Meditasi Dalam Pandangan Anand Krishna

(1)

MEDITASI DALAM PANDANGAN ANAND KRISHNA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk memenuhi syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Theologi Islam

Oleh

Dini Listia

102032124623

Jurusan Perbandingan Agama

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

U I N Syarif Hidayatullah

Jakarta


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah………. 7

C. Metode Penelitian ………... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II BIOGRAFI ANAND KRISHNA ... 10

A. Riwayat Hidup Anand Krishna ... 10

B. Karya-karya Anand Krishna ... ... 20

BAB III MEDITASI DAN AGAMA ……….... 24

A. Pengertian Meditasi ... 24

B. Tujuan Meditasi ... 26

C. Meditasi: Pandangan Beberapa Agama... 31

BAB IV MEDITASI DALAM PANDANGAN ANAND KRISHNA ... 39

A. Pengertian Meditasi ... 39

B. Tujuan Meditasi ... 43

C. Manfaat Meditasi ... 56

D. Macam-macam Meditasi ... 58

E. Praktik Meditasi ... 60

BAB V PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran-saran ... 72


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi kehidupan modern cenderung mendekatkan manusia pada kekuatan di luar dirinya. Kekuatan tersebut adalah sekumpulan materi yang diusung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebahagian hidup diukur dari sejauh mana penguasaan manusia atas materi. Setiap individu cenderung memiliki hasrat untuk memuaskan kehidupan materialnya. Dalam kondisi tersebut, suasana kompetisi tidak bisa dihindarkan. Pada kenyataannya, yang menang berujung pada kepuasan, sementara kondisi yang kalah selalu berujung pada kegelisahan dan keputusasaan hidup.

Tidak hanya itu, kebahagiaan yang diukur oleh pemenuhan hasrat material terkadang juga luput dari ukuran kepuasaan. Tidak sedikit manusia merasakan kehampaan di tengah gelimang nikmat materi. Bagi kaum agamawan dan kaum spiritual, penyebab utama kondisi tersebut adalah kebahagiaan yang tidak bersumber dari dalam diri manusia sendiri. Kebahagiaan yang dicari dan diperoleh bersumber dari luar dirinya. Sementara segala sesuatu yang bersumber dari luar dirinya tidak bersifat permanen. Mereka mencari kebahagiaan abadi dari benda-benda yang tidak abadi.

Tidak sedikit manusia menyadari dirinya ibarat mesin di alam modern. Mereka beraktivitas dan bertindak layaknya mesin yang telah dirancang sedimikian rupa. Hidup mereka telah terjadual sesuai tuntutan aktivitas yang memungkinkan untuk memperoleh kebahagiaan materi. Tujuan utama adalah untuk meraih kebahagiaan. Namun kebahagiaan yang diperoleh bersifat temporal, sebab diperoleh tidak atas dasar


(4)

kesadaran individu itu sendiri. Mereka memperoleh kebahagiaan dari kondisi hidup

layaknya seorang robot yang memiliki kesadaran.1

Menurut Anand Krishna, semua persoalan tersebut besumber dari ketidasadaran. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidup, namun untuk bebas memilih tersebut diperlukan kesadaran. Memilih atas dasar kesadaran seperti halnya bertindak dan berperilaku atas dasar kesadaran. Dengan demikian manusia mengenal dan menemukan jati dirinya, sebab tidak bersandar pada kekuatan di luar dirinya.2

Banyak di antara manusia yang merasa tidak merasa puas dengan kebahagiaan yang bersifat materi dan yang mengalami kekalahan dalam persaingan hidup melarikan diri dari kehidupan dengan stres dan putus asa. Mereka yang telah begelimang nikmat materi merasa hampa dan stres, sementara yang kalah merasa putus asa dan hendak melarikan diri dari kehidupan dunia.

Di samping dua hal itu, aneka ragam persoalan juga tidak lepas dari cerita hidup setiap orang. Beban kerja yang berat, persaingan bisnis yang ketat, lalu lintas yang padat, ataupun persoalan keluarga yang bikin penat dapat memicu timbulnya stres dan putus asa. Konsekuensi dari kondisi tersebut adalah munculnya perasaan tertekan,

marah, frustrasi, atau sedih.3

Secara medis, kondisi stres dan putus asa berdampak buruk, merugikan. Pendekatan medis memiliki alternatif jalan keluar, seperti dengan pengendalian melalui pertahanan fisik. Pertahanan fisik bisa ditempuh dengan cara meningkatkan kesehatan (olahraga), menikmati hidup (cukup tidur dan santai), serta merawat diri. Meski demikian, pendekatan medis tidak cukup menyelesaikan persoalan tersebut, sebab

1

Anand Krishna, Ilmu Medis dan Meditasi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 38.

2

Krishna, Ilmu Medis dan Meditasi, h. 39.

3


(5)

tekanan hidup yang bisa memunculkan stres dan putus asa juga tidak lepas dari persoalan batin dan mental. Karena itu, pendekatan mental juga diperlukan. Dalam konteks inilah meditasi merupakan alternatif pilihan bagi mereka yang hendak menyelesaikan persoalan hidup yang menghimpit pikiran, memberikan tekanan,

memunculkan stres dan menghadirkan putus asa.4

Alternatif meditas juga menunjukkan bahwa upaya penyelesaian tersebut diperlukan sebagai bentuk pencarian hakikat dan inti kehidupan dengan merujuk pada potensi diri sendiri. Bagi Anand Krishna, meditasi merupakan jalan menuju ke diri sendiri yang memungkinkan manusia memperoleh kebahagiaan yang bersumber dari dalam diri. Dengan meditas, seseorang bisa belajar menjalani hidup dengan baik atas dasar keinginannya sendiri dan mencoba mengatasi masalah yang dihadapi. Apa pun yang terjadi selalu diterima dan disyukuri. Perasaan inilah yang menimbulkan keinginan untuk menikmati hidup dari sisi baiknya.

Terdapat kenderungan orang yang mengalami kondisi stres dan putus asa akibat memisahkan dimensi kehidupan materi dan batin. Menurut Anand Krishna konsep ini

seperti halnya memisahkan antara mind dan body. Meditasi merupakan upaya penyatuan

dua dimensi dalam diri manusia itu. Kembali pada potensi diri sendiri ini juga dilakukan dalam tradisi “Yoga” yang berarti sebuah bentuk latihan yang dilakukan untuk

mencapai integralitas dan keutuhan ruhani. Potensi diri sendir pada yoga berbentuk

pemaksimalan potensi batin. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tradisi yoga

adalah mendengar suara batin yang memuat saripati moral dasar kehidupan, berpikir, serta merefleksikan suara batin yang memuat inti kehidupan. Sementara langkah utama

yoga adalah mengalihkan diri dari kehidupan temporer menuju kehidupan abadi, di

4


(6)

mana kebahagiaan yang hendak diperoleh tidak bersifat semu, namun mampu

merangkai kebahagiaan materi sekaligus kebahagiaan batin.5

Dengan demikian, meditasi dipandang sebagai upaya mengatasi kekeliruan dalam cara pandang manusia atas alam kehidupan, seperti terhadap alam modern. Kekeliruan itu berasal dari cara pandang manusia atas diri, lingkungan, bahkan atas Tuhannya. Manusia tidak mampu menyeimbangkan elemen-elemen dasar yang mengitari hidupnya. Lebih jauh manusia tidak mampu lagi menjadikan dimensi spritual sebagai media untuk memahami kehidupan. Alam modern yang seharusnya menghadirkan kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan hidup, malah menimbulkan tekanan, stres dan putus asa yang bisa merugikan kehidupan manusia itu sendiri.

Manusia kini terperangkap dalam dunia citraan meterialistis dan bersifat fisikal. Segala hal yang berada di balik yang nampak dianggap tidak ada. Penampakan lebih penting dari kebenaran. Tidak ada waktu bagi manusia untuk merenungkan makna dan memandang apa yang berada di balik segala yang nampak. Saat itulah, cara pandang atas kehidupan mesti berubah, jika manusia ingin tetap berjalan harmonis di permukaan

bumi ini.6 Saat itulah manusia membutuhkan metode baru yang mampu mengontrol diri

mereka. Metode itu sendiri tidak lagi diupayakan berasal dari sains dan teknologi yang

terbukti rapuh dalam memayungi realitas hidup manusia.7

Dunia yang didominasi oleh kebudayaan yang berpusat pada materi cenderung membakar-bakar keinginan. Kecukupan materi, bukan hanya harta, namun juga kedudukan dan kekuasaan yang dijadikan parameter keberhasilan. Itulah paradigma dunia modern tentang sukses dan bahagia. Sehingga semangat hidup adalah semangat

5

Budhy Munawar Rachman, Islam Pluralis, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 148-149.

6

Sukidi, New Age: Wisata Spiritual Lintas Agama, (Jakarta: PT. Gramedia, 2001), h. 173.

7

Michael S. Northcott, "Sociological Approaches", dalam, Peter Connolly (ed.), Approaches to Study of Religion, (London: Cassel, 1999), h. 204.


(7)

kerakusan dalam persaingan. Manusia tidak melihat dimensi internal sebagai faktor terpenting keberhasilan.

Menurut Sri Pannyavaro Mahathera, salah seorang pemikir Buddhisme, sumber dari kondisi ini adalah ketidakpedulian manusia pada kecenderungan negatif pada

dirinya sendiri. Nafsu keserakahan ada dalam diri setiap orang.8 Keserakahan tak

memiliki batas kepuasan, tidak mengenal pertimbangan, kepedulian, dan saat untuk berhenti. Nafsu serakah mudah berubah menjadi kebencian dan menjadi benih kehancuran. Bila suatu saat keserakahan tak mampu memberikan kepuasan sesaat, kebencian muncul ke permukaan, melahirkan kemarahan, keinginan untuk menghancurkan, permusuhan, balas dendam, bahkan pembunuhan. Karena itu, diperlukan upaya untuk mengintropeksi diri, dengan berusaha memasuki relung diri yang terdalam dengan jalan meditasi.

Meditasi bukan berarti upaya melarikan diri dari kenyataan hidup yang tidak sesuai harapan individu, melainkan upaya mencari jalan yang lain dari apa yang biasanya dilalui. Jika modernitas menghadirkan realitas seperti yang tampak di depan mata, maka meditasi menghadirkan jalan di balik itu. Kalangan yang mengangungkan meditasi sebagai sebuah jalan menganggap bahwa modernitas telah mengabaikan universalitas dalam kesadaran kosmis. Pikiran mereka tercarai-berai pada dimensi tertentu yang bersifat lahiriah. Meditasi merupakan salah satu cara untuk menjawab beberapa tantangan dan kekacauan modernitas, karena meditasi juag juga memiliki dimensi spiritualitas, sementara spiritualitas hampir dimiliki setiap agama sebagai nilainya.

8

Maria Hartiningsih dan Hariadi Saptono, “Renungan dari Mendut”, dalam Harian Kompas, edisi 18 Desember 2005.


(8)

Di tengah kondisi ketika manusia menjauh dari kesadaran sejatinya, meditasi justru mampu menuntun untuk menelusuri kembali tiap lapis kesadaran itu dengan melakukan perjalanan ke dalam diri untuk mencapai puncak pemekaran potensi diri manusia. Oleh karena itu, dari beberapa permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis akan membahas Meditasi dalam pandangan Anand Krishna, salah satu tokoh yang akhir-akhir ini mengkampanyekan meditasi. Meditasi yang dimaksud di sini adalah meditasi yang dimaksudkan dalam karya-karya Anand Krishna.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas muncullah masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini bahwa meditasi adalah salah satu cara untuk mengantisipasi dampak modernitas. Upaya ini dipakai sebagai pendekatan utama dalam pemikiran Anand Krishna. Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah meditasi, tujuan dan manfaat meditasi, macam-macam dan praktik meditasi dalam pandangan Anand Krishna.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library Research). dengan

menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah: Atisha-Melampaui

Meditasi, Ilmu Medis & Meditasi, Meditasi & Neo Zen Reiki: Seni Memberdayakan Diri 1, Meditasi & Neo Zen Reiki: Seni Memberdayakan Diri 2, Meditasi & Neo Zen Reiki:

Seni Memberdayakan Diri 3, Renungan Harian, Sehat Dalam Sekejap, Fiqr: Memasuki


(9)

Meditasi Sufistik, (Bandung : Pustaka Hidayah, 2004), Herbert Benson M. D & Mirian

Z. Klipper, Respon Relaksasi, Teknik Meditasi Sederhana untuk Mengatsi Tekanan

Hidup, (Bandung: Kaifa, 2000), Sutradharma TJ Sudarman, Menjalani Kehidupan

Budhisme, Confusianisme, dan Taoisme (Jakarta: Sunyata, 1998). Adapun metode

pembahasan menggunakan tiga metode, yakni deskriptif, komparatif, dan analitis. Ketiganya bersamaan membangun isi skripsi.

Metode deskriptif dimaksudkan untuk melukiskan keadaan objek semata-mata apa adanya (objektif). Langkah ini diambil sebagai awal yang sangat penting karena ia adalah dasar bagi penelitian selanjutnya. Sebagai suatu Pemikiran, Meditasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Anand Krishna tentu tidaklah lahir dari ruang hampa secara sosio-historis, dan kondisi tersebut sekaligus menjadi latar belakang kemunculan serta motif-motif pemikiran Anand tentang meditasi.

Metode perbandingan diketengahkan untuk melihat pemikiran Anand tentang meditasi dengan mengurai beberapa pandangan agama sekaligus diletakkan dalam konteks wacana keberagamaan. Secara dialektis pemikiran Anans tentang meditasi memiliki hubungan dengan pola-pola keberagamaan maupun praktik lainnya.

Metode analitis dianggap perlu karena menghasilkan penelitian yang bersifat aposeteriori. Dengan memakai metode ini, diharapkan tersingkap pengaruh pemikiran Anand tentang meditasi dengan realitas kehidupan keberagamaan di sekitarnya, sikap dan tanggapannya dalam menatap nilai-nilai keberagamaan yang berlaku pada zamannya, serta pandangannya terhadap dunia modern. Metode penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pandangan Anand Krishna tentang meditasi. Selain itu tentu saja penelitian ini juga sebagai skripsi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana di bidang teologi Islam.

E. Sistematika Pembahasan

Mengacu pada metode penelitian di atas, pembahasan dalam penelitian ini disistematisasikan sebagai berikut. Pembahasan diawali dengan pendahuluan yang menguraikan argumentasi seputar signifikansi studi ini. Selain itu, dalam pendahuluan dijelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, metodologi penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika pembahasan.

Selanjutnya, pada Bab II, akan dibahas Riwayat Hidup Anand Krishna dan karya-karyanya

Pada bab III akan dipaparkan tentang Meditasi dan spiritualitas Agama. Pembahasan diawali dengan pengertian meditasi, tujuan dan fungsi meditasi secara umum, serta meditasi dan spiritualitas ; pandangan beberapa agama.

Bab IV merupakan bab pokok dari penelitian, yang berisi tentang pandangan Anand Krishna tentang meditasi, yang meliputi pengertian meditasi Pengertian Meditasi, Tujuan Meditasi, Fungsi dan Manfaat Meditasi, Macam-Macam Meditasi, dan Praktik Meditasi

Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II


(11)

A. Riwayat Hidup Anand Krishna

Anand Krishna (selanjutnya disebut Anand), lahir di kota Solo pada tanggal 1 September 1956, dari seorang ayah bernama Tolaram dan seorang Ibu bernama Shamibai. Anand merupakan anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya yang bernama

Devi, enam belas tahun lebih tua dari Anand.9

Ayah Anand adalah kelahiran Shind, salah satu propinsi di Pakistan, sehingga Anand Krishna adalah keturunan dari bangsa Shind. Sang ayah, Tolaram, berasal dari keluarga pegawai negeri dan tuan tanah. Sementara kakek Anand adalah seorang

District Collector untuk sebuah daerah yang bernama Badaain di Shind. Dari segi

pekerjaan, Tolaram merupakan sosok yang mampu mendobrak tradisi keluarga dengan

memasuki dunia bisnis dengan berdagang kecil-kecilan.10 Sebelum Anand lahir,

Tolaram sudah memikirkan untuk memberikan nama Krishna. Nama tersebut didasarkan atas perhitungan horoskop India yang begitu rumit dengan memperhatikan detik, dan jam lahir sang anak, yang kemudian diberi nama berawalan “K” yaitu Krishna.

Peristiwa yang patut dicatat dalam proses kelahiran Anand adalah ketika Tolaram bertemu dan memberikan bantuan kepada seorang janda yang ditinggal suaminya karena kecelakaan mobil, sementara janda tersebut harus membiayai enam orang anaknya. Setelah menerima bantuan, janda tersebut mendoakan kepada Tolaram

9

Anand Krishna, Melampaui Kelahiran dan Kematian : Reinkarnas hidu tak pernah berakhir. (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1998) h.14

10

Anand Krishna, Soul Quest: Pengemberaan Jiwa, dari Kematian menuju Keabadian, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2004) h. 4-5.


(12)

bahwa ia akan akan memiliki seorang Putra yang akan lahir di tengah-tengah keluarga,

dan akan membawa tanda dipunggungnya dalam bentuk tanda Shiva.11

Ketika Anand lahir dan menangis, orang-orang disekelilingnya pun gembira

bahkan ada yang berteriak dengan keras dengan ungkapan “bayi laki-laki, seorang bayi

laki-laki..!”. Tolaram pun datang sambil berlari-lari. Sebagaimana ramalan seorang

perempuan janda yang pernah di bantu olehnya, Anand lahir ke dunia dengan memiliki tanda yang berwarna putih di punggungnya. Tanda yang dimaksud adalah Trisula Shiva, yang dalam pandangan orang Hindu simbol tersebut memrupakan simbol kekuasaan Tuhan akan masa lalu, masa kini dan masa depan. Dalam pandangan seorang Muslim, tanda itu jelas berbentuk Bulan Sabit dan Bintang. Tanda itu adalah bukti kelemahan, keanggunan dan kemurahan Allah. Tolaram tidak mempersalahkan perbedaan tersebut, karena Allah tidak berbeda dengan Shiva. Bedanya hanya seperti memanggil satu orang dengan nama yang berbeda.

Semasa kecil, Tolaram sering menyanyikan Sufi Kalaam, lagu-agu persembahan

mistik Sindhi, Shah Abdul Latif, seorang Sufi besar yang dipuja-pujanya yang tidak pernah memandang perbedaan satu jalan dengan jalan yang lainnya, karena semua jalan dengan jalan lainnya, sama-sama menuju kebenaran. Saat usia Anand 3 tahun, ia seringkali diberi buku-buku bergambar oleh Ibu Naniek. Bagi keluarga Anand, Ibu Naniek adalah Guru, karena telah mengajarkan bahasa Indonesia kepada Ibu dan Kakak

perempuannya.12

Saat Anand berusia 4-5 tahun ini, keluarga Anand bermukim di Solo, tepatnya di jalan Coyudon di sebuah rumah toko dengan penataan ruang bawah dijadikan toko,

11

Krishna, Soul Quest, h.14-15

12


(13)

sementara ruang atas dijadikan tempat tinggal. Di ruang atas inilah Anand sering bermain sendirian dan membolak-balik koleksi buku ayahnya.

Saat berusia 6-7 tahunan, Anand untuk pertama kalinya menyaksikan kematian nenek dari pihak Ayah. Neneknya meninggal di rumah dalam keadaan tenang dan seluruh keluarga berkumpul mengelilingi ranjangnya. Pada hari itu juga jasadnya diperabukan ke tepi Bengawan Solo yang sudah dipersiapkan tumpukkan kayu bakar, kemudian diletakkan di atas tumpukkan kayu lalu dibakar. Sesekali Anand menengok kebelakang untuk melihat kobaran api yang menghanguskan tubuh neneknya yang

sudah tidak berdaya.13 Ayah Anand mengundang seorang biarawan Budha dan seorang

muslim untuk membacakan do’a, lalu ada doa-doa itu dibacakan menurut tradisi Sindhi. Anand memasuki bangku sekolah (waktu itu masih SR-Sekolah Rakyat) pada usia yang kelima di tahun 1961. Namun karena situasi yang sangat genting dengan pemberontakan G/30/S/PKI pada tahun 1965, ia belajar di Indonesia hanya empat tahun, karena waktu peristiwa itu. Saat usianya sembilan tahun, ia terpaksa meninggalkan Indonesia bersama Ayahnya ke India. Selama belajar di India, Anand dapat menyelesaikan pendidikan secara cepat, dan pada usia empat belas (14) tahun telah dapat menyelesaikan jenjang pendidikannya sampai lulus dari SMA (Sekolah

Menengah Atas).14

13

Krishna, Melampaui Kelahiran dan Kematian, h. 40

14

Selama belajar di India, Anand seringkali mengalami lompatan kelas, sehingga Anand terhitung sangat cepat dalam menyelesaikan pendidikannya sampai SMA. Di India, karena Anand berbadan tinggi besar maka langsung naik kekelas VII Yunior High School di Lucknow, negara bagian utara Pradesh. Hal ini atas saran dokter yang juga om-nya yang cukup terkenal di Kota Babaratna. Bahwasannya bila Anand masuk kelas V maka akan mengalami mentally down (turun mental), karena anak-anak dikelas V ukuran badannya setengah dari badan Anand.kemudian untuk mendongkrak pengetahuan Anand, om-nya tersebut mengusulkan untuk mengundang guru les. Dari bulan November 1965-Mei 1966 Anand belajar bahasa, sejarah India dan lain-lain.akhirnya pada bulan mei tahun 1966, atas`saran guru les, Anand memasuki kelas VII hanya dengan diuji tanpa mengikutsertakan raport sekolah sebelumnya. Dikelas VII Anand mempunyai nilai yang amat baik sehingga naik tingkat langsung ke kelas IX, melompati satu tingkat.


(14)

Selama belajar di sekolah, Anand termasuk anak yang tekun membaca buku pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang ditugaskan gurunya disekolah, sehingga pulang sekolah ia tidak perlu belajar lagi. Setelah pulang sekolah, Anand menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku spiritual koleksi ayahnya serta membaca novel. Dengan ketekunan tersebut, ia bisa memasuki Universitas pada usia 15 tahun, tepatnya tahun 1971, pada jurusan kedokteran, di salah satu Universitas di India. Namun hanya enam bulan Anand kuliah, ia keluar dan kembali ke Indonesia.

Sewaktu di India, Anand bertemu dan berguru dengan seorang mistikus sufi Sheikh Baba yang juga penjual (atau dengan sebutan lain: tukang) es balok. Sheikh Baba mengantarkan Anand berkenalan dengan dunia tasawuf pada usia yang masih belia. Perkenalan Anand dengan Sheikh Baba melalui Nagma, keponakan Sheikh yang

membantu berjualan es balok.15 Melalui Sheikh Baba inilah Anand mengenal

latihan-latihan Sufi, mengenal Jalaludin Rumi, seorang mistik sufi pengarang Matsnawi.16

Melalui Sheikh Baba pula, Anand mengenal Islam.17 Pada usia 15 tahun, Anand

mendalami ajaran Yesus secara serius dan sering ke Gereja, baik Katolik maupun

Protestan.18 Ia pun mengenal dan memahami beberapa ajaran Agama.

Sejak tahun 1973, Anand, yang waktu itu berusia 17 tahun, aktif dalam organisasi masyarakat pada Yayasan Sri Satya Sai milik Sri Satya Sai Baba. Menurut penuturan Anand, Sai Baba berbeda dengan Sheikh Baba yang memerkenalkannya dengan dunia tasawuf. Sai Baba adalah guru spiritual Anand. Sai Baba sangat terkenal karena mukjizat-mukjizatnya dan pemenuhan kebutuhan masyarakat bawah, seperti

15

Anand Krishna, 99 Nama bagi Orang Modern (Jakarta : Gramedia, 1999) h. 8

16

Anand Krishna, Matsnawi, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru tak Berbingkai (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2000), h.3

17

Di sampaikan Anand Krishna dalam Diskusi Klub Kajian Agama (KKA) Paramdina di Hotel Reagent pada tanggal 22 september 2000.

18

Anand Krishna, Sabda pencerahan, Ulasan Khotbah Yesus di atas Bukit bagi Orang Modern, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1998) h. 4


(15)

sekolah dan politekhnik, bahkan sampai rumah sakit dan perguruan tinggi. Pengikut Sai

Baba lebih dari 100 juta, baik yang berbeda di India maupun yang di luar India.19 Anand

menjadikan Sai Baba sebagai guru spiritual karena ia tertarik dengan ajaran cinta dan kasih.20

Semasa di India, Anand sebenarnya tidak pernah mendengar tentang Sai Baba. Anand tertarik dengan Sai Baba karena mengkonfirmasi keyakinannya tentang cinta kasih. Pada tahun 1975, Anand pergi ke India bertemu dengan Sai Baba. Semenjak itu, sepulang dari India, Anand lebih apresiatif terhadapnya, dan mulai aktif di organisasinya di Indonesia sampai posisi Sekretaris Nasional. Selama 11-12 tahun lamanya Anand aktif dan total di organisasi tersebut dan mengundurkan diri pada tahun 1986. Meskipun aktif di Yayasan Sai Baba, Anand tidak menutup kehadiran guru-guru yang lain, termasuk Krishna Mukti (yang bertemu di Southerland, Swiss dan India), Antony de Mello (yang bertemu di India) dan lain sebagainya. Sai Baba pula yang memperkenalkan dan mengajarkan Anand tentang Meditasi.

Di usia ke-21 (1977), Anand melangsungkan pernikahan dengan Rani dan selang dua tahun dikaruniai anak laki-laki yang bernama Prashant. Prashant mempunyai adik perempuan yang hanya berbeda satu tahun bernama Pooja. Sejak umur lima tahun, anak-anak ini diberi kesempatan oleh Anand untuk memperoleh pendidikan dasar di

sekolah Baba.21 Setelah menikah, Anand pergi ke Jepang untuk bekerja sambil belajar.

Di negeri Jepang ini Anand mengenal sekaligus mendalami ajaran Tao teh Ching.22

Anand tinggal di Jepang sampai tahun 1979.

19

Anand Krishna, Seni Memberdayakan Diri I : Meditasi untuk Management Stres dan Neo Zen Reiki untuk Kesehatan jasmani dan Rohani (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1999), h. 10

20

Krishna, Seni Memberdayakan Diri I, h. 10

21

Krishna, Seni Memberdayakan Diri I, h. 13

22

Indrawati, Tao dalam Tao the Cing ( Suatu kajian atas Penafsiran Anand Krishna), (IAIN Syahid Jakarta : Skripsi, 2001) h. 8-9


(16)

Setelah dari Jepang, Anand pergi ke Amerika untuk menyelesaikan dan memperoleh gelar MBA dari Pasific Southern University di kota Hawai. Dengan modal gelar MBA, Anand berkutat dalam dunia bisnis modern sebagai marketing Director (Sainth Group of Companies, Indonesia, tahun 1979-1986) CEO (D’Jar Inc, USA tahun

1986-1989) dan Director/Shareholder (Svarna Artha Interbuana, Jakarta, 1989-1991).23

klimak dari karir pekerjaannya, setelah bekerja selama 19 tahun, dari juru ketik sebuah perusahaan yang hanya memiliki dua staf hingga menjadi direktur pemasaran pada perusahaan besar. Anand mendirikan pabrik garmen, pakaian jadi untuk di ekspor ke Bekasi. Belum sampai setahun, Anand terkena penyakit Leukimia, Kanker Darah. Penyakit tersebut disebabkan terlalu capek, keletihan dan kesehatan yang terabaikan,

atau dalam bahasa Anand sendiri, yaitu Interfensi keberadaan, bahasa lain dari takdir.

Penyakit yang diderita Anand ini termasuk penyakit yang berbahaya dan kemudian menjadi sejarah tersendiri bagi kehidupannya, di mana ia nyaris putus asa dengan penyakit tersebut.

Sebetulnya Anand mulai merasa terserang penyakit sejak sekitar bulan Oktober hingga November 1990, namun ia tetap tidak mau ke dokter. Penyakit Anand terdeteksi oleh dokter pada bulan Maret 1991, ketika ia terjatuh di kamar mandi saat menggosok gigi. Sejak itu Anand mesti berurusan dengan rumah sakit. Anand kekurangan sel-sel darah merah dan harus segera ditransfusi darah segar. Penyakit ini merupakan keanehan bagi Anand, karena enam bulan yang lalu ia menjadi donor darah. Namun sejak 5-6 bulan terakhir Anand merasa lesu, cepat capek, dan itu tidak begitu dirasa dan diperhatikan. Anand berurusan dengan rumah sakit selama beberapa bulan, namun tidak ada kemajuan dari penyakitnya.

23


(17)

Anand mencari jalan lain dengan mencari mukjizat agar sembuh dari penyakitnya meskipun kemungkinan kecil. Bersama sang istri dan seorang sahabat dari kalangan organisasi Sai, Anand berangkat ke India untuk menemui Sri Satya Sai Baba yang merupakan guru spiritualnya. Namun Sai Baba tidak menemui Anand sama sekali. Dengan penuh keyakinan, setelah Baba mengatakan kepada anaknya bahwa ‘Ayahmu tidak sakit’, Anand merasa Baba sudah menyembuhkannya. Anand pun kembali ke Indonesia. Setelah sampai di Indonesia, karena persoalan menumpuk baik dari perusahaan maupun keluarga, Anand yang pada awalnya menikmati kehidupan tenang selama satu bulan, penyakitnya kambuh kembali sehingga sempat berpikir untuk bunuh diri. Anand kembali ke India untuk menemui Sang Guru. Meski demikian, Sang Guru tetap tidak mau menemuinya. Akhirnya Anand pergi ke kota Bangalore, India Selatan.

Di Bangalore, Anand bertemu dengan Bapak Shastry, seorang mistikus yang juga menguasai astrologi kuno berdasarkan lontar-lontar yang ia miliki. Anand

mapointment (petunjuk atau janji) dari “Buku Kehidupan” yang dibacakannya, bahwa

yang menyembuhkan penyakitnya adalah dirinya sendiri. Hasilnya tetap nihil, penyakitnya tidak dapat disembuhkan. Anand pun pergi ke berbagai negara, hingga ke dukun dan paranormal. Ia mencari ketenangan dengan mengunjungi tempat-tempat ibadah (Gereja, Mesjid, Wihara, Candi, dan tempat-tempat ibadah lainnya) yang pada akhirnya menuntunnya bertemu dengan Lama, seorang Bikshu (Bikku) dari pegunungan Himalaya di Leh (laddakh-India) yang kebetulan mengunjungi Daratan India. Sang Lama menawarkan kepada Anand untuk menuju ke Leh. Anand menuju ke Leh menemui Sang Bikshu tersebut. Di Leh inilah Anand menemui kehidupannya dan sembuh dari penyakitnya yang mematikan. Kesembuhan ini terjadi tepatnya pada bulan


(18)

november 1991.24 Proses penyembuhan penyakit inilah yang menjadi inspirasi untuk menekuni meditasi. Setelah sembuh, Anand kemudian berkonsentrasi untuk mendirikan Padepokan Anand Ashram di kantornya jalan Sunter Mas Barat II-E, Blok H-10/1 Jakarta-14350. Tempat inilah yang kemudian beralih fungsi menjadi tempat pelatihan meditasi.

Untuk menelusuri dan memahami pemikiran Anand bukanlah hal yang mudah, karena dalam menyampaikan pemikirannya, ia cenderung mengalir, bahkan tidak nampak teori yang melandasi pemikirannya. Namun, dalam buku-buku yang ditulis olehnya, dapat ditemukaan satu hal yang selalu menjadi pembahasaannya yaitu tentang meditasi. Meditasi inilah yang dapat dibaca dan dianalisa serta dipraktikan dari apa yang disampaikan oleh Anand.

Lebih jauh harus dirujuk pula dari latar belakang kehidupan dan orang-orang yang mempengaruhi pemikiran Anand. Ia selalu mengalami pengalaman spiritual, bahkan sejak dalam kandungan sampai ia menderita penyakit Leukimia. Penyakit Leukimia inilah yang menjadi pelajaran sekaligus renungan serta perubahan besar dalam dirinya. Oleh karena itu, secara umum, pemikiran Anand sangat dipengaruhi oleh perjalanan spiritual dalam hidupnya.

Pemikiran Anand juga dipengaruhi oleh beberapa orang yang sangat dekat dalam hidupnya, di antaranya Ibu Naniek, seorang yang sejak usia belia mengingatkan dan mengajarkan Anand tentang semua pelajaran kehidupan di masa lalu serta memberikan buku-buku dan komik. Melalui buku dan komik itulah Anand mempelajari legenda Jawa yang diinspirasi oleh cerita besar Ramayana dan Mahabarata dari India.

24


(19)

Anand juga belajar Injil bergambar yang saat Anand masih belia tidak terlalu banyak buku tentang nabi-nabi Muslim dan tokoh-tokohnya.

Kedua adalah Sheikh Baba, seorang penjual es balok yang juga seorang sufi.

Sheikh Babalah yang mengantarkan Anand berkenalan dengan dunai tasawuf pada usia

yang masih belia. Melalui Baba inilah Anand mengenal latihan-latihan Sufi dan

mengenal Jalaludin Rumi. Ketiga adalah Sri Satya Sai Baba saat ia aktif di organisasi

masyarakat Yayasan Sri Satya Sai milik Sri satya Sai Baba. Baginya, Sai Baba adalah guru spiritual. Ia terkenal karena mukjizat-mukjizatnya dan pemenuhan kebutuhan masyarakat bawah, seperti sekolah dan politeknik, bahkan sampai rumah sakit dan perguruan tinggi. Anand menjadikan Baba sebagai guru spiritual karena tertarik dengan ajaran cinta dan kasih. Melalui perkenalan dengan Baba, Anand mempelajari meditasi yang selanjutnya dikembangkannya

Ketiga orang di atas sangat mempengaruhi pemikiran Anand dalam mempelajari dan mengembangkan meditasi. Selain ketiga orang tersebut, patut juga di catat beberapa orang yang bersentuhan secara spiritual dengan Anand, yaitu Krishna Mukti, Antony de

Mello, Bapak Shastry. Melaui Bapak Shastry, Anand mendapatkan apointment

(petunjuk atau janji) dari “Buku Kehidupan” yang dibacakannya, yang ketika Anand menderita Leukimia Bapak Shastry inilah yang mengatakan bahwa menyembuhkan penyakitnya adalah diri Anand sendiri. Pernyataan inilah yang direnunginya dan membawa keyakinan akan kesembuhan penyakitnya. Perjalanan dan perjumpaan dengan beberapa tokoh serta ragam tradisi yang ditemui membuatnya mencapai kematangan berpikir seperti saat ini.

Pengalaman dan perjalanan yang panjang membentuk konstruksi pemikiran Anand yang didirikan atas dasar perbedaan agama yang tidak dapat dihindari. Sejak


(20)

kecil ia telah diajarakan untuk menerima perbedaan dari kedua orang tuanya serta tradisi dan pertemuannya dengan beberapa tokoh. Pengalaman meditasi yang diperoleh Anand dari berbagai guru juga memberi sumbangan atas bangunan pemikiran tersebut. Meditasi inilah yang kemudian ia kembangkan dengan memadukan tradis-tradisi yang ia temukan dari berbagai agama dan negara.

B. Karya-Karya Anand Krishna

Karya-karya Anand berawal ketika ia sering memberikan ceramah-ceramah tentang kesadaran, baik di dalam maupun di luar negeri. Ceramah-ceramah tersebut direkam dan menghasilkan beberapa buah kaset. Dari ceramah-ceramah tersebut banyak usulan dan harapan dari banyak pihak terutama yang sering mendengar ceramah-ceramahnya, agar ceramah-ceramahnya dibukukan. Anand kemudian menyetujui usulan tersebut, dengan syarat isi buku tersebut tidak diedit isinya dan harus sama dengan isi rekaman ceramahnya. Dari terbitan buku pertama, banyak sekali orang yang berminat terhadap buku tersebut. Banyaknya permintaan untuk menerbitkan buku-bukunya, menjadikan pihak PT. Gramedia Pustaka menawarkan untuk bekerja sama dalam penerbitan, termasuk juga dalam hal penjualannya. Sampai disinilah Anand kemudian secara produktif menulis buku.

Dalam setiap penulisan buku-bukunya, Anand tidak pernah memikirkan terlebih dahulu apa yang akan ditulis untuk bukunya, semuanya mengalir begitu saja. Anand sering mengemukakan bahwa dalam setiap penulisan buku-bukunya tak pernah terpikirkan hal-hal yang bersifat komersial apalagi untuk mencari popularitas. Tidak ada satu pun buku yang ditulisnya berdasarkan pesanan atau desakan pihak penerbit. Anand menulis buku mengalir saja, dan apa yang saat itu ada dipikirannya maka saat itu pula langsung menulis. Dalam karya-karyanya, Anand juga nampaknya tidak diawali oleh salah satu metodologi ilmiah.

Karya-karya Anand Krishna berupa buku telah berjumlah lebih dari 100 buah dengan jumlah buku yang terkait dengan sipiritualitas berjumlah lebih dari 50 buku. Sebahagian dari karya-karya tersebut, Anand memiliki perhatian untuk membahas meditasi, baik secara teoritis maupun praktis. Namun dari karya-karya yang ada, Anand


(21)

lebih banyak membahas meditasi dalam kerangka praktis, atau tuntunan untuk

melakukan meditasi25. Secara umum terdapat beberapa buku yang secara spesifik

membahas tentang meditasi, yaitu :

1. Seni Memberdayakan Diri 1 : Meditasi & Neo Zen Reiki.

Buku ini merupakan buku panduan pertama tentang Seni memberdayakan diri, yang berisi tentang tuntunan untuk melakukan meditasi. Dalam buku ini, Anand memadukan meditasi dengan Neo Zen Reiki. Neo Zen Reiki merupakan penemuan Sensei Usui yang sudah diimprovisasi dan dikembangkan setelah terapan intensif dan penggalian lebih jauh dari berbagai manuskrip kuno dalam bahasa Sansekerta.

2. Seni Memberdayakan Diri 2 : Meditasi untuk Peningkatan Kesadaran.

Buku ini merupakan buku panduan kedua tentang seni memberdayakan diri, yang membahas tentang meditasi. Sebagai buku panduan kedua, buku ini merupakan kelanjutan dari buku yang pertama yang membahas tentang tuntunan untuk melakukan meditasi. Kelebihan dari buku yang kedua ini adalah merupakan tuntunan lebih lanjut tentang tekhnik meditasi yang diarahkan untuk meningkatkan kesadaran dan memajamklan konsentrasi, sehingga meditasi dapat tercapai secara maksimal.

3. Seni Memberdayakan Diri 3: Athisa, Melampaui Meditasi untuk Hidup

Meditatif.

Buku ini merupakan buku panduang ketiga tentang seni memberdayakan diri yang membahas tentang meditasi. Sebagai buku panduan ketiga, buku ini merupakan kelanjutan dari buku panduan yang pertama dan kedua, sekaligus

25


(22)

sebagai penyempurna dari kedua buku diatas. Kelebihan dari buku ketiga ini adalah merupakan panduan dan tuntunan untuk dapat melakukan meditasi secara maksimal. Akan tetapi tidak cukup sekedar melakukan meditasi, melainkan praktik meditasi tersebut harus berimbas kepada praktik klehidupan. Sehingga seorang yang melakukan praktik meditasi, maka dalam kehidupannya akan nampak sebagai seorang yang meditative, yang pada akhirnya meditasi dapat dijadikan sebagai gaya hidup.

4. Renungan Harian: Sarana Penunjang Meditasi.

Dalam buku ini, Anand lebih banyak membahas tentang fenomena kehidupan yang patut menjadi renungan bahkan menjadi pelajaran dan dapat menjadi sumber inspirasi untuk melakukan meditasi. Buku ini mengurai tuntutan meditasi yang bersumber fenomena kehidupan yang telah diamati dan renungkan. Renungan inilah yang kemudian dijadikan sebagai sarana penunjang meditasi.

5. Ilmu Medis & Meditasi.

Buku ini merupakan buku yang membahas beberapa prinsip- prinsip dasar tentang meditasi. Di samping itu buku ini membahas tentang ilmu medis yang terkait dengan teori dan tekhnik meditasi. Dalam buku ini, Anand melakukan dialog dengan Dr. B. Setiawan yang membahas tentang meditasi dalam tinjauan medis. Lebih jauh, buku ini menguraikan tentang kesesuaian pralktik meditasi dalam tinjauan ilmu Medis.

6. Fiqr , Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi

Dalam buku ini dikemukakan bahwa ditengah aksi kekerasan yang terjadi di berbagai belahan dunia, semakin mengantarkan ajaran sufi menjadi sangat


(23)

relevan. Lewat buku ini, Anand mengajak berenang dalam kolam kasih, dan

memasuki pencerahan para sufi melalui proses Takhali (pembersihan diri),

Tahalli (pembenahan diri), dan Tajalli (pencerahan). Lebih jauh buku ini


(24)

BAB III

MEDITASI DAN AGAMA

A. Pengertian Meditasi

Meditasi seringkali dipakai bergantian dengan kontemplasi.26 Meditasi

dipandang sebagai tahap persiapan untuk meraih tingkat kontemplasi. Meditasi

melibatkan konsentrasi dan memfokuskan kesadaran pada satu titik, atau symbol-simbol tertentu. Meditasi terkait dengan agama, sedang kontemplasi terkait dengan hal yang

lebih umum. Meditasi berasal dari bahasa latin Meditari, yang berarti refleksi atau

konsentrasi. Sedang kontempalasi itu diambil dari bahasa latin Cum, yang berarti With

dan Templum yang berarti ruang atau tempat kontemplasi. Kontemplasi merupakan kondisi spiritual yang mengarah kepada praktek asketisme. Hal ini didapati dari budaya Yudaisme, Kristen dan Islam.

Meditasi adalah pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu. Hal yang senada juga dikemukakan oleh Moeslim Dalid dari Yayasan Krishnamurti Indonesia, yang mendefinisikan meditasi sebagai suatu cara, metode, dan latihan yang

dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.27

Perlu diperhatikan, dalam melakukan meditasi setiap orang akan memiliki pengalaman yang unik, dan tidak ada keseragaman. Setiap orang akan mengalami pengalaman yang berbeda tergantung potensi diri yang dimiliki sang meditator.

Meditasi juga dapat dipahami sebagai suatu aktivitas yang mengakibatkan hubungan erat sang meditator dengan Tuhan ; meditasi pada yang abstrak, tidak berbentuk, dan tidak bernama. Karena Yang Tertinggi tidak mempunyai bentuk dan

26

Winston L King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief) The Encyclopedia of Religion, Vol. 9 (New York : Mac Millan Library Reference USA), h. 325

27


(25)

tidak mempunyai nama, tidak juga mempunyai kwalitas atau lambang-lambang. Oleh karena itu, satu hal yang penting adalah bahwa Tuhan hanya bisa dirasakan dengan kehadirannya, dan kehadirannya tersebut yang coba untuk dirasakan selama meditasi.

Dalam meditasi, sang meditator juga dapat merasakan lahirnya suatu cahaya. Lahirnya cahaya di dalam hati adalah konsep yang paling abstrak yang dapat diterima, yang tidak mempunyai bentuk, tidak mempunyai bahan-bahan, dan tidak mempunyai berat. Jadi itulah sebagai titik permulaan, setelah meditasi berlangsung khusu dan lebih khusu, maka akan terungkap setiap diri dari dalam diri pelaku meditasi. Dan pasti ada saatnya, pada suatu ketika akan mendapat pengalaman yang sangat berharga, seperti dalam bentuk mempunyai suatu persangkaan tentang sesuatu, bukan karena pernah melihatnya atau merabanya tetapi karena sudah merasakannya, dan pengalaman

tersebut akan sangat sukar untuk dipahami.28

Penting untuk diperhatikan, bahwa banyak orang melakukan meditasi, tapi banyak dari mereka tidak tahu apa yang sedang berlangsung dalam sistem selama meditasi, karena mereka tidak memperhatikan untuk apa ini terjadi. Seseorang harus siap siaga untuk sebuah transmisi dan tindakannya menurut sistem. Baru kesenangan atas meditasi yang sesungguhnya dimulai. Apakah seseorang mempunyai pengalaman atau tidak, transmisi akan bekerja dan melengkapi tugasnya. Tetapi kegembiraan yang

sesungguhnya datang adalah saat mengetahui apa yang telah diperoleh.29

B. Tujuan Meditasi

Di zaman modern saat ini, yang sarat dengan tantangan eksistensi kemanusiaan banyak orang yang masih mencari makna hidupnya, yaitu suatu kehidupan yang sesuai

28

Diurai dan disedrhanakan dari www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm

29


(26)

dengan fitrah manusia dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa banyak manusia terjebak dengan permainan kehidupan dunia semata yang pada akhirnya mengantarkan kepada suatu ruang kosong dalam kehidupan. Kehidupan ekonomi mereka makmur, akan tetapi benyak diantara mereka yang merasa hidupnya hampa.30

Di era modern ini, banyak manusia mengalami problem yang akut, seperti kehilangan identitas diri dan teralienasi dari dirnya sendiri. Kemodernan telah menyeret manusia dalam kehidupan material matematis yang dangkal dan kering sehingga timbul kegersangan, kalau tidak kekeringan, dalam kehidupan manusia. Manusia modern diarahkan kepada pemenuhan kehidupan materiil dengan hitungan matematis, semua tingkah laku dan perbuatan dihitung dengan untung brugi. Orientasi manusia dalam kehidupan modern ini diarahkan sedemikian rupa bahwa hidup ini adalah pemenuhan

kepuasan materi an sich, tidak lebih dari itu.31

Manusia modern dicekoki dengan berbagai iming-iming bahwa kepuasan hanya diperoleh setelah memiliki hal yang bersifat materi. Dengan keterpenuhan atas hal-hal tersebut seakan-akan kebahagaian serta-merta dapat diraih dan dinikmati. Penciptaan image disebar lewat berbagai jalur yang mampu menyentuh segala penjuru kehidupan manusia dari kamar tidur, rumah, perkampungan, ruas-ruas jalan sampai perkantoran dan kembali ke rumah lagi – sehingga kalau bisa manusia bermimpi pun memimpikan hal itu. Gaya hidup direkayasa sedemikian rupa dengan pesan “inilah hidup masa kini”, “inilah citra manusia modern”, dan slogan-slogan lain lain yang

30

www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm

31


(27)

murni pemenuhan kebutuhan hidup yang materailistik semata. Sehingga yang terjadi

pada manusia modern saat ini adalah suatu sikap kehampaan.32

Untuk mengatasi hidup yang hampa ini, banyak orang yang menempuh jalan untuk melakukan meditasi. Meditasi merupakan suatu proses, dimana setiap orang akan menjalankannya untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai, yaitu suatu tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya atau sudah dikodratkan.

Meditasi merupakan aktivitas yang paling penting, kalau orang ingin membuat disiplin diri atas dirinya sendiri. Karena pada awalnya hal ini akan memungkinkan terjadinya disiplin mental, kemudian hal ini akan memungkinkan terjadinya disiplin fisik, mengatur kehidupan, memberi ketentraman di dalamnya, menghasilkan disiplin mental yang lebih besar dan lebih besar, lalu menghasilkan dukungan terhadap diri seseorang , semacam perputaran yang menopang diri untuk membuat tujuan dapat dicapai. Oleh karena itu tanpa sedikit kedisiplinan tujuan tidak dapat dicapai. Jadi suatu

tujuan memungkinkan untuk dicapai selama mempunyai kedisiplinan diri.33

Jika tidak ada disiplin mental, maka disiplin fisik tidak dapat terjadi. Itulah mengapa bermeditasi. Untuk memperoleh pengaturan terhadap pikiran, membuatnya menjadi disiplin, membuatnya memungkinkan bagi seseorang untuk menggunakan pikiran kemanapun memilihnya, biasanya dalam bentuk proses berikut ; - menggunakan pikiran, tidak menggunakan pikiran, dan selanjutnya menggunakan pikiran kembali - dengan demikian mencapai 100 % kekuatan pikiran, sehingga memungkinkan apa yang sudah dijanjikan dari suatu meditasi akan menjadi mahir

dalam hal apapun yang dikerjakannya.34

32

www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm

33

www.srcm.org/centers/as/id/meditasi.htm

34


(28)

Ketika orang melakukan meditasi, maka terdapat beberapa tujuan yang ingin diraihnya. Tujuan meditasi sendiri bermaca-macam, tergantung pada masing-masing orang yang melakukannya. Akan tetapi, secara umum dapat dirumuskan bahwa tujuan melakukan meditasi adalah

1. Mencari makna hidup. Hal ini dilakukan, karena dengan meditasi setiap

orang akan dapat merenungkan proses kehidupan sehingga mampu menjadi

refleksi untuk memaknai kehidupan. Tujuan yang pertama ini merupakan

tujuan yang yang cukup berat untuk diraih. Oleh karena itu, meditasi harus dilakukan secara terus menerus dan dengan penuh kesungguhan. Tujuan yang pertama ini lebih diarahkan untuk menjawab rasa dan kondisi kehampaan dalam kehidupan manusia.

2. Mecari ketenangan pikiran dan perasaan. Dengan mencapai ketenangan

pikiran dan perasaan, orang akan terhindar dari penyakit-penyakit yang muncul dari gangguan jiwa, seperti stres. Sehingga bisa hidup sehat dan

bahagia.35 Tujuan yang kedua ini, secara praktis lebih diarahkan untuk

menjawab beberpa kebutuhan fisik yang sering mengganggu aktivitas kehidupan manusia, sehingga manusia dapat menajalankan kehidupannya lebih memiliki masa depan.

Dalam agama Budha, apapun alirannya, semua meditasi memiliki tujuan yang

sama, yaitu untuk mancapai Nibbana. Hal ini dikarenakan, tidak seorang pun dapat

mencapai Nibbana atau keselamatan tanpa mengembangkan pikiran memalui

meditasi.36 Di samping itu, menurut ajaran Budha, pelatihan-pelatihan meditasi akan

35

Tebba, Meditasi Sufistik, h. 11-12

36


(29)

membantu seseorang menyadari dan mengalami keutuhan-diri total (perfected

selflessness) yang menyebabkan hilangnya kesedihan dan menuju suatu keadaan

damai.37

Secara praktis, meditasi juga memiliki manfaat dan berfungsi terhadap kesehatan. Berbagai eksperimen memperlihatkan, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Herbert Benson M.D dan Miriam Z. Klipper bahwa selama melakukan meditasi terdapat penurunan nyata konsumsi oksigen tubuh. Setiap sel menggunakan energi yang ada dalam bahan makanan dengan membakar sari-sari makanan secara perlahan-lahan. Agar dapat membakar bahan tersebut, sel biasanya memanfaatkan oksigen yang diangkut melalui aliran darah. Jumlah metabolisme tunggal dari setiap sel yang menggunakan oksigen merupakan jumlah konsumsi oksigen, total tubuh. Perubahan fisiologis utama yang dikaitkan dengan meditasi adalah penurunan laju

metabolisme. Penurunan metabolisme semacam itu, yang disebut hipometabolisme,

merupakan keadaan tenang. Sehingga dengan bermeditasi akan menyebabkan

pengurangan penggunaan sumber energi tubuh.38

Meditasi adalah sebuah pelatihan yang menggunakan pikiran untuk tujuan mengatur pikiran dengan usaha manusia. Mungkin akan timbul pertanyaan, jika pikiran seseorang dapat secara otomatis mengatur sendiri, mengapa harus bermeditasi ?. Seluruh tujuan meditasi adalah untuk mengadakan pemutaran dari kenyataan hidup ini bahwa pikiran adalah master/tuan setiap orang. Setiap diri harus menjadi tuan atas pikirannya. Hanya sebatas ini, maka tugas selanjutnya adalah hanya membalikkannya saja. Pikiran harus diatur, dan ini dapat dimungkinkan hanya dengan disiplin awal yang digunakan untuk meditasi. Ini berarti bahwa sedikit kedisiplinan adalah hal pertama

37

Herbert Benson M.D & Mirian Z. Klipper, Respon Relaksasi: Teknik Meditasi Sederhana untuk Mengatsi Tekanan Hidup, terj : Nurhasan (Bandung : Kaifa, 2000), h.125

38


(30)

yang dibutuhkan untuk menghasilkan disiplin yang lebih besar dan yang paling besar. Jadi adanya sedikit kedisiplinan ini lah yang dibutuhkan, pertama secara fisik bahwa sedikit kedisiplinan digunakan untuk meditasi dulu. Secara mental sedikit kedisiplinan digunakan untuk mencoba meditasi terhadap apa yang harus dimeditasikan. Selanjutnya, orang yang terlatih melakukan meditasi, maka akan dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya kedepan.


(31)

C. Meditasi: Pandangan Beberapa Agama

Hampir dapat dipastikan bahwa meditasi memiliki relasi yang sangat kuat dengan meditasi. Bahkan lebih jauh dapat dikemukakan bahwa meditasi tidak dapat dipisahkan dari aspek spritualitas, dan dapat menjadi implementasi dari spiritualitas agama. Artinya bahwa meditasi dapat menjadi wujud dari spiritualitas agama. Sampai disini yang menjadi titik temu untuk menjelaskan meditasi dan spiritualitas adalah agama itu sendiri. Hal ini dapat dijelaskan antara lain dengan mengemukakan bahwa meditasi terdapat dalam berbagai agama dan budaya. Setiap agama dapat dipastikan memiliki dimensi spiritualitas, meskipun dengan cara dan praktik yang berbeda-beda. Berikut akan diurai pandangan beberapa agama tentang meditasi dan spiritualitas :

a. Islam

Dalam Islam, meditasi diajarkan dan sangat terkait dengan dunia tasawuf. Jika diidentifikasi secara serius, maka ada beberapa kegiatan spiritual yang dapat dikategorikan sebagai sebagai praktek meditasi dalam tasawuf, antara lain :

muraqabah, muhasabah, wirid, tafakur, dzikir, do’a. ‘uzlah, dan i’tikaf.39 Untuk memahami lebih lanjut tentang kegiatan-kegiatan spiritual ini, berikut akan diurai penjelasannya:

a. Muraqabah ; konsentrasi penuh waspada dengan segenap kekuatan jiwa,

pikiran dan imajinasi serta pemeriksaan yang dengannya sang hamba mengawasi dirinya sendiri secara cermat. Selama muraqabah berlangsung, sang mengamati bagaimana Allah mewujud dengan jelas dalam kosmos dan dalam dirinya sendiri. Muraqabah ada kaitannnya dengan mujahadah, yaitu

39


(32)

perjuangan dan upaya spiritual melawan hawa nafsu dan berbagai kecenderungan jiwa rendah.

b. Muhasabah ; analisis terus menerus terhadap hati berikut keadaannya yang

selalu berubah. Selama muhasabah, orang yang merenung pun memeriksa gerakan hati yang paling tersembunyi dan rahasia. Dengan kata lain, dia menghisab dirinya sendiri tanpa menunggu hari kebangkitan diakhirat kelak.

c. Wirid ; latihan spiritual denagn menyebut nama-nama Tuhan, biasanya

Al-Asma al-Husna, yang jumlahnya 99 nama. Wirid juga adalah tafakur,

mengerjakan shalat sunat, membaca al-Quran, zikir dan do’a. Dalam tarekat, pengamalan wirid melahirkan transformasi batin secara bertahap. Namun kadar transformasi spiritual ini tergantung pada rahmat Tuhan dan juga pada kesucian niat serta ketulusan.

d. Tafakur ; merenungkan ciptaan Allah SWT, kekuasaannya yang nyata dan

tersembunyi serta kebesarannya diseluruh langit dan bumi. Tafakur sebaiknya dilakukan setiap hari, terutama pada tengah malam. Karena saat tengah malam adalah saat yang paling baik, lengang, jernih dan tepat untuk penyucian jiwa.

Selain istilah tafakur, dalam tasawuf juga ada istilah tadzakur. Kedua istilah

ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah bahwa kedua istilah tersebut berarti perenungan. Sementara perbedaannya adalah, menurut sebagian ulama, tafakur merupakan cara tadzakur, sedangkan tadzakur adalah wujud nyata tafakur itu sendiri.

e. Dzikir ; berarti mengingat, menyebut atau mengagungkan Allah dengan


(33)

hakiki adalah sebuah keadaan spiritual di mana seseorang yang mengingat Alla memusatkan segenap kekuatan fisik dan spiritualnya kepada Allah, sehingga seluruh wujudnya bisa bersatudengan yang Maha Mutlak.

f. Do’a ; berarti permintaan atau permohonan. Yang dimaksud adalah

permohonan manusia kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat. Kebaikan di dunia adalah kesehatan, kemakmuran, pengetahuan dan kedudukan yang tinggi serta terhindar dari musibah. Sesang keselamatan diakhirat adalah masuk surga dan terhindar dari api neraka. Doa merupakan kesempatan yang dimiliki manusia untuk mencurahklan keinginan hationya kepada Tuhan, menyatakan kerinduan, ketakutan dan kebutuhan manusia kepada Tuhan.

g. Uzlah ; berarti mengasingkan diri. Yang dimaksud dalam hal ini adalah

mengasingkan diri dari pergaulan dengan masyarakat untuk menghindari maksiat dan kejahatan serta melatih jiwa dengan melakukan ibadah, dzikir, doa dan tafakur tentang kebesaran Allah dalam mendekatkan diri kepada-Nya.

h. I’tikaf ; berdiam diri atau melazimkan sesuatu yang baik atau buruk. Akan

tetapi, i’tikaf yang dimaksud dalam konteks meditasi adalah berdiam diri di

dalam mesjid dengan niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.40

Meditasi dan kontemplasi terkait dengan tradisi Islam Ortodoks, khususnya tradisi sufistik yang bertujuan untuk menghadirkan kondisi kesatuan antara hamba dengan Tuhan melalui proses transendensi diri. Meditasi juga sering dikaitkan dengan

40


(34)

praktik zikir.41 Kegiatan-kegiatan spiritual sebagaimana telah dikemukakan di atas, dalam Islam khususnya dunia tasawuf dapat dikatakan sebagai bentuk-betuk meditasi. Dengan demikian, meditasi dapat diidentikkan sebagai suatu kegiatan spiritual. Dalam praktik sufisme (tasawuf), suatu aliran mistisisme Islam, meditasi juga dapat

menimbulkan pengalaman transendental.42

b. Budha

Meditasi merupakan salah satu tahapan dalam Budhisme untuk pengembangan diri, sehingga bisa mencapai pencerahan dengan kebijaksanaan yang tinggi di dalam dharma dan hidup secara bahagia. Kegiatan meditasi selalu dilakukan oleh ummat Budha dari berbagai aliran Budhisme yang ada, khususnya pada saat melakukan puja bhakti. Meskipun metode atau tahapan meditasi sebagaimana yang diajarkan oleh sang Budha telah mengalami berbagai perkembangan. Sesuai kebudayaan masing-masing

negara dan aliran Budhisme yang di anut.43

Di antara aliran dalam agama Budha terdapat aliran aliran Theravada. Aliran ini juga memiliki konsep dan tata cara melakukan meditasi sebagai upaya pendakiann spiritual. Dalam aliran Theravada metode meditasinya menggunakan 2 (dua) latihan,

yang diajarkan oleh Sang Budha, yaitu Samatha dan Vipassana.44 Karena dalam

meditasi tanpa Samatha dan Vipassana, tidak ada kebersihan batin, karena untuk

bahagia mencapai nibbana batin harus bersih dan bebas dari noda-noda kotoran, maka

antara Samatha dan Vipassana terkait antara keduanya.45 Dua metode yang digunakan

41

King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief), The Encyclopedia of Religion, h. 327.

42

King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief), The Encyclopedia of Religion, h. 327

43

Sutradharma TJ Sudarman, Menjalani Kehidupan Budhisme, Confusianisme, dan Taoisme (Jakarta: Sunyata, 1998), h. 80

44

Sutradharma TJ Sudarman, Menjalani Kehidupan Budhisme, Confusianisme, dan Taoisme, h. 90

45


(35)

dalam latihan meditasi, yaitu: pertama, Samantha Bhavana: menditasi pengembangan

ketenangan batin; kedua, Vipassana Bhavana: meditasi pengembangan pandangan

terang.46

c. Yudaisme

Meditasi merupakan gagasan sentral dan otoritas tradisi Yahudi. Tradisi ini biasa ditemukan dalam Mishnah dan Talmud. Meditasi dalam perspektif Yahudi ini dipengaruhi oleh Gnostisisme dan Helenisme, yang merujuk kepada mistisime

Heikhalot. Meditasi juga merujuk pada tradisi Hasidic, bersumber dari pengaruh dari

fiosof Yahudi bernama Philo Judaeus. Dalam kontemplasi ala Hasidic transendensi

ketuhanan diraih dengan menjadikan obyek kontemplasi berupa Shekhinah atau

semangat ketuhanan. Tuhan hanya bisa dikontemplasi atau direnungi secara langsung dengan menempatkan sebagai tujuan dunia. Kontemplasi dalam tradisi yahudi itu dengan menempatkan jarak antara hamba dengan Tuhan. Dan jarak tersebut merupakan

kesatuan yang erat antara Tuhan dengan hamba.47

Dalam tradisi Yahudi, meditasi juga terkait dengan tindakan asketis yang

mengarah pada praktik kontemplasi yang dilakukan oleh jiwa (soul) melalui tujuh

tahapan menuju karakter perilaku yang baik. Kondisi tersebut dipandang sebagai pengalaman mistik seseorang yang mendengar dan melihat secara langsung kepada Tuhannya. Meski demikian, tidak ada bentuk kesatuan mistik di dalam kondisi tersebut,

sebab Tuhan hanya bersifat meliputu segalanya atau yang lain (wholly other).48

d. Kristen

46

Oka Diputhera, et al., Kuliah Agama Budaha untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta : Yasadari, 1997), h. 98

47

King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade (ed. in Chief), The Encyclopedia of Religion, h. 325

48


(36)

Meditasi dan kontemplasi merupakan lingkaran monastik yang dianggap sebagai tingkatan tertinggi dalam tradisi Kristen. Dalam agama Kristen, tradisi meditasi dan

kontempalssi dipengaruhi oleh literatur Hermetic dan filsafat Neo-platonisme.

Buku-buku Hermetic mengetengahkan tema tentang kesatuan mistik yang mengarah kepada pengetahuan tentang Tuhan. Sementara plotinus menggambarkan empat tahap dalam memperoleh pengetahuan ilahiah : 1) tahap keutamaan; 2) perkembangan pemikiran yang melampaui persepsi indrawi; 3) trasendesnsi pikiran dalam meraih kesatuan; 4) bersatu dengan yang satu.

Dalam tradisi kristen juga dikenal 3 tahap meditasi : 1) menempatkan subyek (diri) dalam kehadiran Tuhan, 2) menyembah sesuatu diluar kehadiran Tuhan, sebagai wasilah, dan 3) membayangkan segala sesuatu ini sebagai kehidupan Yesus. Menurut Ignatius Loyola (1495-1956), salah seorang pendiri Jesuit, yang menggagas praktek meditasi secara progresif, ia menganggap bahwa meditasi tidak bisa diwakili oleh orang lain, melainkan harus keterlibatan subyek secara langsung. Caranya adalah

subyek itu harus membayangkan gambaran tertentu seperti kebangkitan Yesus.49

e. Taoisme

Taoisme-satu dari sistem filosofis berpengaruh dalam sejarah dan pemikiran Cina- bermula pada abad keenam SM, melalui Chuang Tzu yang mengelaborasi ajaran Lao Tzu mengemukakan konsep Taoisme dan memberikan penakanan kuat pada individu. Untuk memparktekkan Taoisme, menurut Chuang Tzu, berarti “menganggap yang fundamental sebagai esensi, menggangap berbagai hal sebagai yang tidak halus, menganggap akumulasi sebagai kekurangan, dan mendiami sendiri dalam keheningan

49


(37)

yang spiritual dan akal. Melelui ketenangan pikiran, dalam hal ini juga termasuk praktik meditasi, seseorang mencapai keserasian dengan alam dan kemudian dengan Tao yang tunggal. Chuang Tzu mengatakan bahwa berdiam diri dalam keheningan dengan jiwa

dan akal berarti melaupakan segalanya.50

Di samping agama, dari aspek kebudayaan juga dapat ditemukan Praktik meditasi, seperti dalam kebudayaan Shamanisme. Shamanisme merupakan salah satu bentuk mistisisme, yaitu kidung atau lagu yang disuarakan oleh seorang Shaman, atau

orang suci, menimbulkan perasaan “terasuki” atau ndadi (trance). Shamanisme

dipraktikan bersama-sama dengan agama-agama suku di Amerika Utara dan Selatan,

Indonesia, Afrika, Siberia dan Jepang.51 Selain Shamanisme, tidak menutup

kemungkinan masih banyak kebudayaan lain di dunia yang juga mempraktekkan meditasi, baik sebagai ritual semata atau menjadi proses pendakian spiritual.

Dengan memperhatikan dan menganalisa beberapa praktek keagamaan dan kebudayaan sebagaimana telah dijelaskan di atas, dapat dikemukakan bahwa meditasi dan spiritualitas, atau meditasi sebagai upaya spiritual ditemukan dalam beberapa agama dan budaya.

50

Benson M.D & Mirian Z. Klipper, Respon Relaksasi, h. 148-149

51


(38)

BAB IV

MEDITASI DALAM PANDANGAN ANAND KRISHNA

A. Pengertian Meditasi

Pandangan tentang meditasi dalam pemikiran Anand Krishna terkait dengan tradisi sufistik dan spiritualitas. Hal ini disebabkan perjalanan hidup Anand yang sarat dengan pengalaman sufistik dan dunia spiritual serta intensitas pertemuannya dengan tokoh-tokoh dan guru-guru spiritualnya. Secara khusus, ia mempelajari berbagai macam aliran dan ajaran beberapa agama seperti pemikiran Jalaludin Rumi, seorang tokoh Sufi besar yang sangat berpengaruh dalam tradisi sufi di dunia Islam.

Menurut Anand, meditas terkait dengan proses pembersihan diri (cleansing)

yang bisa dilihat dari sudut pandang tradisi sufisme Islam seperti proses takhalli, atau

pembersihan jiwa. Metode ini, bagi Anand, sering dilupakan oleh berbagai agama.54

Atas dasar itu, proses pembersihan diri dikaitkan dengan tahap-tahap meditasi

menurut para sufi, yakni takhali, tahalli, tajalli.

Pertama, takhalli atau tahap pembersihan. Tahap ini adalah pembersihan

pikiran. Hasilnya adalah pikiran menjadi bersih, tidak kotor, jinak, tidak liar, tenang dan tidak bergejolak. Pikiran yang demikian sesungguhnya sudah bukan pikiran lagi. Ia sudah mengalami proses daur ulang dan berubah menjadi kesadaran.

Kedua, tahalli atau tahap pembenahan. Anand menyebutnya dengan tahap

pembentukan ulang (creation of new mind). Ketiga, tajalli atau tahap pencerahan.

Inilah tahap terakhir di mana pelaku meditasi bisa memilih duduk diam, hening atau

54


(39)

berdansa dan menari untuk mengungkapkan ketenangan dan kebahagiaan55. Sangat jelas pengaruh sufi mewarnai pemikiran meditasi Anand. Berbagai buku yang ditulisnya tentang tuntunan parktik meditasi sangat kental dipengaruhi dan diwarnai tradisi sufi melalui spiritualitas. Dalam konteks ini, meditasi bukanlah suatu kegiatan yang instan, melainkan sebuah proses dengan tahao-tahap tertentu.

Anand Krishna memandang meditasi sebagai gaya hidup yang terserap dalam perilaku dan tindakan manusia dalam hidup kesehariannya. Karena itu, meditasi bukan sekedar konsentrasi yang tercipta pada momen-momen tertentu. Konsentrasi hanya sekedar anak tangga menuju meditasi. Meditasi juga tidak dapat didefinisikan sebagai ’semedi’, sebagaimana banyak dipahami. Duduk dan diam selama beberapa menit atau beberapa jam yang disebut semedi, pada dasarnya bukan maditasi. Meditasi harus menjadi dasar kehidupan seseorang, dan apabila sudah melakukan hal yang terakhir ini

maka seseorang tersebut dapat dikatakan sebagai seorang meditator56. Penjelasan Anand

ini mengisyaratkan bahwa meditasi bukanlah kegiatan yang instan dan untuk kepentingan sesaat, melainkan harus dilakukan secara terus-menerus hingga berimplikasi pada gaya hidup.

Ketika seseorang mengawali meditasi, mungkin tidak mampu untuk benar-benar bermeditasi, bahkan untuk satu menit dalam waktu 1 jam sekalipun. Namun, lama kelamaan seseorang akan mampu melakukan meditasi untuk waktu yang lebih lama. Saat baru memulai, biasanya banyak waktu yang terbuang untuk menyesuaikan diri dengan situasi meditasi, mencoba untuk mengontrol pikiran, menempatkannya dan

menyimpannya dalam obyek dari meditasi.52

55

Anand Krishna, Fiqr : Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi. (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2002), h. 11-12

56

Krishna, Seni Memberdayakan Diri 1, h. 51

52


(40)

Berdasarkan penjelasan tersebut, menurut penulis, dalam proses menunju kehidupan yang meditatif, praktik-praktik yang merupakan tahapannya harus dilakukan. Tahapan-tahapan itulah yang mengandung momen-momen tertentu sebagai bagian dari praktik meditasi. Saat itu tubuh hendaknya dalam kondisi yang nyaman, karena tidak semua orang yang mampu melakukan meditasi dalam seluruh prosesnya, sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Menggeliat-geliat, berputar dan mencoba menemukan posisi yang menyenangkan. Setelah itu harus segera dimulai dengan menyusun kekuatan pikiran dan perasaan.

Jadi jika memperhatikan hal-hal tersebut dengan baik, maka seseorang akan benar-benar menghargai bahwa untuk meditasi secara pantas memerlukan banyak sekali waktu. Hanya pada waktu memulai meditasi, akan ditemukan perkembangannya. Meditasi menyediakan janji yang sangat banyak sesuai dengan kemampaun orang yang melakukannya. Oleh karena itu, dengan melakukan meditasi secara kontinyu, lambat laun akan menambah kemampuan untuk menerima perintah atas situasi yang ada.

Meditasi yang dilakukan secara kontinyu menjadikan pikiran terbiasa pada apa yang harus dikerjakan. Jadi meditasi sebaiknya dipraktekkan seperti yang diperintahkan dan dalam sikap yang sudah diatur, karena dengan demikian pelaku meditasi secara otomatis masuk ke dalam keadaan meditasi pada waktu yang tepat.

Dengan demikian, meditasi meniscayakan kontinuitas. Sebab meditasi bukanlah kegiatan sekedarnya yang hanya bertujuan untuk kepentingan sesaat seperti untuk menyembuhkan penyakit atau untuk kesehatan. Namun lebih sebagai landasan dan dasar hidup seseorang. Saat sampai pada titik, meditasi dapat dikatakan sebagai gaya hidup bagi seseorang yang melakukannya.


(41)

Dengan melakukan meditasi setiap orang akan mampu menyerap lebih banyak intisari dari Tuhan yang di cita-citakan dan menaikkan setiap diri secara perlahan-lahan sampai saatnya tiba, dengan keagungan-Nya dan berkat-Nya. Dengan demikian, meditasi dapat mengantarkan manusia untuk berjumpa dan merasakan kehadiran Tuhan, yang senantiasa mewarnai gerak hidup bagi sang meditator.

Menurut Anand, meditasi bukanlah gerakan atau bagian dari gerakan New Age.

Meditasi lebih diasumsikan dari ajaran tarekat Qadariyah dan tarekat Chistiyyah, yang

menimbulkan kecintaan kepada Allah.57

Terkait dengan agama dan spiritualitas, Anand berpandangan bahwa kedua hal tersebut memiliki posisi yang sama-sama penting. Meskipun meditasi dan pemikirannya

sangat dipengaruhi tradisi sufi, akan tetap ia berpandangan bahwa ‘religion yes,

spiritualitas yes’. Agama, dalam pengertian ritus keagamaan, sangat dibutuhkan untuk

kelembutan jiwa. Menolak satu bentuk ritus akan berdampak kepada pencarian ritus-ritus yang lain, seperti yang terjadi di Amerika sekarang. Satu bentuk ritus-ritus keagamaan ditolak, tetapi kemudian mereka mencari ritus-ritus yang lain. Kalau seseorang telah memeluk agama tertentu sejak kecil, akan lebih bagus dia melanjutkan dengan

agamanya itu.58

B. Tujuan Meditasi

Anand tidak secara spesifik menulis tentang tujuan meditasi. Namun dalam beberapa bukunya dapat disebutkan dua hal yang menjadi tujuan Meditasi, yaitu meditasi untuk keseimbangan dan meditasi untuk pencerahan hidup.

57

Wawancara Anand Krishna dalam majalah Panjimas, September 2003, No. 16, h. 32

58


(42)

a. Meditasi untuk Keseimbangan

Menurut Anand Krishna, meditasi sama dengan perluasan kesadaran. Tujuan

atau hasil akhir dari meditasi adalah samadhi atau keseimbangan. Setelah mencapai

keseimbangan, diharapkan tidak ada lagi rasa takut, rasa khawatir, rasa gelisah dan cemas, serta perasaan lainnya yang menjadikan hidup tidak bersemangat dan pesimis. Dalam proses mencapai keseimbangan diri, Anand mengemukakan beberapa hal dalam diri manusia yang harus diketahui dan dipahami, dalam bentuk lima lapisan kesadaran, yaitu :

Lapisan Fisik. Lapisan ini yang ditentukan oleh makanan. Makanan yang

dikonsumsi menentukan kesehatan fisik, karena untuk kegiatan manusia sehari-harinya menggunakan fisik, dan lapisan fisik ini dikendalikan oleh lapisan berikutnya.

Lapisan Energi atau Psikis. Lapisan ini diperoleh dari alam sekitar lewat

pernapasan dan sebagainya. Setiap manusia mungkin dapat hidup tanpa makan dan air untuk beberapa hari, akan tetapi dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan dapat mempertahankan kehidupannya tanpa napas, tanpa energi. Fisik hanya merupakan salah satu dari sekian banyak lapisan kesadaran yang membentuk kepribadian manusia. Apabila setiap manusia menginginkan kesehatan secara menyeluruh, maka lapisan-lapisan lain juga harus diolah, termasuk lapisan-lapisan Energi. Lapisan energi sendiri dikendalikan oleh lapisan berikutnya.

Lapisan Mental atau Emosional. Lapisanini meperbudak manusia. pikiran yang

kacau akan membuat napas juga kacau. Sebagai contoh, dalam keadaan marah maka napas akan ngos-ngosan, namun sebaliknya apabila keadaan tenang maka napas juga akan tenang. Seluruh kepribadian manusia selama ini dikendalikan oleh lapisan mental/emosional.


(43)

Lapisan Inteligensia. Lapisan ini bukan lapisan intelek. Inetelegensia dan intelektualitas harus dibedakan. Intelek dapat diperoleh dari sumber-sumber di luar manusia. setiap manusia dapat menguasai teknologi dan menjadi teknokrat, serta dapat menguasai berbagai macam ilmu dan menjadi intelektual. Akan tetapi, setiap manusia belum tentu memiliki intelegensia. Inteligensia merupakan nurani, sesuatu yang tak terpisahkan dari kepribadian setiap manusia. salah satu contoh intelegensia adalah ketika manusia diajarkan bagaimana cara mendapatkan air susu dari Ibu. Alam sudah menempatkan intelegensia dalam diri manusia sejak lahir. Inetelegensia ini mungkin dapat diterjemahkan sebagai “budi pekerti”, yang tidak sama dengan moral.

Intelegensia membuat seseorang menjadi bijak. Pendidikan dalam bentu apapun, formal akademis atau informal non akademis hanya dapat menjadikan manusia sebagai intelektual. Sementara intelegensia berkembang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan. Semakin terbuka manusia, maka akan semakin banyak pengalaman ayang akan diperoleh. Ajaran-ajaran agama bertujuan untuk mengantarkan manusia mencapai tingkatan ini. Pemekaran setiap lapisan kesadaran di atas, melahirkan

fenomena baru, yaitu : Kesadaran Spiritual atau yang disebut dengan Kesadaran Murni

Lapisan Kesadaran Murni. Lapisan ini merupakan hasil akhir pemekaran

kepribadian manusia. Manusia melihat bahwa kelahiran dan kematian hanyalah dua sisi kehidupan. Kehidupan meliputi kedua-duanya. Tidak ada yang dapat membuat manusia gelisah lagi. Manusia melamapaui dua-duanya. Dengan demikian maka setiap manusia dapat menjadi sehat secara keseluruhan. Menjalani kehidupan dengan kesadaran

seperti ini baru dapat disebut hidup meditatif.59

59


(44)

Kelima lapisan kesadaran ini merupakan sebuah proses bagi sang meditator agar memperoleh keseimbangan, karena meditasi merupakan perluasan kesadaran untuk

memahami diri dan kecenderungannya. Hasil akhir dari meditasi adalah samadhi atau

keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud dalam hal ini adalah keseimbangan antara kebutuhan jasmaniah dan ruhaniah. Keseimbangan merupakan prasyarat bagi individu agar tidak larut dalam kebiasan sikap yang cenderung mengedepankan materi, ataupun sebaliknya, karena materi bukanlah tujuan dan kebutuhan hidup yang utama, demikian juga ruhaniah atau spiritualitas. Dengan kata lain keduanya harus terpenuhi

secara seiring dan seimbang. 60

Meditasi menghadirkan sebuah alam baru dalam renungan individu. Manusia menghayalkan sebuah ketenangan dan ketentraman hidup, meski dalam realitas tidak mereka alami. Karena itu, dalam tradisi Timur, guru-guru kuno mengajarkan bahwa sebagai apa seseorang meditasi, dia akan menjadi seperti yang dimeditasikan. Individu memperoleh kondisi apa yang ia meditasikan. Subjek bermeditasi atas sebuah keinginan dengan tujuan mencapai kenyataan atau menginginkan hasil yang dicapai.

Meditasi berpusat pada hati, karena hati adalah tempat duduknya Tuhan. Ketika subjek hendak mendekati Tuhan, ia mendekatinya dengan merasakan kehadiran-Nya dalam hati. Hati adalah tempat dimana kehidupan manusia serta karakternya di tentukan. Hati adalah tempat dimana sirkulasi darah dimulai dan berhenti. Darah adalah unsur pokok yang paling penting bagi sistem hidup manusia, karena darahlah yang membawa zat makanan kepada setiap bagian tubuh, membawa kembali produk-produk sisa dari kehidupan, mengalirkannya ke dalam paru-paru, menjernihkan dan kemudian mengalirkan kembali kepada seluruh bagian melalui sistem tubuh.

60


(45)

Meditasi merupakan aktivitas yang mengakibatkan hubungan erat beberapa orang dengan Tuhan. Subjek bermeditasi pada yang abstrak, tidak berbentuk, tidak bernama. Karena Yang Tertinggi tidak mempunyai bentuk dan tidak mempunyai nama, tidak juga mempunyai kwalitas atau lambang-lambang. Oleh karena itu satu ajaran yang penting dalam meditasi adalah Tuhan hanya bisa dirasakan dengan kehadirannya. Kehadiran Tuhan tersebut yang dicoba untuk dirasakan selama meditasi.

Saat manusia melakukan meditasi dengan mata tertutup, ia mampu menyerap lebih dan lebih banyak intisari dari Tuhan yang kita cita-citakan dan menaikkan diri kita perlahan-lahan sampai saatnya tiba, dengan keagungan-Nya dan berkat-Nya subjek

hampir serupa dengan Dia.61 Menyerap lebih banyak intisari Tuhan, dan mengharapkan

mampu bersandingan dengan-Nya merupakan salah satu upaya agar memperoleh tujuan meditasi, yaitu keseimbangan.

b. Meditasi untuk Pencerahan Hidup

Anand memiliki perhatian dan pengamatan serius tentang kehidupan saat ini. Tema kehidupan menjadi salah satu kerangka pemikirannya. Kehidupan dalam arti bagaimana manusia bisa menjalani hidup ini mengalir bagaikan air sesuai perjalanan hidup manusia (mati, lahir, hidup, dimatikan kembali dan berakhir menuju kehadiran Tuhan), selain mengisi kehidupan-agar bermakna- sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan.

62

Perhatian Anand pada tema kehidupan ini dilandasi oleh keprihatinan yang mendalam bahwa manusia sekarang ini (manusia modern) mengalami problem yang

61

www. anandkrishna.org

62

Kehidupan ini menjadi judul buku Anand Krishna tersendiri “Kehidupan, Panduan untuk Meniti jalan ke dalam Diri” yang dicetak pertama kali pada bulan september 1997, dan dicetak untuk ketiga kalinya pada bulan juni 2000.


(46)

akut, yakni cenderung kehilangan identitas diri dan teralienasi dari dirinya sendiri. Kemodernan telah menyeret manusia dalam kehidupan material yang matematis, dangkal serta kering, sehingga menimbulkan kegersangan dan kekeringan. Manusia modern diarahkan kepada pemenuhan kehidupan materiil dengan hitungan matematis, semua tingkah laku dan perbuatan dihitung dengan untung rugi secara materi. Orientasi manusia dalam kehidupan modern diarahkan sedemikian rupa dalam pola hidup yang

dilandasi adalah pemenuhan kepuasan materi an sich.

Manusia modern dicekoki dengan berbagai iming-iming bahwa kepuasan hanya diperoleh setelah memiliki hal yang bersifat materi. Dengan keterpenuhan atas hal-hal tersebut, seakan-akan kebahagiaan serta merta dapat diraih dan dinikmati.

Penciptaan image disebar lewat berbagai jalur yang mampu menyentuh segala

penjuru kehidupan manusia dari kamar tidur, rumah, perkampungan, ruas-ruas jalan sampai perkantoran dan kembali ke rumah lagi-sehingga kalu bisa manusia bermimpi

pun memimpikan hal itu. Gaya hidup (life style) direkayasa sedemikian rupa dengan

makna ”inilah hidup masa kini”, “inilah citra manusia modern”, “selera anda ditentukan dengan ini”, dan slogan-slogan yang murni pemenuhan kebutuhan hidup yang

materialistik sifatnya.

Tema kehidupan pada masa modern ini telah disulap dengan kehidupan yang materialistis dan kapitalistik. Semua hal ditentukan dengan kapital suatu barang. Manusia dengan teknologi yang serba canggih-yang itu dipercayai sebagai langkah kemajuan-, Erick Fromm menyebutnya dengan “megamachine” tidak malah

terbebaskan, manusia menjadi bagian dari dominasi mesin tersebut-manusia diatur dan dikendalikan olehnya. Dengan teknologi maju, produksi meningkat dan manusia menjadi penyanggah utama. Dengan produksi meningkat, manusia diarahkan menjadi


(1)

5. Bila Anda menderita ketidakseimbangan emosi, lakukan latihan ini sekali dalams ehari selama 7-21 hari secara berturut-turut. Dalam keadaan biasa, sekali atau 2 kali seminggusudah cukup88.

Selain kedua latihan tersebut, masih banyak latihan yang disampaikan oleh Anand. Anand juga menyampaikan latihan-latihan para sufi dalam melakukan meditasi, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Takhali

Duduk santai dengan mata tertutup. Ucapkan Bismillah dalam hati. Jangan terjebak dalam permainan kata dan bahasa. Yang dimaksud adalah Asma Allah. “Nama” Allah, “sebutan” bagi keberadaan sesuai dengan kepercayaan anda. Tarik napas pelan-pelan lewat hidung. Berhenti sebentar, dan betul-betul sebentar saja. Kemudian , mulut dibuka sedikit seperti untuk bersiul dan pelan-pelan., pelan-pelan sekali, buang napas lewat mulut. Berhenti sebentar dan tarik napas lagi seperti tadi. Lakukan selama 2-3 menit.

88


(2)

2. Tahalli

Dalam tahap ini, dalam buku Fiqr, Memasuki Alam Meditasio Lewat Gerbang Sufi, Anand memberikan 52 renungan . Gunakan satu renungan selama atu minggu penuh. Kemudian, renungan berikutnya untuk satu minggu berikutnya. Sambil menarik napas, ucapkan bagian pertama dari renungan itu. Dan, sambil membuang napas, ucapkan bagian kedua. Pelan-pelan dan dalam hati. Lakukan pernapasan semacam ini selama 10-15 menit dengan mata tertyutup. Tidak perlu konsentrasi. Bila ada pikiran yang melintas, biarkan saja. Jangan gelisah. Jangan pula melawannya. Biarkan ia lewat. 3. Tajalli

Dengan mata tetap tertutup, duduk diam selama 2-3 menit. Atau menari, berdansa bebas. Anda bisa menggunakan musik halus ataus ebuah lagu lembut sebagai pengiring. Kemudian ucapkan Alhamdulillah---terima kasih kepada Sang Keberadaan atas pengalaman meditasi yang baru saja anda peroleh. Setelah itu baru membuka mata.

Keberhasilan seseorang memasuki alam meditasi terbukti ketika ia sudah tidak lagi memikirkan keberhasilan dan kegagalan. Ia tidak mengharapkan sesuatu dari meditasi, karena hidup meditatif, hidup dengan kesadaran itu sendiri sudah merupakan sebuah hasil.89 Di sinilah letak keberhasilan suatu meditasi.

Praktik meditasi yang dijelaskan oleh Anand memerlukan sebuah momen-momen tertentu yang lepas dari kesibukan keseharian. Momen-momen tersebut diperlukan sebagai wadah pemberhentian seseorang dari berbagai rutinitas duniawi. Kondisi ini pada dasarnya berbenturan dengan suasana kehidupan modern yang serba kompleks dan membutuhkan kerja keras. Momen-momen meditasi yang identik dengan perenungan tentu saja berpotensi menguras waktu tertentu, sementara aktivitas kehidupan duniawi harus terus berjalan.

Pada dasarnya, dalam tradisi Islam suasana meditasi telah terkandung dalam ibadah-ibadah yang merupakan kewajiban setiap individu, seperti shalat dan ibadah haji. Ibadah shalat menuntut konsentrasi vertikal seorang hamba di hadapan Tuhannya. Demikian pula ibadah haji yang disertai dengan perenungan akan kelemahan manusia dan kemahakuasaan Tuhan serta perenungan akan kemahabesaran Tuhan dengan segala ciptaannya.

Oleh karena itu, praktik meditasi seperti yang digagas oleh Anand Krishna pada dasarnya hanyalah sebuah alternatif pendekatan kepada Tuhan yang bisa dilakukan oleh seseorang, meski pada dasarnya telah memiliki tradisi tersendiri dalam ajaran Islam. Puncak kesukesan meditasi dalam pemikiran Anand Krishna berada pada gaya hidup seseorang, di mana suasan ketenangan, keseimbangan dan pencerahan hidup telah mendarahdaging dalam setiap gerak-gerik dan tingkah-laku individu. Demikian pula kewajiban shalat dan haji yang tidak sekedar berlangsung pada tataran praktis dengan berbagai ritual khusus, tapi lebih kepada gaya hidup seorang Muslim yang merepresentasikan tujuan shalat dan haji.

89


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan di atas, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan, yaitu :

Dalam pandangan Anand Krishna, meditasi merupakan praktik yang terserap dalam pola hidup keseharian manusia daripada sekedar sebagai praktik dengan latihan tertentu. Praktik dan latihan meditasi yang dilakukan oleh seroang yang mengikuti praktik meditasi hanyalah sebuah tahap yang dilalui untuk menyerap inti dari meditasi terrsebut ke dalam pola atau gaya hidup. Sebagai pola hidup, meditasi menuntut praktik setiap saat. Meditasi bukanlah kegiatan yang instan dan untuk kepentingan sesaat, melainkan harus dilakukan secara kontinu sehingga berimplikasi kepada gaya hidup.

Terkait dengan akar tradisi meditasi, Anand menjelaskan meditasi sebagai bagian dari proses pemebrsihan diri (cleansing), yang juga memiliki latar belakang dalam tradisi sufistik Islam, seperti proses takhalli atau pembersihan jiwa. Dalam proses menuju kehidupan yang meditatif, praktik-praktik dan latihan adalah momen-momen yang mengarah pada tujuan penemuan jati diri sekaligus inti sari ketuhanan. Kondisi meditatif akan membawa manusia merasakan kehadiran Tuhan yang mewarnai gerak dan tingkah laku kesehariannya.

Saat manusia mampu meraih kondisi meditatif dan merasakan kehadiran Tuhan, maka saat itulah tujuan meditasi tercapai. Secara khusus tujuan tersebut tampak dalam kehidupan yang seimbang dan tercerahkan. Menurut Anand, kehidupan yang seimbang ditandai dengan kondisi seseorang yang lepas dari rasa khawatir, gundah, gelisah dan cemas dalam menjalani kehidupan. Suasana seimbang mengandikan adanya keseimbangan lapisan-lapisan dari diri manusia, yakni lapisan fisik yang dikendalikan oleh energi psikis.

Keseimbangan lapisan fisik dengan energi psikis menunjukkan bahwa manusia mampu menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan jasmani sekaligus ruhani. Energi yang diperoleh lewat makanan diseimbangkan dengan energi yang diperoleh malalui kesadaran yang membentuk kepribadian.

Suasana seimbang juga tampak dalam kemampuan manusia menyeimbangkan potensi mental dan emosionalnya yang cenderung tidak terkontrol dengan potensi yang terdapat dalam lapisan intelegensia. Intelegensia bersumber dari hati nurani yang tertuang dalam budi pekerti. Intelegensi mengandung sifat bijak dan arif dalam bertindak. Ketika seluruh lapisan individu tersebut asling mengendalikan satu sama lain sehingga membentuk suasana seimbang, maka lapisan kesadaran murni akn hadir dengan sendirinya sebagai bagian dari kehidupan meditatif.

Tujuan meditasi juga hendak menghadirkan suasana hidup yang tercerahkan dengan sebuah kesadaran bahwa hidup mengikuti alur yang telah ditentukan oleh Tuhan, yakni kembali kepada diri atau kembali kepada Tuhan. Hidup yang cerah adalah hidup yang bersumber dari hati nurani individu sebagai potensi yang dianugerahkan oleh Tuhan. Hidup tidak bersumber dari realitas di luar individu seperti objek-objek semu yang cenderung memperdaya dan menjadi objek ketergantungan, seperti materi.

Sementara itu, manfaat dan fungsi meditasi bisa dirasakan secara sufistik maupun non-sufistik. Secara umum, Anand menegaskan bahwa manfaat dan fungsi meditasi sangat variatif, di mana setiap individu yang melakukan meditasi merasakan manfaat yang berbeda-beda tergantung pada proses latihan dan praktik yang dilakukan. Sementara manfaat dan fungsi yang bisa dilihat dengan kasat mata adalah manfaat medis, seperti melawan penyakit dan menjaga kesehatan.

Terkait dengan macam-macam meditasi serta praktiknya, Anand menjelaskan adanya jenis meditasi sufistik yang dilandasi oleh tradisi-tradisi sufi, khususnya dalam agama Islam, yang bertujuan untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Jenis meditasi yang kedua adalah meditasi non-sufistik dengan didasari oleh potensi fisik yang ada dalam diri seseorang, yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan untuk menjaga kesehatan.

Anand Krishna juga mengajarkan tentang teknik dan praktek meditasi, antara lain Stretch to Relax Technique-SRT, yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan diri dan menghilangkan ketegangan, serta Speedy Emotion Culturing Technique-SPECT keseimbangan emosi. Praktik-praktik lainnya merupakan adaptasi dari tekniik-teknik sufistik, seperti proses takhalli, tahalli dan tajalli.


(4)

B. Saran-saran

Selama melakukan penelitian tentang meditasi dalam perspektif Anand Krishna ini, penulis ingin mengemukakan beberapa saran yang dianggap penting untuk penelitioan selanjutnya, yaitu :

a. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk meneliti tentang meditasi dalam perspektif Anand Krishna. Dan untuk selanjutnya diharapkan semoga dapat dilakukan penelitian lebih mendalam tentang meditasi dalam perspektif Anand Krishna, terutama terkait hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian.

b. Mengingat bahwa Anand Krishna telah menjadi fenomena yang menarik di Indonesia dan memiliki pemikiran yang luas, maka kedepan diharapkan ada penelitian yang membahas secara spesifik tentang dampak atau pengaruh pemikiran Anand Krishna terhadap pemikiraan keagamaan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Bastaman, Hanna Djumhana,

Makna Hidup bagi Manusia Modern: Tinjuan Psikologis

,

dalam Muhammad Wahyuni Nafis (ed.), Rekomendasi dan Renungan Religius

Islam, (Jakarta: Paramadina, 1996)

Benson M.D, Herbert & Mirian Z. Klipper,

Respon Relaksasi

,

Teknik Meditasi

Sederhana untuk Mengatasi Tekanan Hidup

, terj : Nurhasan, (Bandung : Kaifa,

2000).

Diputhera, Oka, et al.,

Kuliah Agama Budaha untuk Perguruan Tinggi,

(Jakarta :

Yasadari, 1997).

Dhammananda, Sri,

Keyakinan Ummat Budha,

(

Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya,

2002).

Fromm, Erich,

Revolusi Harapan Menuju Masyarakat Teknologi yang Manusiawi

, terj :

Kamdani (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999).

Hartiningsih, Maria dan Hariadi Saptono,

Renungan dari Mendut

, dalam Harian

Kompas, edisi 18 Desember 2005.


(5)

Indrawati, Tao dalam Tao the Cing (Suatu kajian atas Penafsiran Anand Krishna), IAIN

Syahid Jakarta (Jakarta, IAIN Syahid, 2001).

J.A. Buddhasa, Mahathera,

Vipassana-Dhura

, (Jakarta: P.C. Mapanbudhi, 1982).

King, Wilston L. “Meditation”, dalam Eliade, Mircea, (ed.

in Chief

),

The Encyclopedia

of Religion

, Vol. 9, (New York: Mac Millan Library Reference USA, 1985).

Krishna, Anand,

Atisha-Melampaui Meditasi

,

(Jakarta: PT Gramedia, 2002).

_______,

Ilmu Medis & Meditasi

, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002).

_______,

Renungan Harian

, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002).

_______,

Sehat Dalam Sekejap

, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002).

_______,

Kehidupan, Panduan untuk Meniti Jalan kedalam Diri

, (Jakarta: Gramedia

Pustaka, 2000).

_______,

Surat al-Fatihah Bagi Orang Modern,

(

Jakarta: Gramedia Pustaka, 1999).

_______,

Surat-Surat Terakhir bagi Orang Modern,

(Jakarta: Gramedia Pustaka,

2000).

_______, dan B. Setiawan,

Ilmu Medis & Meditasi

, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2002).

_______,

Soul Quest, Pengembaraan Jiwa dari Kematian Menuju Keabadian

, terj:

Meidyna Arrisandi, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2004).

_______,

Melampaui Kelahiran dan Kematian : Reinkarnas hidu tak pernah berakhir

,

(Jakarta : Gramedia Pustaka, 1998).

_______,

Zen Bagi Orang Modern,

(Jakarta : Gramedia Pustaka, 1998).

_______,

Reinkarnasi, Hidup tak Pernah Berakhir,

(

Jakarta: Gramedia Pustaka, 1998).

_______,

Fiqr : Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi

, (Jakarta: Gramedia

Pustaka, 2002).

_______,

99 Nama bagi Orang Modern,

(Jakarta : Gramedia Pustaka, 1999).

_______,

Matsnawi, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru tak Berbingkai

,

(Jakarta : Gramedia Pustaka, 2000).


(6)

_______,

Seni Memberdayakan Diri I : Meditasi untuk Management Stres dan Neo Zen

Reiki untuk Kesehatan jasmani dan Rohani

, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2006).

Mattdewi W,

Bhavana, Pengembangan Batin

, (Jakarta: Graha Metta Sejahtera, 2002).

Muhammed, Yasien,

Insan Yang Suci, Konsep Fitrah dalam Islam,

(Bandung: Mizan,

1997).

Natani,

Indahnya Meditasi

, (Jakarta : Yayasan Kusalayani, 1995).

Northcott, Michael S., “Sociological Approaches”, dalam, Peter Connolly (ed.),

Approaches to Study of Religion

,

(London: Cassel, 1999).

Rahmawati,

Konsep Reinkarnasi Menurut Anand Krishna (Telaah atas ayat-ayat

Esoteris),

IAIN Syahid Jakarta, Skripsi, (Jakarta: IAIN Syahid, 2001).

Smith, Huston,

Agama-agama Manusia

, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1990).

Sukidi,

New Age: Wisata Spiritual Lintas Agama

, (Jakarta: PT. Gramedia, 2001).

TJ Sudarman, Sutradharma

Menjalani Kehidupan Budhisme, Confusianisme, dan

Taoisme

, (Jakarta: Sunyata, 1998).

Tebba, Sudirman,

Meditasi Sufistik,

(Bandung: Pustaka Hidayah, 2004).

Majalah dan Website

Majalah Panjimas, September 2003, No 16.

www. anandkrishna.org

http://www.srcm.org/centers/as/id/MEDITASI.htm