasi pajak, DJP mengupayakan kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP guna meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar. Salah satu upaya yang dilakukan pada awal tahun 2009 untuk mendukung program ektensifikasi pajak adalah diberlakukannya kebijakan fiskal luar negeri bagi wajib pajak dalam negeri yang akan bertolak ke luar negeri, dimana wajib pajak yang tidak mempunyai NPWP dikenakan fiskal luar negeri kurang lebih sebesar dua kali lipat dari sebelum adanya peraturan ini. Banyaknya aturan baru dan kondisi bisnis yang semakin sulit, membuat wajib pajak WP, terutama perusahaan, semakin banyak menggunakan jasa konsultan pajak. Menurut managing partner MUC Consulting Group, salah satu konsultan pajak di Jakarta. Sugianto mengatakan, dalam situasi krisis seperti saat ini, perusahaan tidak akan mengambil risiko terkena masalah pajak. Dia harus fokus ke bisnis, sehingga mereka meminta jasa konsultan. Jadi, ini semua sudah menjadi kebutuhan perusahaan, kata Sugianto. Menurut dia, jasa konsultasi pajak terus berkembang dan semakin diminati wajib pajak. Tahun ini saja, secara kumulatif, jasa konsultasinya melayani lebih dari 150 perusahaan, dengan sekitar 500 penugasan. Dari tahun ke tahun, trennya memang meningkat, kata Sugianto http:antikorupsi.orgindo . Melihat fenomena yang terjadi, maka fungsi konsultan pajak ini penting karena berusaha membantu wajib pajak melakukan segala sesuatu yang benar, sesuai dengan ketentuan undang-undang, yang dapat menghindarkan wajib pajak dari perbuatan yang menyalahi hukum Soemitro, 2004. Selain itu, sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia saat ini adalah self assessment, dimana setiap wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, menyetor, melapor dan melaksanakan kewajiban perpajakannya sendiri. Kepercayaan yang diberikan wajib pajak oleh pemerintah dalam urusan perpajakan yang dilakukan sendiri, tentu tidak begitu saja dibiarkan. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak khususnya pemeriksa pajak fiskus harus tetap memantau atau mengawasi perilaku wajib pajak agar sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Dengan kata lain fiskus harus melakukan pemeriksaan guna memantau tingkat kepatuhan wajib pajak tersebut. Dalam proses pemeriksaan, wajib pajak boleh meminta bantuan konsultan pajak untuk mendampinginya menjawab pertanyaan- pertanyaan fiskus atau membantu untuk memecahkan masalah perpajakan yang dihadapi dengan cara-cara yang tidak menyimpang dari aturan. Dalam hal ini peran konsultan pajak adalah sebagai jembatan antara fiskus dengan wajib pajak. Menggunakan jasa konsultan pajak kadang-kadang juga masih dibayangi rasa ragu-ragu terhadap “kreativitas” konsultan pajak yang disebabkan mereka lebih mengetahui seluk beluk perpajakan sedangkan pemahaman wajib pajak kadang masih belum begitu mendalam Jurnal Pajak Indonesia, 2004. Konsultan pajak yang semakin penting perannya dalam dunia perpajakan memang membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang handal dengan kompetensi yang memadai dan memiliki integrits moral yang tidak diragukan lagi Jurnal Pajak Indonesia, 2004. Untuk meningkatkan kualitas dari konsultan pajak salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki kinerja untuk lebih baik lagi. Apalagi tantangan yang akan dihadapi didepan nanti oleh konsultan pajak yang semakin berat. Contohnya saja saat ini Direktorat Jenderal Pajak sedang melakukan modernisasi perpajakan salah satu upaya yang dilakukan adalah adanya Account Representative AR , yang bertugas membantu wajib pajak dalam hal memberikan konsultasi perpajakan. Walaupun AR tidak menggeser peran konsultan pajak hingga saat ini seperti yang dikatakan oleh Drs. Tubagus Ch. Amakhi, Ak.,S.H.,M.E., karena tugas atau kewengangan AR terbatas dan tidak flexible juga perbedaan peran dan fungsi, dimana AR mewakili kantor pajak fiskuspemerintah, sedangkan konsultan pajak mewakili Wajib Pajak WP Indonesian Tax Review, 2008. Tapi hal ini hendaknya dapat dijadikan motivasi untuk memberikan pelayanan yang diwujudkan dalam kinerja yang lebih baik lagi. Semakin baik perpajakan kita maka akan semakin diperlukan konsultan-konsultan pajak untuk presisi karena hanya konsultan pajak itulah ahlinya. Melihat hal ini sepertinya membuat pemerintah termotivasi untuk membuat undang-undang untuk memperbaiki profesi konsultan pajak Majalah berita pajak, 2008. Perlunya undang-undang mengenai konsultan pajak guna sebagai batasan peran dan tanggung jawab bagi konsultan pajak karena terkadang wajib pajak manajer perusahaan beranggapan menyerahkan seluruh urusan perpajakannya kepada konsultan pajak. Padahal wajib pajak seharusnya turut andil di dalamnya. Seperti kasus yang terjadi di Bandung Kapanlagi.com penyidikan kasus dugaan mark down atau mengurangi penerimaan pajak dari setoran wajib pajak perusahaan oleh Polda Jabar yang telah mengamankan tiga tersangka staf Direktorat Jendral Pajak RI dan melibatkan konsultan pajak. Dugaannya adalah apakah mark down itu keinginan perusahaan wajib pajak ataukah permainan orang pajak dengan konsultan Dalam hal itu, ketiganya diduga bekerja sama dengan konsultan pajak yang disewa perusahaan. Diduga konsultan pajak tersebut juga pernah bekerja di Ditjen Pajak RI, sehingga mengetahui seluk-beluk praktik mark down. Hal ini, bisa jadi memicu adanya perbedaan harapan gap antara kinerja aktual dengan harapan publik. Dimana kualitas kerja konsultan pajak tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan. Seharusnya konsultan pajak dapat membantu wajib pajak menghemat pajak dengan cara yang legal bukan illegal seperti pada kasus diatas. Disinilah terjadi gap, tentang apa yang diharapkan wajib pajak dengan apa yang seharusnya konsultan pajak lakukan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasser dan Ayuningtyas 2007 yaitu menguji apakah terjadi perbedaan persepsi antara mahasiswa, auditor dan manajer terhadap sikap dan kinerja auditor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nasser dan Ayuningtyas 2007 adalah: 1. Adanya perbedaan responden dari kelompok mahasiswa akuntansi Universitas Trisakti menjadi fiskus pada Kantor Pelayanan Pajak ,auditor yang tergabung dalam IAI Kompartemen Akuntan Publik yang diambil dari direktori Kantor Akuntan Publik menjadi konsultan pajak yang terdaftar sebagai anggota IKPI per November 2008, dan manajer yang terdiri dari direktur, manajer keuangan dan pialang saham menjadi manajer baik manajer keuangan atau orang yang menangani pajak pada perusahaan-perusahaan go publik yang terdapat dalam listed companies BEJ 2008 maupun non go publik di wilayah Jakarta. 2. Penelitian ini mengenai sikap dan kinerja konsultan pajak. Sedangkan penelitian sebelumnya mengenai sikap dan kinerja auditor. 3. Pada penelitian sebelumnya indikator dari sikap dan kinerja auditor meliputi aspek-aspek penting dalam proses audit dan tanggung jawab auditor, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor, sikap auditor terhadap laporan keanguan kliennya dan sikap auditor terhadap kliennya. Sedangkan, dalam penelitian ini hanya terdapat tiga indikator yaitu sikap konsultan pajak terhadap informasi perpajakan klien, sikap konsultan pajak terhadap kliennya dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan pajak. Tanggung jawab konsultan pajak dimasukkan ke dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan pajak. 4. Metode analisis pada penelitian sebelumnnya adalah One Way ANOVA dan Kruskal Wallis, sedangkan pada penelitian ini adalah uji Independent Sample T-test dan One Way ANOVA. Terus meningkatnya kebutuhan akan konsultan pajak dan terbatasnya penelitian tentang konsultan pajak membuat penulis tertarik untuk mengangkat tema tersebut, sehingga dirumuskanlah judul “Analisis Perbandingan Kesenjangan Harapan Expectation Gap Dari Fiskus, Konsultan Pajak Dan Manajer Atas Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak”.

B. Perumusan Masalah