Kelompok Formal dan Informal

2.2.2 Kelompok Formal dan Informal

Kelompok formal adalah suatu kelompok yang keberadaannya ditandai dengan munculnya aturan – aturan yang baku di dalam kelompok tersebut. Dimulai dengan adanya Anggaran DasarAnggaran Rumah Tangga ADART ataupun aturan konstitusional lainnya yang bersifat mengikat, memiliki keanggotaan yang terdaftar secara resmi, dan memiliki struktur organisasi yang jelas. Sedangkan kelompok informal adalah kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang.Keanggotaan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan, perkawanan dan simpati. Suatu gejala yang menarik perhatian banyak ilmuwan sosial ialah adanya keterkaitan antara kelompok formal dan kelompok informal. Segera setelah seseorang menjadi anggota organisasi formal seperti sekolah, universitas, perusahaan atau kantor, ia sering mulai menjalin hubungan persahabatan dengan anggota lain dalam organisasi formal tersebut sehingga dalam organisasi formal akan terbentuk berbagai kelompok informal, seperti kelompok teman sebaya, kelompok yang tempat tinggalnya berdekatan, kelompok yang bertugas dalam satu bagian kantor yang sama, kelompok yang lulus dari perguruan tinggi yang sama, kelompok yang lulus sekolah seangkatan dan sebagainya Sunarto, 2004:135-136. Suatu gejala yang telah diamati para ilmuwan sosial ialah bahwa dalam organisasi formal sering terbentuk kelompok informal yang nilai dan normanya dapat bertentangan dengan nilai dan aturan yang berlaku dalam organisasi formal. Di kalangan siswa misalnya, kesetiakawanan dalam melakukan pelanggaran disiplin misalnya sama-sama bolos sekolah, menyontek, dan Universitas Sumatera Utara sebagainya, dalam melakukan perilaku kolektif misalnya merusak fasilitas umum, ugal-ugalan di jalanan, tawuran, dan lain sebagainya. Sistem nilai yang dianut siswa dapat bertentangan dengan sistem nilai sekolah. Sekolah biasanya cenderung memberi nilai tinggi pada prestasi belajar, sedangkan siswa mungkin banyak yang tidak mementingkan prestasi belajar karena kelompok sebaya mereka memberi bobot lebih tinggi pada kriteria lain seperti kekayaan, kepopuleran di bidang kesenian atau olahraga, keberanian dan sebagainya. Sebagai akibatnya, siswa yang menduduki peringkat tertinggi dalam prestasi belajar di sekolah sering berbeda dengan siswa yang menduduki peringkat tertinggi dalam sistem status di kalangan siswa Sunarto, 2004:136. 2.3 Pengertian Geng dan Geng Motor 2.3.1 Pengertian Geng