Meditasi: Pandangan Beberapa Agama

C. Meditasi: Pandangan Beberapa Agama

Hampir dapat dipastikan bahwa meditasi memiliki relasi yang sangat kuat dengan meditasi. Bahkan lebih jauh dapat dikemukakan bahwa meditasi tidak dapat dipisahkan dari aspek spritualitas, dan dapat menjadi implementasi dari spiritualitas agama. Artinya bahwa meditasi dapat menjadi wujud dari spiritualitas agama. Sampai disini yang menjadi titik temu untuk menjelaskan meditasi dan spiritualitas adalah agama itu sendiri. Hal ini dapat dijelaskan antara lain dengan mengemukakan bahwa meditasi terdapat dalam berbagai agama dan budaya. Setiap agama dapat dipastikan memiliki dimensi spiritualitas, meskipun dengan cara dan praktik yang berbeda-beda. Berikut akan diurai pandangan beberapa agama tentang meditasi dan spiritualitas : a. Islam Dalam Islam, meditasi diajarkan dan sangat terkait dengan dunia tasawuf. Jika diidentifikasi secara serius, maka ada beberapa kegiatan spiritual yang dapat dikategorikan sebagai sebagai praktek meditasi dalam tasawuf, antara lain : muraqabah, muhasabah, wirid, tafakur, dzikir, do’a. ‘uzlah, dan i’tikaf. 39 Untuk memahami lebih lanjut tentang kegiatan-kegiatan spiritual ini, berikut akan diurai penjelasannya: a. Muraqabah ; konsentrasi penuh waspada dengan segenap kekuatan jiwa, pikiran dan imajinasi serta pemeriksaan yang dengannya sang hamba mengawasi dirinya sendiri secara cermat. Selama muraqabah berlangsung, sang mengamati bagaimana Allah mewujud dengan jelas dalam kosmos dan dalam dirinya sendiri. Muraqabah ada kaitannnya dengan mujahadah, yaitu 39 Tebba, Meditasi Sufistik, h. 12 perjuangan dan upaya spiritual melawan hawa nafsu dan berbagai kecenderungan jiwa rendah. b. Muhasabah ; analisis terus menerus terhadap hati berikut keadaannya yang selalu berubah. Selama muhasabah, orang yang merenung pun memeriksa gerakan hati yang paling tersembunyi dan rahasia. Dengan kata lain, dia menghisab dirinya sendiri tanpa menunggu hari kebangkitan diakhirat kelak. c. Wirid ; latihan spiritual denagn menyebut nama-nama Tuhan, biasanya Al- Asma al-Husna, yang jumlahnya 99 nama. Wirid juga adalah tafakur, mengerjakan shalat sunat, membaca al-Quran, zikir dan do’a. Dalam tarekat, pengamalan wirid melahirkan transformasi batin secara bertahap. Namun kadar transformasi spiritual ini tergantung pada rahmat Tuhan dan juga pada kesucian niat serta ketulusan. d. Tafakur ; merenungkan ciptaan Allah SWT, kekuasaannya yang nyata dan tersembunyi serta kebesarannya diseluruh langit dan bumi. Tafakur sebaiknya dilakukan setiap hari, terutama pada tengah malam. Karena saat tengah malam adalah saat yang paling baik, lengang, jernih dan tepat untuk penyucian jiwa. Selain istilah tafakur, dalam tasawuf juga ada istilah tadzakur. Kedua istilah ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah bahwa kedua istilah tersebut berarti perenungan. Sementara perbedaannya adalah, menurut sebagian ulama, tafakur merupakan cara tadzakur, sedangkan tadzakur adalah wujud nyata tafakur itu sendiri. e. Dzikir ; berarti mengingat, menyebut atau mengagungkan Allah dengan mengulang-ulang salah satu namanya atau kalimat keagungannya. Dzikir yang hakiki adalah sebuah keadaan spiritual di mana seseorang yang mengingat Alla memusatkan segenap kekuatan fisik dan spiritualnya kepada Allah, sehingga seluruh wujudnya bisa bersatudengan yang Maha Mutlak. f. Do’a ; berarti permintaan atau permohonan. Yang dimaksud adalah permohonan manusia kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat. Kebaikan di dunia adalah kesehatan, kemakmuran, pengetahuan dan kedudukan yang tinggi serta terhindar dari musibah. Sesang keselamatan diakhirat adalah masuk surga dan terhindar dari api neraka. Doa merupakan kesempatan yang dimiliki manusia untuk mencurahklan keinginan hationya kepada Tuhan, menyatakan kerinduan, ketakutan dan kebutuhan manusia kepada Tuhan. g. Uzlah ; berarti mengasingkan diri. Yang dimaksud dalam hal ini adalah mengasingkan diri dari pergaulan dengan masyarakat untuk menghindari maksiat dan kejahatan serta melatih jiwa dengan melakukan ibadah, dzikir, doa dan tafakur tentang kebesaran Allah dalam mendekatkan diri kepada-Nya. h. I’tikaf ; berdiam diri atau melazimkan sesuatu yang baik atau buruk. Akan tetapi, i’tikaf yang dimaksud dalam konteks meditasi adalah berdiam diri di dalam mesjid dengan niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. 40 Meditasi dan kontemplasi terkait dengan tradisi Islam Ortodoks, khususnya tradisi sufistik yang bertujuan untuk menghadirkan kondisi kesatuan antara hamba dengan Tuhan melalui proses transendensi diri. Meditasi juga sering dikaitkan dengan 40 Tebba, Meditasi Sufistik, h.12-16 praktik zikir. 41 Kegiatan-kegiatan spiritual sebagaimana telah dikemukakan di atas, dalam Islam khususnya dunia tasawuf dapat dikatakan sebagai bentuk-betuk meditasi. Dengan demikian, meditasi dapat diidentikkan sebagai suatu kegiatan spiritual. Dalam praktik sufisme tasawuf, suatu aliran mistisisme Islam, meditasi juga dapat menimbulkan pengalaman transendental. 42 b. Budha Meditasi merupakan salah satu tahapan dalam Budhisme untuk pengembangan diri, sehingga bisa mencapai pencerahan dengan kebijaksanaan yang tinggi di dalam dharma dan hidup secara bahagia. Kegiatan meditasi selalu dilakukan oleh ummat Budha dari berbagai aliran Budhisme yang ada, khususnya pada saat melakukan puja bhakti. Meskipun metode atau tahapan meditasi sebagaimana yang diajarkan oleh sang Budha telah mengalami berbagai perkembangan. Sesuai kebudayaan masing-masing negara dan aliran Budhisme yang di anut. 43 Di antara aliran dalam agama Budha terdapat aliran aliran Theravada. Aliran ini juga memiliki konsep dan tata cara melakukan meditasi sebagai upaya pendakiann spiritual. Dalam aliran Theravada metode meditasinya menggunakan 2 dua latihan, yang diajarkan oleh Sang Budha, yaitu Samatha dan Vipassana. 44 Karena dalam meditasi tanpa Samatha dan Vipassana, tidak ada kebersihan batin, karena untuk bahagia mencapai nibbana batin harus bersih dan bebas dari noda-noda kotoran, maka antara Samatha dan Vipassana terkait antara keduanya. 45 Dua metode yang digunakan 41 King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade ed. in Chief, The Encyclopedia of Religion, h. 327. 42 King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade ed. in Chief, The Encyclopedia of Religion, h. 327 43 Sutradharma TJ Sudarman, Menjalani Kehidupan Budhisme, Confusianisme, dan Taoisme Jakarta: Sunyata, 1998, h. 80 44 Sutradharma TJ Sudarman, Menjalani Kehidupan Budhisme, Confusianisme, dan Taoisme, h. 90 45 Natani, Indahnya Meditasi, Jakarta : Yayasan Kusalayani, 1995, h.8 dalam latihan meditasi, yaitu: pertama, Samantha Bhavana: menditasi pengembangan ketenangan batin; kedua, Vipassana Bhavana: meditasi pengembangan pandangan terang. 46 c. Yudaisme Meditasi merupakan gagasan sentral dan otoritas tradisi Yahudi. Tradisi ini biasa ditemukan dalam Mishnah dan Talmud. Meditasi dalam perspektif Yahudi ini dipengaruhi oleh Gnostisisme dan Helenisme, yang merujuk kepada mistisime Heikhalot. Meditasi juga merujuk pada tradisi Hasidic, bersumber dari pengaruh dari fiosof Yahudi bernama Philo Judaeus. Dalam kontemplasi ala Hasidic transendensi ketuhanan diraih dengan menjadikan obyek kontemplasi berupa Shekhinah atau semangat ketuhanan. Tuhan hanya bisa dikontemplasi atau direnungi secara langsung dengan menempatkan sebagai tujuan dunia. Kontemplasi dalam tradisi yahudi itu dengan menempatkan jarak antara hamba dengan Tuhan. Dan jarak tersebut merupakan kesatuan yang erat antara Tuhan dengan hamba. 47 Dalam tradisi Yahudi, meditasi juga terkait dengan tindakan asketis yang mengarah pada praktik kontemplasi yang dilakukan oleh jiwa soul melalui tujuh tahapan menuju karakter perilaku yang baik. Kondisi tersebut dipandang sebagai pengalaman mistik seseorang yang mendengar dan melihat secara langsung kepada Tuhannya. Meski demikian, tidak ada bentuk kesatuan mistik di dalam kondisi tersebut, sebab Tuhan hanya bersifat meliputu segalanya atau yang lain wholly other. 48 d. Kristen 46 Oka Diputhera, et al., Kuliah Agama Budaha untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Yasadari, 1997, h. 98 47 King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade ed. in Chief, The Encyclopedia of Religion, h. 325 48 King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade ed. in Chief, The Encyclopedia of Religion, h. 325 Meditasi dan kontemplasi merupakan lingkaran monastik yang dianggap sebagai tingkatan tertinggi dalam tradisi Kristen. Dalam agama Kristen, tradisi meditasi dan kontempalssi dipengaruhi oleh literatur Hermetic dan filsafat Neo-platonisme. Buku- buku Hermetic mengetengahkan tema tentang kesatuan mistik yang mengarah kepada pengetahuan tentang Tuhan. Sementara plotinus menggambarkan empat tahap dalam memperoleh pengetahuan ilahiah : 1 tahap keutamaan; 2 perkembangan pemikiran yang melampaui persepsi indrawi; 3 trasendesnsi pikiran dalam meraih kesatuan; 4 bersatu dengan yang satu. Dalam tradisi kristen juga dikenal 3 tahap meditasi : 1 menempatkan subyek diri dalam kehadiran Tuhan, 2 menyembah sesuatu diluar kehadiran Tuhan, sebagai wasilah, dan 3 membayangkan segala sesuatu ini sebagai kehidupan Yesus. Menurut Ignatius Loyola 1495-1956, salah seorang pendiri Jesuit, yang menggagas praktek meditasi secara progresif, ia menganggap bahwa meditasi tidak bisa diwakili oleh orang lain, melainkan harus keterlibatan subyek secara langsung. Caranya adalah subyek itu harus membayangkan gambaran tertentu seperti kebangkitan Yesus. 49 e. Taoisme Taoisme-satu dari sistem filosofis berpengaruh dalam sejarah dan pemikiran Cina- bermula pada abad keenam SM, melalui Chuang Tzu yang mengelaborasi ajaran Lao Tzu mengemukakan konsep Taoisme dan memberikan penakanan kuat pada individu. Untuk memparktekkan Taoisme, menurut Chuang Tzu, berarti “menganggap yang fundamental sebagai esensi, menggangap berbagai hal sebagai yang tidak halus, menganggap akumulasi sebagai kekurangan, dan mendiami sendiri dalam keheningan 49 King, “Meditation”, dalam Mircea Eliade ed. in Chief, The Encyclopedia of Religion, h. 326 yang spiritual dan akal. Melelui ketenangan pikiran, dalam hal ini juga termasuk praktik meditasi, seseorang mencapai keserasian dengan alam dan kemudian dengan Tao yang tunggal. Chuang Tzu mengatakan bahwa berdiam diri dalam keheningan dengan jiwa dan akal berarti melaupakan segalanya. 50 Di samping agama, dari aspek kebudayaan juga dapat ditemukan Praktik meditasi, seperti dalam kebudayaan Shamanisme. Shamanisme merupakan salah satu bentuk mistisisme, yaitu kidung atau lagu yang disuarakan oleh seorang Shaman, atau orang suci, menimbulkan perasaan “terasuki” atau ndadi trance. Shamanisme dipraktikan bersama-sama dengan agama-agama suku di Amerika Utara dan Selatan, Indonesia, Afrika, Siberia dan Jepang. 51 Selain Shamanisme, tidak menutup kemungkinan masih banyak kebudayaan lain di dunia yang juga mempraktekkan meditasi, baik sebagai ritual semata atau menjadi proses pendakian spiritual. Dengan memperhatikan dan menganalisa beberapa praktek keagamaan dan kebudayaan sebagaimana telah dijelaskan di atas, dapat dikemukakan bahwa meditasi dan spiritualitas, atau meditasi sebagai upaya spiritual ditemukan dalam beberapa agama dan budaya. 50 Benson M.D Mirian Z. Klipper, Respon Relaksasi, h. 148-149 51 Benson M.D Mirian Z. Klipper, Respon Relaksasi, 151

BAB IV MEDITASI DALAM PANDANGAN ANAND KRISHNA