Aktivitas DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

5.3 Aktivitas

Adanya geng motor tentu saja diwarnai dengan beberapa aktifitas. Secara umum geng motor di Indonesia khususnya di Kota Medan memiliki kesamaan dalam aktifitasnya. Seperti yang terjadi akhir – akhir ini di kota Medan, banyak geng motor yang melakukan pawai keliling kota secara beramai – ramai pada malam hari, lalu ketika mereka bertemu musuh mereka dan jika terjadi gesekan – gesekan di antara mereka maka akan memunculkan tawuran seperti yang pernah terjadi di daerah Selayang, Pendopo USU, Jl.Pattimura dan wilayah lainnya. Selain melakukan pawai keliling dan tawuran, anak – anak geng motor juga sering berkumpul di warung – warung yang menjadi tempat biasa mereka berkumpul, seperti di warung tuak atau pun warung – warung pinggiran jalan lainnya, seperti yang pernah dikatakan oleh salah satu anggota geng motor, Geer yang mengatakan: ”Aktifitas kami nanti kalau malam minggu ngumpul, kalau gakngumpul di parbus Parit Busuk, salah satu tempat di kota Medan, pasar 1, pasar 5 lapo tuak itu kan daerah Padang Bulan, main – main gitar, minum tuak, ketawa – ketawa gitu kan, kalau bosan kami keluar. Kalau keluar kami ya jam – jam tinggi lah diatas jam 1 malam. Kalau balapan seringnya 2 tahun yang lalu karena saat – saat ini mereka mengaku sering diserang sama masyarakat apalagi setelah kejadian di Selayang ketika mereka pawai mereka diserang dan memunculkan korban jadi membuat mereka takut keluar untuk balapan lagi, Ket. Kalau sekarang sudah jarang lah, karena kalau mau start balap pasti lewat anak geng motor lain dan pasti chaos, pernah kami mau start balap lewat anak SL musuh geng motor yang sedang diwawancara ya ribut la seperti kejadian di petronas Pattimura itu lah.” Hal tersebut senada dengan paparan T.E mengenai aktivitas geng motor sehari – hari, berikut paparannya: ”Kami biasa konvoi, keliling. Kalau biasa yang kami keliling itu setiap malam minggu, lebih banyak mungkin 2 kali seminggu kami ada lah ngumpuluntuk anak – anak komunitas NKB aja. Yang jelas 2 kali seminggu pasti ngumpul, 1 kali untuk ngumpul – ngumpul biasa seperti Universitas Sumatera Utara silaturahmi seperti biasanya dan 1 kali untuk keliling konvoi. Kalau tawuran karena berhubung akhir – akhir ini udah mulai gencar polisi merazia apalagi kebetulan kawan kami tertangkap kemarin jadi mungkin saat ini kami batasi lah untuk seonar mungkin kami batasi. Kalau untuk kumpul kami biasa di pasar 3, Lapo tuak gitu namanya NKB Fams yang letaknya dekat rumah kawan kami juga dan orang – orang disitu udah tahu kami sering ngumpul disitu, kalau untuk keliling sebelumnya tempatnya tidak ditentukan dan tidak pernah ada perencanaan sebelumnya jadi sifatnya spontan saja, jadi begitu ngumpul maka disitulah langsung diputuskan untuk keliling dan dimana mau kelilingnya. Tapi kami gak pernah melewati seperti bundaran Jl.Juanda, yah intinya kami menghindari polisi lah sama komunitas – komunitas geng motor lain takutnya nanti kan menimbulkan tawuran.” Dari keterangan diatas,dijelaskan bahwa geng motor dalam kesehariannya sering berkumpul di warung – warung pinggiran jalan seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, dan pada umumnya geng motor lebih suka berkumpul di tempat – tempat yang agak sedikit kotor dan rame seperti di lapo tuak dan di daerah Parit Busuk, untuk geng motor NKB mereka biasa berkumpul di lapo tuak NKB Fams di daerah pasar 3 Padang Bulan yang menjadi markas utama mereka. Dan kalau dari tempat itu mereka bosan maka mereka akan secara spontan melakukan pawai di jalan – jalan dan seringkali melalui kegiatan pawai inilah mereka sering membuat ulah di jalanan dan akhirnya meresahkan masyarakat. Apalagi jika selama pawai tersebut mereka berjumpa dengan musuh geng motor mereka seperti yang dipaparkan oleh Geer mengenai pengalaman dia ketika geng motor mereka berjumpa dengan geng motor lain yang merupakan musuh geng motor mereka maka bisa dipastikan akan memunculkan kekacauan seperti tawuran massal yang membuat masyarakat sekitar menjadi terganggu. Atas sebab itulah seringkali masyarakat menjadi geram jika bertemu mereka di jalan dan akhirnya menyebabkan konflik juga dengan masyarakat seperti yang terjadi di Selayang, ketika geng motor lewat di jalan habis Universitas Sumatera Utara menonton pertandingan sepakbola di warung mereka langsung diserang oleh masyarakat dan banyak memunculkan korban di kalangan masyarakat maupun geng motor tersebut. Karena kejadian – kejadianitulah pada saat ini banyak geng motor yang mengaku takut untuk keluar melakukan pawai karena seringnya mereka diserang dan takut jika berurusan dengan polisi. Seperti yang dipaparkan oleh T.E mengenai pengalamannya ketika konvoi, mereka sangat menghindari jalanan yang biasanya terdapat polisi berjaga seperti di daerah Jl.Juanda dan juga menghindari diri untuk berjumpa dengan geng motor lain ketika konvoi di jalanan karena dikhawatirkan akan menimbulkan keonaran dan tawuran yang tentu saja memunculkan korban bagi mereka juga, apalagi pada saat ini warga juga turut serta menangani mereka dengan cara kekerasan yang akhirnya menimbulkan ketakutan bagi mereka. Sejalan dengan apa yang dikatakan Geer ketika menjelaskan kondisi mereka pada saat ini , berikut penjelasannya: ”Kalau karakter geng motor kami sekarang udah bisa dibilang kayak bencong, karena kami pun mainnya udah sembunyi – sembunyi, lalu warga sekitar udah palak marah sama kami, ya sama namanya NKB, RNR Nama geng motor. Pandangan masyarakat sama kami udah negatif lah jadinya.” Dari penuturannya inilah didapatkan informasi bahwa saat ini geng motor secara umum sudah takut untuk keluar malam lagi dan kalau mereka mau keluar sifatnya hanya sembunyi – sembunyi. Ketika geng motor melakukan aksi pawai banyak memunculkan kerusuhan dan saat ini semakin sering terjadi. Penulis pernah mengikuti beberapa aktifitas geng motor yaitu ketika berkumpul di warung dan melakukan pawai. Memang terlihat bahwa mereka sering berjaga – jaga ketika melakukan aktifitas dan sering takut jika ada yang mengganggu mereka. Untuk saat ini mereka memang jarang melakukan pawai, karena untuk geng motor yang saya amati saat ini NKB, Universitas Sumatera Utara mereka memang sering menjadi sasaran geng motor lain dan juga masyarakat, seperti kejadian di Jl.Pattimura ketika mereka kebetulan lewat disitu mereka langsung diserang geng motor lain dan polisi sehingga banyak dari mereka ditangkap polisi dan jadi korban luka – luka, lalu kejadian di Jl.Selayang yang ketika itu mereka habis menonton bola beramai - ramai di warung, warga sudah berjaga – jaga untuk menyerang mereka, karena memang diakui mereka bahwa ketika mereka lewat, mereka seringkali membuat masyarakat semakin marah dan kesal dengan kehadiran mereka karena ulah mereka sering mengganggu. Atas dasar inilah Geer mengatakan bahwa pada saat ini keberanian mereka untuk melakukan aktifitas di jalanan semakin berkurang dan lebih banyak berkumpul di warung saja. Seperti penuturan Dian yang menceritakan pengalamannya ketika melakukan pawai dijalan dan seringkali ditangkap aparat kepolisian, berikut penuturannya: ”Warga melihat kami udah emosi aja bang, karena kaminya yang kreak – kreak kali bang. Kami sekarang udah jarang pawai, ya seminggu sekali la itupun sembunyi – sembunyi. Apalagi sekarang lagi sering – seringnya razia geng motor dan kami sering ditangkap. Kalau saya bolak balik ditangkap, habis keluar masuk lagi ke tahanan. Kalau kami balapan, kami pernah gak pakai rem seperti di pasar 8 padang bulan, tapi untuk balapan kami udah gak bawa nama geng motor lagi, seringnya bawa nama bengkel, tapi kawan – kawan kami di geng motor datang semua untuk mengawasi kami. Kami pun gak berani sendirian, keluar malam kami gak sendiri – sendiri, karena kami sering dicari warga, dan lawan – lawan kami.” Dari penuturan Dian inilah ditemukan informasi bahwa pada saat ini banyak geng motor yang lebih memilih untuk beraktifitas secara sembunyi – sembunyi dan sudah tidak berani lagi untuk bertindak nekat di jalanan. Karena dengan kondisi mereka yang harus berhadapan dengan musuhnya masing – masing, serangan dari masyarakat yang merasa terganggu dan polisi yang sering melakukan razia, mereka semakin takut untuk beraktifitas. Tapi tak jarang juga, ketika penulis melakukan pantauan di daerah – daerah kota Medan yang menjadi pos – pos Universitas Sumatera Utara perkumpulan geng motor di malam hari di atas jam 1 malam setiap malam minggu selama bulan Februari - Mei 2012, penulis sering menemukan sekelompok orang remaja berkendaraan bermotor berkumpul dan beraktifitas secara beramai – ramai yaitu di daerah Jl.Ringroad Tanjung Rejo dan Sekitarnya, daerah Jl. Pattimura, Jl. Mongonsidi, Jl.Setia Budi, Jl. Sei Batanghari, Ayahanda dan sekitarnya Daerah Babura, Jl. Padang Bulan, Jl. Mandala By Pass dan sekitarnya, Jl.Bromo - Jl. Halat dan sekitarnya, dan wilayah lainnya di kota Medan. Akan tetapi penulis tidak menemukan mereka bertindak anarkis dan merusuh hanya sekedar berkumpul saja. Setidaknya ada korelasi antara pernyataan Dian tadi dengan fakta yang ditemukan penulis ketika memantau langsung di lapangan bahwa banyak geng motor yang akhir – akhir ini takut untuk merusuh lagi, tapi pada saat tertentu tidak jarang juga terjadi perkelahian antar geng motor yang menyebabkan masyarakat dan kepolisian akhirnya turun tangan, seperti yang pernah terjadi di daerah Setia Budi, Selayang, dan daerah Medan Baru.

5.4 Pandangan Masyarakat Terhadap Geng Motor