Pengalaman Suami dalam Memberikan Dukungan ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor

(1)

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPLAK KELURAHAN

CURUG MEKAR KOTA BOGOR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

Puji Rahma Pratami

1112104000016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M


(2)

i


(3)

ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES STUDY PROGRAM NURSING SCIENCE

STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

Undergraduate Thesis,June 2016

Puji Rahma Pratami, Student Number: 1112104000016

Husband Experience in Providing Support for Exclusive Breastfeeding of Primipara Mother in Puskesmas Semplak Curug Mekar village in Bogor City

Xv + 96 pages + 5 chart + 1 table + 5 attachments

ABSTRACT

Indonesia has targeted the coverage of exclusive breastfeeding by 80%. However, the Health Research in 2013 revealed that coverage of exclusive breastfeeding in Indonesia only reaches 42%. The failure can be caused by several factors, one of which is a psychological factor that is influenced by the support of her husband. Theobjective of this study was to explore the husbands' experience in providing support for exclusive breastfeeding in primipara mothers. This research was a qualitative with phenomenology descriptive design, the sample data gathered by in-depth interviewed. There were five participate of the husband whose wife had just given birth once (primipara mother) who had been exclusively breastfeed infants aged 6-12 months that achieved by purpossive sampling. The data that had been gathered were an interview record and field note that analyzed by Collaizi technique. This research identified eight themes, which are: 1) The benefits of breastfeeding motivatedthe husbandsto provide support exclusive breastfeeding, 2) Husbands obtained information about exclusive breastfeeding from several sources, 3) Husbands provided information about exclusive breastfeeding in primipara mothers, 4) Husbands did not provide judgment support of praise but they said thanks, 5) Husbandsprovided physical support for primipara mothers during breastfeeding exclusively, 6) Husband provided emotional supportfor primipara mothers during breastfeeding exclusively, 7) Husband's diffficulty in support of his exclusive breastfeeding wife, and 8) Husbands who still believes myths about exclusive breastfeeding. Researchers suggest that health professionals should improve health promotion to the mother and the husband about exclusive breastfeeding by conducting prenatal and postnatal breastfeeding class.

Keywords: Support Husband, Exclusive Breastfeeding, Primipara Reading List: 80 (2004-2015)


(4)

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2016

Puji Rahma Pratami, NIM: 1112104000016

Pengalaman Suami dalam Memberikan Dukungan ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor

Xv+ 96 halaman + 5 bagan + 1 tabel + 5 lampiran

ABSTRAK

Indonesia telah menargetkan cakupan ASI eksklusif sebesar 80%. Akan tetapi, Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 mengungkapkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya mencapai 42%. Ketidakberhasilan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor psikologis yang dipengaruhi oleh dukungan suami. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif, data diperoleh melalui wawancara mendalam. Partisipan berjumlah lima orang meliputi suami yang istrinya baru melahirkan satu kali (ibu primipara) yang telah memberikan ASI eksklusif dengan rentang usia bayi 6-12 bulan. Sample didapatkan melalui purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan teknik Collaizi. Penelitian ini mengidentifikasi delapan tema yaitu: 1) Manfaat ASI memotivasi suami untuk memberikan dukungan ASI eksklusif, 2) Suami mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif dari beberapa sumber, 3) Suami memberikan informasi tentang ASI eksklusif pada ibu primipara, 4) Suami tidak memberikan dukungan penilaian berupa pujian melainkan dengan ucapan terima kasih, 5) Suami memberikan dukungan fisik untuk ibu primipara selama proses pemberian ASI eksklusif, 6) Suami memberikan dukungan emosional untuk ibu primipara selama proses pemberian ASI eksklusif, 7) Hambatan suami dalam mendukung istri menyusui secara eksklusif, 8) Suami masih mempercayai mitos-mitos mengenai ASI eksklusif.Peneliti menyarankan agar para tenaga kesehatan meningkatkan promosi kesehatan kepada ibu dan suami mengenai ASI eksklusif dengan mengadakan kelas ASI prenatal dan pascanatal.

Kata Kunci: Dukungan suami, ASI eksklusif, Primipara Daftar Bacaan: 80 (2004-2015)


(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

PENGALAMAN SUAMI DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SEMPLAK KELURAHAN CURUG MEKAR KOTA BOGOR

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH

PUJI RAHMA PRATAMI 1112104000016

Pembimbing I

Ns. Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep,Sp.Kep.Mat NIP. 19801119 201101 2 006

Pembimbing II

Yenita Agus, S.Kp., M.Kep, Sp.Mat, Ph.D NIP. 19720608 200604 2 001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/2016 M


(6)

v

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

PENGALAMAN SUAMI DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SEMPLAK KELURAHAN CURUG MEKAR KOTA BOGOR

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

PUJI RAHMA PRATAMI 1112104000016

Jakarta, Juni 2016

Pembimbing I

Ns. Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep,Sp.Kep.Mat NIP. 19801119 201101 2 006

Pembimbing II

Yenita Agus, S.Kp., M.Kep, Sp.Mat, Ph.D NIP. 19720608 200604 2 001

Penguji I

Ratna Pelawati, S.Kp., M.Biomed NIP. 19780215 200901 2 005

Penguji II

Karyadi, S.Kp., M.Kep., Ph.D NIP. 19710903 200501 1 007

Penguji III

Yenita Agus, S.Kp., M.Kep, Sp.Mat, Ph.D NIP. 19720608 200604 2 001

Penguji IV

Ns. Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep,Sp.Kep.Mat NIP. 19801119 201101 2 006


(7)

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

PENGALAMAN SUAMI DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SEMPLAK KELURAHAN CURUG MEKAR KOTA BOGOR

Disusun Oleh:

PUJI RAHMA PRATAMI 1112104000016

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Maulina Handayani, S.Kp., MSc NIP. 19790210 200501 2 002

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes NIP. 19650808 198803 1 002


(8)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : PUJI RAHMA PRATAMI

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 09 April 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Cilendek Timur No. 16 Rt.03/05, Kelurahan Cilendek Timur, Kota Bogor Barat

HP : 085216585258

Email : puji.2pm@gmail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. SD Negeri Cijahe Curug 2. SMP Negeri 6 Bogor 3. SMA Negeri 5 Bogor

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2000-2006 2006-2009 2009-2012 2012-sekarang

ORGANISASI

1. PMR SMA Negeri 5 Bogor

2. „ITHRI ROHIS SMA Negeri 5 Bogor 3. BEM PSIK

4. HMPSIK

5. ILMIKI Wilayah III

2010-2012 2010-2012 2013-2014 2014-2015 2013-2015


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pengalaman Suami dalam Memberikan Dukungan ASI Eksklusif pada

Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun metodologi. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun mengenai tulisan ini sangat penulis harapkan.

Banyak pihak yang telah memberi bantuan, dorongan, doa, serta kerjasama yang luar biasa dalam penyusunan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT. yang telah memberikan hamba kesempatan untuk terus belajar di bangku kuliah.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

ix

4. Ibu Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep, Ns.Sp.Kep.Mat selaku dosen pembimbing I dan Ibu Yenita Agus, S.Kp., M.Kep, Sp.Mat, Ph.Dselaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberi banyak saran demi terselesaikannya penulisan skripsi ini.

5. Ibu Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep, Ns.Sp.Kep.Mat selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama di bangku perkuliahan.

6. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.

7. Seluruh staff dan Karyawan Akademik yang telah membantu banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Staf Puskesmas Semplak yang selalu bersedia membantu dan memberi masukan dalam proses pengambilan data penelitian.

9. Seluruh warga Kelurahan Curug Mekar yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang, mendoakan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa, adik-adikku tercinta, Puja Dwi Sri Maulidya dan Muhammad Farijal Dzikrikallah serta seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih.

11. Sahabat-sahabat penulis semenjak masa SMA yaitu Rohmahtillah, Geovani, Christian Purba dan Nurhana Safitri yang selalu saling mendukung hingga sekarang.


(11)

x

12. Teman-teman PSIK 2012 yang telah berjuang bersama selama ini. Sahabat terbaikku Maryam Zakiyyah Muntazhoroh, Nur Indah Ritonga, dan Himmatul Khaira yang berjalan dan berjuang bersama, menghibur, memberi masukan, mendengarkan keluh kesah dan mengundang tawa penulis selama menyelesaikan skripsi ini dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah mendoakan selama proses pembuatan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juni 2016


(12)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan ... 7

D. Manfaat ... 8

E. Ruang Lingkup ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pengalaman ... 10

B. ASI Eksklusif ... 11

1. Definisi ASI Eksklusif ... 11

2. Proses Terbentuknya ASI ... 12

3. Manfaat ASI Eksklusif ... 14

4. Kendala Pemberian ASI Eksklusif ... 16

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif ... 17

C. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother ... 19

D. Ibu Primipara ... 23

E. Dukungan Sosial Suami ... 23

1. Bentuk Dukungan Suami ... 27

2. Kendala Suami dalam Memberikan Dukungan ASI Ekslusif ... 32


(13)

xii

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ... 37

A. Kerangka Konsep ... 37

B. Definisi Istilah ... 38

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Desain Penelitian ... 39

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 41

C. Partisipan Penelitian ... 41

D. Instrumen Penelitian... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Analisa Data ... 46

G. Keabsahan Data ... 48

H. Etika Penelitian ... 51

BAB V HASIL PENELITIAN ... 53

A. Gambaran Umur Wilayah Penelitian ... 53

B. Hasil Penelitian ... 54

1. Karakteristik Partisipan ... 54

2. Hasil Analisis Tematik ... 55

BAB VI PEMBAHASAN ... 73

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ... 73

B. Keterbatasan Penelitian ... 93

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Determinants of Breastfeeding Hal. 18 Bagan 2.2 Model of Maternal Role Attainment Hal. 22 Bagan 2.3 Kerangka Teori Hal. 36 Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hal. 37 Bagan 4.1 Teknik Analisa Data Hal. 48


(15)

xiv

DAFTAR TABEL


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5

Pedoman wawancara skrining Pedoman wawancara mendalam Matriks analisa tematik

Lembar permohonan menjadi partisipan Surat izin penelitian


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia berjumlah 32 per 1.000 kelahiran hidup. Hal tersebut masih belum memenuhi target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yang sekarang dilanjutkan dengan

Sustainable Development Goals (SDGs) hingga tahun 2030, yakni

menurunkan AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Dari 33 provinsi di Indonesia, hanya terdapat dua provinsi yang telah mencapai target MDGs 2015 untuk AKB yaitu Kalimantan Timur dan DKI Jakarta (SDKI, 2012). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemkes RI) tahun 2014 mengungkapkan penurunan AKB yang melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup, dalam hal ini diperlukan adanya upaya untuk mengoptimalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.

ASI eksklusif merupakan air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (PP Nomor 33 tahun 2012). ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi (Wulandari & Handayani, 2011). Komposisi ASI sesuai dengan kebutuhan


(18)

2

nutrisi bayi yaitu berisi energi, protein, lemak dan laktosa. Ramaiah (2007) mengatakan bahwa setelah bayi lahir, nutrisi memainkan peran terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi bayi.Bayi yang tidak diberikan ASI akan meningkatkan terjadinya kematian akibat penyakit infeksi, resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukimia, dan kematian bayi secara mendadak. Ibu yang tidak memberikan ASI akan meningkatkan kanker payudara, kanker ovarium, mempertahankan berat badan kehamilan, diabetes tipe 2, infark miokard, dan sindrom metabolik (Stuebe, 2009). Hasil studi Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) tahun 2013 mengungkapkan bahwa durasi pemberian ASI sangat mempengaruhi ketahanan hidup bayi di Indonesia. Bayi yang disusui dengan durasi 6 bulan atau lebih memiliki ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4 bulan.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mengungkapkan bahwa cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia hanya mencapai 42%. Cakupan ASI eksklusif di Kota Bogor menurut Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2012 telah mencapai angka 66,5%. Hal tersebut masih jauh dari target keberhasilan ibu menyusui eksklusif di Indonesia yaitu sebesar 80% (Kemkes RI, 2014).Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2013 menyatakan bahwa dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi memiliki banyak kendala seperti ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ibu bekerja, dan produksi ASI yang kurang. Beberapa faktor yang diduga menyebabkan berkurangnya produksi ASI, yaitu faktor menyusui, faktor psikologis ibu, faktor fisik ibu, dan faktor bayi.


(19)

Faktor psikologis dipengaruhi oleh dukungan keluarga termasuk dukungan suami yang sangat berperan dalam menyukseskan pemberian ASI eksklusif. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013) di Rumah Sakit Muhammadiyah Pekalongan bahwa keberhasilan ASI eksklusif dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor sosiodemografik, pre/post natal, dan psikososial. Faktor psikososial digambarkan dengan keinginan dan keyakinan ibu yang kuat untuk memberikan ASI eksklusif. Keinginan dan keyakinan ibu tersebut dipengaruhi juga oleh social support system seperti dukungan suami dan orang tua.

Abidjulu, Hutagaol, & Kundre (2014) di Puskesmas Tuminting Kecamatan Tuminting mengungkapkan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan kemauan ibu memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian Evareny, Hakimi, & Padmawati (2010) juga melaporkan bahwa prevalensi keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada kelompok ayah yang mendukung lebih tinggi 2,25 kali dibandingkan dengan kelompok ayah yang tidak mendukung.

Peran Ayah turut menentukan keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Hal ini karena kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu ditentukan juga oleh peran ayah (Roesli, 2009). Perasaan dan semangat ibu untuk menyusui dan untuk terus memberikan yang terbaik bagi anaknya sangat bergantung pada peran suami untuk terus menjaga suasana kondusif (Hartono, 2009 dalam Sari, 2011). Jika ibu mendapatkan kepercayaan diri dan mendapat dukungan penuh


(20)

4

dari suami, motivasi ibu untuk menyusui akan meningkat (Swasono, 2008 dalam Sari, 2011).

Hasil penelitian Brown & Davies (2014) di Inggris dengan responden 117 suami yang istrinya telah melahirkan dua tahun terakhir dan menyusui, melaporkan tentang pengalaman suami dalam mendukung istrinya menyusui. Dari penelitian tersebut didapatkan empat tema yaitu: 1) sikap terhadap pemberian ASI, 2) pengalaman dalam mendukung proses menyusui,3) pengalaman terhadap pendidikan, informasi dan promosi tentang ASI, 4) ide untuk masa depan terkait promosi dan pendidikan tentang ASI. Pada pengalaman dalam mendukung proses menyusui tersebut, terdapat pengalaman positif dan negatif. Pengalaman positif meliputi bayi lebih sehat dan jarang sakit, pemberian ASI lebih murah, mudah dan nyaman. Pengalaman negatif yang didapatkan yaitu suami merasa terisolasi dan dikesampingkan oleh pasangannya, sering bertengkar dengan istrinya, merasa cemas, tidak berdaya dan bersalah bahwa mereka tidak dapat membantu pasangannya dalam mengurus bayi.

Pada penelitian yang dilakukan Binns, dkk di Xianjiang-China (2007 dalam Kurniawan, 2013) menunjukkan bahwa dukungan suami dan orang tua ibu adalah support system yang mendorong ibu menginisiasi dan mempertahankan laktasi, terutama pada ibu yang baru akan memulai laktasi, salah satunya adalah ibu primipara. Ibu primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali mempunyai anak yang hidup dan baru menjadi seorang ibu. Beberapa ibu primipara biasanya mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas dari gangguan, sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu


(21)

untuk mencari pengetahuan lebih banyak tentang perawatan maternal. Pengetahuan tersebut termasuk di dalamnya tentang pemberian ASI (Bobak, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Bentelu, dkk (2015) di RS Pancaran Kasih GMIM Manado didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan dalam proses menyusui ibu primipara dan multipara. Ibu primipara mengalami kecemasan lebih tinggi daripada ibu multipara, sebagian besar ibu primipara mengalami cemas sedang dan ibu multipara sebagian besar mengalami cemas ringan. Ibu memerlukan seseorang yang dapat memberikan dukungan dalam merawat bayi, termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat memberikannya dukungan adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau orang yang disegani, seperti suami atau keluarga (Bahiyatun, 2009).

Hasil wawancara yang dilakukan pada bulan Desember 2015 kepada lima ibu primipara beserta suami yang bayinya sukses mendapatkan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor, kelima ibu tersebut mengungkapkan bahwa keberhasilan pemberian ASI eksklusif sangat dipengaruhi oleh peran dan dukungan suami. Dua dari lima ibu mengaku hampir gagal dalam pemberian ASI eksklusif dikarenakan suami yang sibuk bekerja dan jarang memperhatikan istrinya sehingga membuat motivasi ibu dalam menyusui menjadi menurun, sedangkan tiga ibu lainnya mengaku mendapatkan bentuk dukungan yang baik dari suami. Dua dari lima suami yang istrinya mengaku hampir gagal dalam pemberian ASI eksklusif tersebut beranggapan bahwa tugas seorang suami itu adalah bekerja


(22)

6

dan mereka mengaku jarang membantu istri jika di rumah dikarenakan merasa lelah setelah pulang bekerja.Tiga suami lainnya mengungkapkan bahwa proses menyusui itu adalah tugas suami dan istri, sehingga mereka sepenuhnya mendukung istri memberikan ASI eksklusif dan memiliki peran di dalamnya seperti membuat suasana hati istri menjadi nyaman, dan membantu istri dalam merawat bayi.

Berdasarkan uraian di atas bahwa pemberian ASI eksklusif sangat penting dan memerlukan dukungan suami dalam keberhasilannya. Penelitian tentang ASI eksklusif telah banyak, namun penelitian untuk menggali bagaimana pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara masih belum banyak dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang bagaimana pengalaman suamidalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor.

B. Rumusan Masalah

ASI eksklusif merupakan kebutuhan bayi yang harus dipenuhi oleh ibu. ASI ini dapat memberikan banyak manfaat baik kepada bayi maupun ibu, salah satunya dapat menurunkan AKB di dunia hingga mencapai target SDGs. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya pemberian ASI eksklusif ini memiliki berbagai macam kendala. Ibu yang baru memiliki anak pertama atau primipara dapat mengalami berbagai kendala dalam merawat bayinya, termasuk dalam hal menyusui.


(23)

Keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor psikologis seperti stres, khawatir, dan ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui. Hal tersebut dapat diatasi bila ada dukungan yang diharapkan dapat menstimulir penguatan. Dukungan tersebut didapat dari orang yang terdekat yaitu suami sebagai pendamping istri. Suami mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui, karena akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Penelitian mengenai ASI eksklusif sudah banyak dilakukan tetapi penelitian tentangbagaimana pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara belum peneliti temukan, padahal penting untuk diketahui agar dapat meningkatkan keberhasilan menyusui eksklusif. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor.

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor.


(24)

8

D. Manfaat

1. Manfaat Ilmiah

a. Memberikan informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara.

b. Menjadi evidance based keperawatan mengenai pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur untuk menambah wawasan pendidik dan peserta didik serta menjadi data dasar dalam peningkatan ilmu keperawatan dalam hal mengkaji, mengidentifikasi dan mengeksplorasi pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara.

b. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan tenaga kesehatan, khususnya perawat dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi melalui promosi dan pendidikan kesehatan kepada ibu dan suamiterkait pemberian ASI eksklusif.

c. Bagi masyarakat

Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya para suami, mengenai ASI eksklusif dan pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif sehingga membuat masyarakat, khususnya para suami, semakin


(25)

menyadari dan termotivasi untuk mendukung istrinya mencapai kerberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif sebagai makanan terbaik untuk perkembangan bayinya.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam untuk menggali pengalaman dari para partisipan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor.


(26)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2015), pengalaman diartikan sebagai suatu yang pernah dialami (dijalani, dirasakan, ditanggung, dan sebagainya). Pengalaman merupakan faktor internal yang mempengaruhi persepsi seseorang, (Notoatmodjo, 2005). Pengalaman juga mempengaruhi tingkah laku individu (Brownlee, 2006). Pengetahuan seseorang pun dipengaruhi oleh pengalaman, walaupun seseorang dapat mempelajari suatu hal dengan menghafal dan membaca, tetapi pengalaman sebelumnya dapat dijadikan pembelajaran yang bermanfaat (MD., dkk, 2012). Notoatmodjo (2007) juga mengungkapkan bahwa pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. Pengalaman terjadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi tersebut menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, 2007).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah segala sesuatu yang pernah dialami seseorang yang menimbulkan suatu proses perubahan, sehingga akan mempengaruhi pengetahuan, persepsi, serta perilaku seseorang itu sendiri.


(27)

B. ASI Eksklusif

1. Definisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif merupakan air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (PP Nomor 33 tahun 2012). World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) tahun 2013 menyatakan bahwa ASI eksklusif merupakan cara yang sempurna untuk memberikan makanan terbaik untuk bayi pada masa enam bulan pertama kehidupan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.

American Academy of Pediatrics Section on Breasfeeding tahun 2012 merekomendasikan pemberian ASI eksklusif paling tidak sampai usia 6 bulan yang dilanjutkan dengan tetap memberikan ASI sampai usia 1 tahun. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI yang sekarang berubah nama menjadi Kemkes RI) melalui SK Menkes No. 450/Men. Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, yang menjelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih.


(28)

12

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa ASI eksklusif berarti bayi hanya diberikan ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan, tanpa diberikan tambahan makanan atau mimunan apapun seperti air putih maupun makanan atau minuman lainnya.

2. Proses Terbentuknya ASI

Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong perkembangan duktus, sementara progesteron kadar tinggi merangsang pembentukan alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin dan

human chorionic somatomammotropin juga ikut berperan dalam

perkembangan kelenjar mamalia dengan menginduksi enzim-enzim yang dibutuhkan (Sherwood, 2011).

Sebagian besar perubahan di payudara terjadi pada paruh pertama kehamilan, sehingga pada pertengahan kehamilan kelenjar mamalia telah mampu menghasilkan susu. Akan tetapi, sekresi susu tidak terjadi sampai persalinan. Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi pada akhir kehamilan mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik prolaktin pada sekresi susu. Estrogen dan progesteron akan turun secara drastis ketika plasenta keluar, sehingga memicu terjadinya laktasi (Sherwood, 2011).

Setelah produksi susu dimulai pasca persalinan, hormon prolaktin dan oksitosin berperan penting dalam mempertahankan laktasi. Prolaktin berguna untuk meningkatkan sekresi susu, sedangkan oksitosin berperan dalam penyemprotan (ejeksi) susu. Pelepasan kedua hormon ini dirangsang oleh refleks neuroendokrin yang dipicu oleh penghisapan


(29)

puting payudara oleh bayi (Sherwood, 2011 dan Bobak, 2005). Menurut Kristiyanasari (2011), dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu:

1) Refleks Prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut aferen dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulasi isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.

2) Refleks Aliran (Let Down Refleks)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofisis anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga mempengaruhi hipofis posterior mengeluarkan hormon oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas ke dalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju puting susu. Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh psikologis ibu.


(30)

14

3. Manfaat ASI Eksklusif

ASI eksklusif memberikan manfaat dan keuntungan tidak hanya bagi bayi, tetapi bagi banyak pihak seperti ibu, keluarga, lingkungan, bahkan negara.

a. Manfaat bagi bayi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya (Roesli, 2009). Nutrisi ASI di antaranya adalah lemak, laktosa, protein, garam mineral dan vitamin. Protein ASI terdiri dari whey protein yang dapat lebih mudah dicerna, sehingga pengosongan lambung lebih cepat (Wong, 2008). Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung Omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak (Kristiyanasari, 2011). ASI juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2009).

b. Manfaat bagi ibu

Pemberian ASI membantu ibu memulihkan diri dari proses persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan dikarenakan adanya isapan pada puting susu merangsang


(31)

dikeluarkannya oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim. Selain itu wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih atau turun berat badannya ke berat badan sebelum kehamilan. Pemberian ASI juga merupakan cara yang penting untuk ibu mencurahkan kasih sayangnya pada bayi dan membuat bayi merasa nyaman (Bahiyatun, 2009). Menurut Hegar (2008), menyusui secara eksklusif juga dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

c. Manfaat bagi keluarga

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat. Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain. Selain itu, kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana psikologis ibu baik dan dapat mendapatkan hubungan bayi dengan keluarga (Kristiyanasari, 2011). d. Manfaat bagi lingkungan

Pemberian ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia. Pemberian ASI tidak memerlukan kaleng susu, karton, kertas pembungkus, botol plastik dan dot karet. ASI tidak


(32)

16

menambah polusi udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap serta alat kontrasepsi yang juga mengeluarkan asap (Roesli, 2009).

e. Manfaat bagi negara

Pemberian ASI dapat menghemat devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu; menghemat untuk biaya sakit karena muntah dan mencret serta infeksi saluran napas; menghemat obat-obatan, tenaga, dan sarana kesehatan; menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara; langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia (Roesli, 2009).

4. Kendala Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif sering mengalami kendala yang sering membuat ibu pada akhirnya memutuskan untuk berhenti memberikan ASI eksklusif. Beberapa kendala yang sering menjadi alasan masalah ibu dalam menyusui yaitu karena produksi ASI kurang; ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar; ibu menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi); bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dektrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran); kelainan yang terjadi pada ibu seperti puting susu ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses; ibu hamil lagi padahal masih menyusui; ibu bekerja; kelainan yang terjadi pada bayi seperti bayi sakit dan abnormalitas bayi (Hegar, 2008).


(33)

Kendala-kendala yang terkait dalam proses menyusui terjadi ketika ASI tidak keluar secara langsung serta rendahnya produksi ASI. Meningkatkan produksi ASI dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi sesegera mungkin setelah lahir, menyusui sesering mungkin karena semakin bayi menghisap puting susu maka semakin banyak ASI yang keluar dengan cara menyusui yang benar (Baskoro, 2008).

Kedala-kedala dalam pemberian ASI eksklusif tersebut dapat diatasi bila ada dukungan yang diharapkan dapat menstimulir penguatan. Dukungan orang yang terdekat adalah suami sebagai pendamping istri, seorang suami yang ikut bertanggung jawab pada kesehatan dan keselamatan anaknya (Wattimena dkk, 2011).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh banyak faktor. Hector, King, & Web (2004) membagi faktor-faktor tersebut ke dalam 7 kategori, yaitu: status kesehatan ibu dan bayi, pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu, praktik pemberian makan pada bayi, institusi pelayanan kesehatan, dan kebijakan (termasuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan), sosiobudaya, ekonomi dan lingkungan, karakteristik sosiodemografi ibu dan keluarga, struktur dan dukungan sosial (dukungan keluarga termasuk suami, informasi dari media massa, norma menyusui yang berkembang di masyarakat) seperti yang tampak dalam Bagan 2.1


(34)

18

Bagan 2.1 Determinants of Breastfeeding

Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan (2013) di Rumah Sakit Muhammadiyah Pekalongan, keberhasilan ASI eksklusif dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, faktor sosiodemografik. Faktor ini digambarkan oleh usia ibu dan status pekerjaan ibu. Faktor kedua adalahpre/post natal, digambarkan dengan pemberian susu formula selama perawatan post partum di instansi pelayanan kesehatan, permasalahan menyusui dan kunjungan ke klinik laktasi, pemberian MPASI pada bayi kurang dari enam bulan, serta pemakaian empeng (pacifier). Faktor ketiga adalah psikososial, digambarkan dengan keinginan dan keyakinan ibu yang kuat untuk memberikan ASI eksklusif. Keinginan dan keyakinan ibu dipengaruhi juga oleh social support system seperti dukungan suami dan orang tua.

Pada penelitian yang dilakukan Binns, dkk di Xianjing-China (2007 dalam Kurniawan, 2013) menunjukkan bahwa dukungan suami dan orang tua ibu adalah support system yang mendorong ibu menginisiasi

Breastfeeding practices: - Initiation - Exclusivity - Duration Sosiodemographic characteristics of mother and family

Health status of mother and infant

Mother‟s knowledge, attitude, skills Aspects of feeding practices Health service organization, policies and practices Structural and Social support Sosio-cultural, economic and enviromental factors


(35)

dan mempertahankan laktasi, terutama pada ibu yang baru akan memulai laktasi.Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) yang mengungkapkan bahwa faktor penguat yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah dukungan suami, dukungan sarana dan tenaga kesehatan, dukungan teman, dan dukungan keluarga (ibu dan ibu mertua). Pada penelitian ini didapatkan bahwa ibu yang didukung baik oleh suaminya berpeluang 3,737 kali lebih besar berperilaku memberikan ASI eksklusif enam bulan dibandingkan dengan ibu yang dukungan suaminya kurang.

C. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother

Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother (pencapaian peran ibu-menjadi seorang ibu) merupakan pengembangan dari teori Reva Rubin yang dikenal dengan proses bonding-attachment.Teori ini dikemukakan oleh Mercer pada tahun 1991, yang isinya bahwa Mercer menempatkan teori ini pada lingkaran sarang Bronfenbrenner (1997) yang di dalamnya terdapat tiga aspek yaitu mikrosistem, mesosistem dan makrosistem yang digambarkan pada bagan 2.2

1. Mikrosistem adalah lingkungan terdekat di mana pencapaian peran ibu terjadi. Faktor-faktor yang termasuk dalam mikrosistem meliputi fungsi keluarga, hubungan ayah-ibu, dukungan sosial, status ekonomi, dan stresor.

2. Mesosistem meliputi pengaruh dan interaksi dengan orang-orang yang berada dalam mikrosistem. Interaksi mesosistem ini dapat mempengaruhi apa yang terjadi pada pengembangan peran ibu dan anak. Mesosistem ini


(36)

20

meliputi penitipan anak, sekolah, lingkungan kerja, tempat ibadah, dan lingkungan yang umum berada dalam masyarakat. Misalnya, melihat bagaimana ibu memberikan ASI eksklusif baik di tempat kerja maupun di tempat umum lainnya agar kebutuhan bayi tetap terpenuhi.

3. Makrosistem mengacu pada budaya yang ada di lingkungan individu. Makrosistem ini terdiri atas pengaruh sosial, politik, dan budaya. Misalnya, lingkungan pelayanan kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif, adanya kebijakan dari pemerintah tentang pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, dan adanya budaya yang dianut dalam proses pemberian ASI eksklusif seperti adanya pantangan makanan atau minuman yang berkaitan dengan menyusui serta bagaimana persepsi budaya yang sudah diwariskan turun-temurun mengenai menyusui.

Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya. Proses ini terdiri dari empat tahap pencapaian peran ibu, yaitu:

1. Anticipatory

Tahap anticipatory dimulai selama kehamilan dan termasuk di dalamnya menggambarkan kesiapan ibu secara sosial dan psikologis terhadap kehamilan. Pada tahap ini ibu belajar bagaimana peran yang diharapkan dan mulai membayangkan peran tersebut.


(37)

2. Formal

Tahap formal dimulai saat bayi lahir, dimana ibu mulai belajar untuk mandiri dalam menjalankan peran seorang ibu dalam mengasuh bayinya. Pada tahap ini ibu belajar dengan mencotoh orang lain.

3. Informal

Tahap informal ini dimulai saat ibu mulai mencoba untuk mengembangkan caranya sendiri dalam menjalankan peran seorang ibu tanpa mencotoh peran ibu yang lain. Ibu menjadikan peran barunya sesuai dengan gaya hidupnya sekarang berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan masa depannya.

4. Personal

Tahap personal terjadi ketika ibu sudah menginternalisasi perannya ke dalam kehidupannya. Pada tahap ini, ibu merasakan harmoni, kepercayaan, kepuasan, dan kemampuan pada cara ibu menjalankan perannya dan pencapaian atas perannya.

Sikap dan perilaku baik dari ibu maupun bayi dapat mempengaruhi identitas peran masing-masing. Sikap dan perilaku ibu pada teori Mercer ini meliputi empati atau kepekaan terhadap isyarat bayi, harga diri atau konsep diri, sikap orang tua dalam menerima bayi, kedewasaan dan fleksibilitas, sifat, kehamilan dan pengalaman melahirkan, kesehatan, depresi, dan konflik peran. Adanya peran ibu akan terjadi respon dan interaksi bayi dengan ibu yang meliputi kontak mata sebagai isyarat pembicaraan, refleks menggenggam, refleks tersenyum dan sikap tenang ibu dalam menjalankan perawatan, serta perilaku interaksi bayi dengan


(38)

22

ibu. Adapun sifat bayi yang dapat mempengaruhi identitas peran ibu berupa temperamen, kemampuan mengirimkan isyarat, penampilan, karakteristik umum, tanggung jawab, dan kesehatan (Mercer, 1991 dalam Tomey dan Alligood, 2006).


(39)

D. Ibu Primipara

Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali satu janin atau lebih yang telah mencapai viabilitas (Leveno., dkk, 2009). Menurut Bobak (2005), ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak yang hidup dan baru menjadi seorang ibu. Beberapa ibu primipara biasanya mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas dari gangguan, sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk mencari pengetahuan banyak tentang perawatan maternal. Pengetahuan tersebut termasuk di dalamnya tentang cara pemberian ASI.

Pengetahuan dasar tentang ASI dan keterampilan dalam menyusui merupakan proses bagi seorang ibu untuk dapat memberikan ASI dengan tepat. Penghentian menyusui oleh ibu primipara dikarenakan kurangnya pengetahuan dasar tentang ASI, keterampilan yang kurang, perubahan hidup yang baru, dan pengalaman awal yang menyakitkan ketika mereka tidak siap untuk melakukan pengeluaran ASI (Smith., dkk, 2012). Ibu memerlukan seseorang yang dapat memberikan dukungan dalam merawat bayi, termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat memberikannya dukungan adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau orang yang disegani, seperti suami atau keluarga (Bahiyatun, 2009).

E. Dukungan Sosial Suami

Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen & Sme, 1996 dalam Harnilawati, 2013). Gottlieb (1983


(40)

24

dalam Sofiyani, 2014) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Diamtteo (1991 dalam Sofiyani, 2014) mendefinisikan sumber dukungan sosial berasal dari pasangan, keluarga, teman, tetangga, teman kerja, dan orang-orang lainnya.

Khan & Antonucci (1992 dalam Nurmadina, 2010) menyatakan bahwa seorang individu dikelilingi oleh suatu pengiring yang selalu mendukung atau menyertai individu tersebut sepanjang masa hidupnya, dimana anggota pengiring ini dapat datang dan pergi seiring dengan berjalannya waktu. Khan & Antonucci membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Sumber dukungan sosial yang stabil sepanjang waktu perannya, yaitu yang selalu ada sepanjang hidupnya yang menyertai dan mendukung individu tersebut, seperti keluarga dekat, pasangan (suami/istri) atau teman dekat.

b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung berubah sesuai sepanjang waktu, seperti teman kerja, tetangga, sanak keluarga dan teman sepergaulan.

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat


(41)

berubah. Sumber dukungan ini misalnya tenaga ahli/profesional dan keluarga jauh dan sesama pekerja.

Suami adalah pasangan hidup istri atau ayah dari anak-anak. Suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, di mana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah, akan tetapi sebagai pemberi motivasi atau dukungan dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan termasuk merencanakan keluarga. Dukungan sosial suami adalah salah satu bentuk interaksi yang di dalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya (Hidayat, 2005).

Secara psikologis, seorang ibu yang didukung suami atau keluarga akan lebih termotivasi salah satunya dalam hal memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Prasetyono dalam Sari, 2011). Februhartanty (2008) mengungkapkan bahwa untuk memenuhi ASI eksklusif diperlukan adanya keharmonisan hubungan pola menyusui tripartit, yaitu antara ayah, ibu, dan bayi.

Keberhasilan menyusui sangat ditentukan oleh peran suami karena suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down

reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Suami dapat berperan aktif dengan memberikan dukungan-dukungan emosional dan bantuan-bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok, menyendawakan bayi, menggendong dan menenangkan bayi yang gelisah, memandikan bayi, memberikan ASI perah, membawa bayi jalan-jalan di taman dan memijat


(42)

26

bayi. Pengertian tentang perannya yang penting ini merupakan langkah pertama bagi seorang suami untuk mendukung ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif (Roesli, 2009).

Suami merupakan orang terdekat bagi ibu menyusui yang diharapkan selalu ada disisi ibu dan selalu siap memberi bantuan. Keberhasilan ibu dalam menyusui tidak terlepas dari dukungan yang terus-menerus dari suami. Jika ibu mendapatkan kepercayaan diri dan dukungan penuh dari suami, motivasi ibu untuk menyusui akan meningkat (Swasono, 2008 dalam Sari, 2011). Proses menyusui menjadi terhambat bila kondisi ayah dan ibu tidak harmonis, ibu tidak mendapat dukungan dari suami, tidak bisa berkomunikasi dengan baik, dan perasaan ibu yang tidak aman dan nyaman (Hartono, 2009).

Hubungan harmonis dalam keluarga akan sangat mempengaruhi lancarnya proses laktasi. Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat atau penyuluhan mengenai ASI dari keluarga dan suaminya dapat mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui (Lubis, 2000 dalam Sari, 2011).

Peningkatan keterlibatan suami merupakan strategi untuk memotivasi pemberian ASI eksklusif, karena keputusan memberikan ASI eksklusif bukan hanya ditentukan oleh ibu. Kebanyakan ibu hamil dan ibu menyusui yang telah mendapatkan penyuluhan tentang ASI tidak mempraktekkan pengetahuan yang didapatnya karena mereka bukan pengambil keputusan yang utama dalam keluarga untuk memberikan ASI eksklusif (Widodo, 2001 dalam Ferawati, 2010).


(43)

1. Bentuk Dukungan Suami

Menurut Caplan (1976 dalam Friedman, 2010), dukungan suami terbagi menjadi empat bentuk, yaitu:

a. Dukungan Informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbang aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi (Friedman, Browden & Jones, 2010).

Melalui interaksi dengan orang lain, individu akan dapat mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya dengan membandingkan pendapat, sikap, keyakinan, dan perilaku orang lain. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi. Informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara praktis.

Peran suami dalam memberikan dukungan informasional ini dapat dimulai sejak masa kehamilan. Suami dapat mencari informasi segala hal yang berhubungan dengan ASI khususnya ASI eksklusif, seperti pentingnya pemberian ASI eksklusif, tata laksana laktasi yang benar, promosi iklan susu formula, hingga mitos-mitos terkait ASI


(44)

28

(Gunawan, dkk., 2012). Tidak sempurnanya pemberian ASI eksklusif sering disebabkan adanya berbagai mitos yang berkembang di masyarakat, seperti ASI akan mempengaruhi bentuk dan keindahan payudara ibu, pemberian ASI dilarang bagi bayi yang diare, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui mitos dan fakta yang sebenarnya, diharapkan para ibu semakin dapat memantapkan niatnya dalam memberikan ASI eksklusif (Yuliarti, 2010). Menurut Hartono (2009), suami bisa saling berbagi informasi bersama ibu dan terbuka untuk belajar tentang seluruh proses menyusui. Suami yang sensitif dan supportif adalah faktor yang menentukan kesuksesan proses menyusui.

b. Dukungan Penilaian

Menurut House (dalam Setiadi, 2008), menyatakan bahwa dukungan penilaian merupakan bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada individu sesuai dengan kondisinya. Dukungan ini terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dengan orang-orang sekitarnya, dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan individu. Perbandingan positif dengan orang lain seperti pernyataan bahwa orang lain mungkin tidak dapat bertindak lebih baik. Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten, dan dihargai. Dukungan penghargaan lebih melibatkan adanya penilaian positif dari orang lain terhadap individu. Bentuk dukungan penghargaan ini muncul dari pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan dan prestasi yang dimiliki seseorang. Dukungan ini


(45)

muncul dari penerimaan dan penghargaan terhadap keberadaan seseorang secara total meliputi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki (Friedman, Bowden & Jones, 2010).

Bantuan penilaian dapat berupa penilaian positif dan negatif yang pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Dukungan penilaian yang dapat diberikan suami kepada ibu menyusui misalnya suami mengingatkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif sesuai jadwal, suami menegur ibu apabila ibu memberikan makanan atau minuman selain ASI, suami berperan sebagai orang yang berespon terhadap perasaan ibu, suami memberikan pujian apabila ibu selesai menyusui seperti menyatakan bahwa orang lain mungkin tidak dapat bertindak lebih baik daripada ibu.

c. Dukungan Fisik

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti uang, barang, makanan, serta pelayanan. Wills (dalam Setiadi, 2008) menyatakan bahwa dukungan ini meliputi aktivitas-aktivitas seperti penyediaan benda-benda. Contoh dukungan ini misalnya suami menyediakan makanan atau minuman untuk menunjang kebutuhan nutrisi ibu selama menyusui, menyiapkan uang untuk memeriksakan istri apabila sakit selama menyusui bayi, mengganti popok, menyendawakan bayi, menggendong dan menenangkan bayi yang gelisah, memandikan bayi, memberikan ASI perah, membawa bayi jalan-jalan di taman dan memijat bayi (Roesli, 2009).


(46)

30

Peran suami selama istri menyusui adalah memenuhi kebutuhan istri (terutama kebutuhan akan gizi yang baik selama menyusui), suami dapat berperan sebagai penghubung dalam menyusui dengan membawa bayi kepada istri saat ia lapar. Dengan demikian bayi akan tahu bahwa sang ayah menjadi jembatan baginya dalam memperoleh makanan (Riksani, 2012). Suami juga harus membantu secara teknis, menyediakan makanan ibu yang bergizi, hingga memijat ibu yang biasanya lelah sejak hamil tua. Badan yang sehat dan suasana yang menyenangkan akan meningkatkan kestabilan fisik ibu sehingga produksi ASI lebih baik (Budiasih, 2008).

d. Dukungan Emosional

Dukungan emosional adalah dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi/ekspresi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian atau semangat, mendengarkan dan didengarkan. Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik..

Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Kesediaan untuk mendengarkan keluhan seseorang akan memberikan dampak positif,


(47)

yaitu sebagai sarana pelepasan emosi dan mengurangi kecemasan, serta membuat individu merasa dihargai, diterima, dan diperhatikan. Dukungan emosional yang dapat diberikan suami kepada ibu yang menyusui seperti suami selalu berupaya meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah ibu, memberikan pujian, memberikan perhatian serta menyemangati ibu untuk memberikan ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan. Hubungan yang unik antara seorang ayah dan bayinya merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak di kemudian hari. Ayah perlu mengerti dan memahami persoalan ASI dan menyusui agar ibu dapat menyusui dengan baik (Roesli, 2009).

Dukungan suami melalui breastfeeding father sangat membantu kelancaran ASI. Breastfeeding father merupakan peran dan keterlibatan aktif suami memberi dukungan moran dan emosional dalam pemberian ASI. Perhatian dan limpahan kasih sayang suami kepada ibu dan bayi. Suami turut menemani saat ibu bangun malam untuk menyusui, mengganti popok, atau mengambilkan minum, mengambilkan makanan setelah menyusui, hal tersebut akan mendorong refleks kimiawi tubuh untuk memproduksi ASI (Djamaludin & Eveline, 2010).


(48)

32

2. Kendala Suami dalam Memberikan Dukungan ASI Ekslusif

1) Pengetahuan Suami

Pengetahuan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan pemberian ASI merupakan hal yang pertama kali harus dimiliki suami sebagai seorang ayah untuk dapat memberi pengaruh pada praktek pemberian ASI. Sehingga mereka dapat mengambil bagian dalam proses pembuatan keputusan mengenai pola pemberian makan bagi bayi. Karena partisipasi ayah dalam pembuatan keputusan mengenai pola pemberian makan bayi saat ini berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif (Februhartanty, 2008).

Ayah yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pemberian ASI, memiliki hubungan yang baik dengan ibu dan terlibat dalam keharmonisan hubungan pola menyusui tripartit (yaitu ayah, ibu dan bayi) merupakan ayah yang mendukung praktek pemberian ASI (Februhartanty, 2009).

Hambatan yang dimiliki ayah untuk lebih terlibat dalam keluarga lebih kepada aksesibilitas ayah untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemberian ASI. Karena faktor kunci yang mempengaruhi secara positif pemberian ASI eksklusif adalah ayah dan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemberian ASI yang saling berinteraksi satu sama lain dan telah membangun suatu hubungan yang baik dalam pengasuhan anak bersama-sama (Februhartanty, 2008).


(49)

Untuk membantu ibu agar dapat menyusui dengan baik maka ayah perlu mengerti dan memahami tentang ASI dan menyusui (Roesli, 2009), karena mencari informasi seputar praktik pemberian ASI bukan monopoli ibu saja, tapi ayah sebagai partner ibu dalam membesarkan anak juga wajib untuk itu (Februhartanty, 2009). Namun, sebagian ayah belum mengetahui pengertian ASI eksklusif, padahal ia adalah figur utama yang memberi dukungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Prasetyo, 2009).

Ayah juga dapat membantu meyakinkan dan bekerjasama dengan ibu tentang cara pemberian ASI yang benar jika ayah memahami informasi tentang teknik menyusui yang tepat. Ayah dan ibu dapat mendiskusikan informasi ini dengan tenaga kesehatan yang dikunjungi saat pemeriksaan kehamilan atau bisa juga saat merencanakan kehamilan (Februhartanty, 2009).

2) Sosial Ekonomi

Studi yang dilakukan Februhartanty (2008) mendapatkan bahwa ayah primipara dan miliki pendapatan yang tinggi berhubungan dengan keterlibatan ayah dalam rumah tangga atau keluarga. Februhartanty (2009) mengatakan ayah yang lebih mapan secara ekonomi dan berasal dari tingkat ekonomi menengah ke atas lebih terpapar dengan norma pengasuhan anak oleh kedua orangtua. Berbeda dengan ayah dari tingkat ekonomi kurang, karena waktunya lebih tersita untuk mencari nafkah sehingga tidak leluasa untuk terpapar dengan informasi.


(50)

34

Seperti yang dinyatakan oleh Lupton dan Barclay (1999) dalam Nystrom dan Ohrling (2003) bahwa pekerjaan mempengaruhi waktu ayah dalam proses merawat dan membesarkan anaknya (parenting). Ayah pada umumnya mengharapkan untuk ikut serta penuh dalam ekonomi dan bertindak sebagai pemberi nafkah bagi keluarganya. Hal ini menguatkan identitas dan peran ayah sebagai pencari kerja. Sedangkan pengasuhan anak termasuk menyusui adalah tanggung jawab ibu.

3) Sosial Budaya

Studi yang dilakukan Keumalahayati (2008) mendapatkan bahwa pengaruh adat budaya yang dianut oleh masyarakat ternyata berperan penting dalam pemberian dukungan serta pengambilan keputusan pada ibu hamil dan menyusui. Selama proses pemberian bantuan atau dukungan kepada pasangannya (istri), sebagian besar suami mengalami hambatan terkait dengan adat budaya yang mereka anut, terutama untuk para suami yang masih tinggal dengan mertua mereka. Hal tersebut menjadi hambatan para suami dalam mengambil keputusan secara mandiri dalam memberikan dukungan kepada istri. Selain itu adanya beberapa mitos yang dipegang oleh masyarakat masih dianggap hal yang harus diikuti dan dilaksanakan secara turun-temurun. Keyakinan ini dapat menimbulkan perpepsi yang berbeda-beda pada ibu (Afiyanti, 2004). Mitos-mitos terkait ASI yang berkembang di masyarakat akan mempengaruhi tidak sempurnya pemberian ASI eksklusif (Yuliarti, 2010).


(51)

Adat dan kebudayaan yang mencerminkan budaya tradisional dan tidak dipraktikkan secara universal oleh semua anggota kelompok budaya tersebut itu tergantung dari tingkat akulturasi, tingkat pendidikan dan pendapatan, serta adanya hubungan dengan generasi yang lebih tua yang mempengaruhi individu mempraktikkan adat tesebut (Bobak, 2005).


(52)

36

F. Kerangka Teori

Bagan 2.3 Kerangka Teori

Dimodifikasi dari Hector, King, & Web (2004); Khan & Antonucci (1992 Nurmadina, 2010); dan Caplan (1976 dalam Friedman, 2010)

Keberhasilan ASI Eksklusif Karakteristik sosiodemografi ibu dan keluarga Status kesehatan ibu dan bayi Pengetahuan, sikap

dan keterampilan ibu

Paktik pemberian makan pada bayi Institusi pelayanan kesehatan dan kebijakan Struktur dan Dukungan Sosial Sosiobudaya, ekonomi dan lingkungan Perannya stabil: - Keluarga dekat - Pasangan

(suami/istri) - Teman dekat

Perannya cenderung berubah: - Teman kerja - Tetangga - Sanak keluarga - Teman sepergaulan

Perannya sangat cepat berubah: - Tenaga

ahli/profesional - Keluarga jauh - Sesama pekerja

Dukungan suami - Dukungan informasional - Dukungan penilaian - Dukungan fisik - Dukungan emosional


(53)

37

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya, peneliti ingin mendeskipsikan tentang pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor.

Bagan 3.1

Kerangka konsep pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan

Curug Mekar Kota Bogor

Pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara:

1. Dukungan informasional 2. Dukungan penilaian 3. Dukungan fisik 4. Dukungan emosional


(54)

38

B. Definisi Istilah

Untuk memperjelas istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi istilah, yaitu:

1) Pengalaman yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara.

2) ASI eksklusif merupakan air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

3) Ibu primipara merupakan wanita yang baru pertama kali mempunyai anak yang hidup dan baru menjadi seorang ibu.

4) Dukungan suami dalam penelitian ini adalah dukungan yang diberikan oleh suami terhadap istri yang baru melahirkan anak pertamanya dalam proses menyusui eksklusif baik dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan fisik, ataupun dukungan emosional.


(55)

39

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi

(Sugiyono, 2013). Penelitian ini biasanya digunakan untuk menggali fenomena yang dibahas secara mendalam.

Fenomenologi adalah pendekatan filosofis untuk mempelajari fenomena (penampilan) dan pengalaman manusia (Holloway, 2008). Fokus utama dalam fenomenologi adalah pengalaman nyata. Hal yang akan dikaji adalah deskripsi mengenai pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka (Saryono & Anggraeni, 2010). Pendekatan fenomenologi ini penting bagi praktik keperawatan karena keperawatan itu sendiri berhubungan dengan pengalaman kehidupan manusia. Fenomenologi merupakan pendekatan yang sesuai untuk menginvestigasi fenomena penting seseorang yang berguna bagi bidang keperawatan (Streubert & Carpenter, 2011). Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif yaitu penelitian yang secara langsung untuk mendeskripsikan persepsi pengalaman hidup mereka luas dan mendalam (Holloway, 2008).


(56)

40

Spiegelberg (1975) dalam Streubert & Carpenter (2011) mengidentifikasi tiga langkah proses untuk fenomenologi deskriptif, yaitu tahap intuisi, analisis, dan deskripsi. Langkah pertama yaitu intusi, peneliti sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para partisipan. Pada tahap intuisi ini peneliti sebagai instrumen dalam proses wawancara. Peneliti menjadi alat untuk pengumpulan data dan mendengarkan keterangan partisipan melalui proses wawancara. Langkah kedua yaitu analisis, dimana peneliti mendengarkan deskripsi individu tentang pengalamannya dari hasil transkripsi kemudian mengidentifikasi esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan dengan elemen-elemen atau unsur, kemudian mengeksplorasi hubungan dan koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang dialami partisipan. Langkah ketiga yaitu deskripsi, dimana pada tahap ini peneliti akan mengkomunikasikan dan memberi penjelasan secara tertulis dan lisan, juga elemen-elemen penting dari fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan mengklasifikasikan atau mengkelompokkan pada tiap fenomena tersebut. Peneliti akan menghindari upaya untuk menggambarkan fenomena sebelum waktunya.

Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2013). Melalui penelitian dan pendekatan ini


(57)

diharapkan peneliti dapat menggali informasi dan memperoleh penjelasan terperinci tentang suatu pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar, Kota Bogor.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor pada bulan Februari-April tahun 2016. Tempat itu menjadi lokasi penelitian karena belum pernah dilakukan penelitian tentang ASI eksklusif di daerah tersebut. Dari hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Semplak pada tanggal 15 Desember 2015, didapatkan data 270 bayi usia 0-1 tahun mulai bulan Januari-Oktober 2015, dan yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 26 bayi. Hal ini masih jauh dari sasaran estimasi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar pada tahun 2015 yaitu sebanyak 135 bayi.

C. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah lima orang. Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2013). Kriteria partisipan dalam penelitian ini yaitu:


(58)

42

a. Para suami yang istrinya baru melahirkan satu kali (ibu primipara) dan telah berhasil memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dengan rentang usia bayi 6 bulan-1 tahun

b. Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor

c. Dapat berkomunikasi dengan baik

d. Bersedia dan kooperatif menjadi partisipan penelitian

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu pedoman wawancara mendalam (in depth interview) dalam bentuk pertanyaan, alat bantu perekam (perekam suara dari handphone), alat pencatat dan catatan lapangan (fieldnote). Selain itu, sebelum peneliti mengambil data, peneliti melakukan skrining dengan dibantu pedoman wawancara terhadap 23 suami dari ibu primipara yang memberikan ASI eksklusif yang didapat dari data Puskesmas. Akan tetapi setelah peneliti melakukan skrining ke lapangan, ternyata hanya 14 bayi yang diberikan ASI eksklusif. Hal tersebut terjadi karena kesalahan persepsi mengenai pemahaman ASI eksklusif.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2016. Peneliti melakukan wawancara mendalam berdasarkan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. Pengumpulan data juga dilakukan peneliti menggunakan bantuan alat perekam (perekam suara


(59)

dari handphone), alat pencatat dan membuat catatan lapangan (fieldnote) saat wawancara berlangsung.

2. Proses Pengumpulan Data

a) Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Rangkaian proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin penelitian kepada pihak-pihak terkait, seperti kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, kepala Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar, dan RT/RW serta melakukan kode etik penelitian. 2) Setelah perizinan selesai, peneliti melakukan uji coba pedoman

wawancara pada dua orang partisipan pemula yang memiliki kriteria sama seperti partisipan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Uji coba pedoman wawancara ini dilakukan untuk melihat kedalaman dari pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman wawancara tersebut sekaligus melatih peneliti agar lancar saat pengumpulan data pada partisipan sebenarnya.

3) Selanjutnya peneliti mendata partisipan yang sesuai dengan kriteria, lalu mengadakan pertemuan dengan partisipan untuk melakukan inform consent dan menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian ini.

4) Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada partisipan sesuai kesepakatan waktu dan tempat, setelah mendapat hasil


(60)

44

rekaman wawancara mendalam, peneliti mentranskip data yang diperoleh.

b) Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) yang merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam studi kualitatif. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2007).

Peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, dimana peneliti lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Peneliti juga menggunakan alat perekam untuk mengetahui semua percakapan dalam wawancara tentang pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara. Peneliti sebelumnya memberitahukan alasan penggunaan alat perekam serta untuk permohonan izin kepada partisipan.

Selama wawancara mendalam peneliti juga membuat catatan lapangan (fieldnote) yang merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982 dalam Moleong, 2010). Peneliti membuat catatan lapangan yang berisi deskripsi tentang tanggal, waktu, dan informasi dasar tentang suasana saat wawancara seperti


(61)

tatanan lingkungan, interaksi sosial, dan aktivitas yang berlangsung saat wawancara dilakukan.

Peneliti melakukan wawancara dalam beberapa pertemuan, rata-rata peneliti melakukan sebanyak 2-3 kali pertemuan. Pertemuan pertama, peneliti akan melakukan informed consent ketersediaan menjadi partisipan serta melakukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya. Pertemun kedua, peneliti melakukan wawancara mendalam yang dilakukan selama 45-60 menit. Pertemuan ketiga, peneliti akan melakukan member check dari hasil wawancara. Peneliti saat melakukan wawancara memperhatikan proses pelaksanaan wawancara, seperti memperhatikan penampilan, memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan peneliti dengan singkat dan jelas. Peneliti juga membuat kontrak waktu dan tempat sebelum memulai wawancara.

Menurut Guba dan Lincoln (1981) dalam Moleong (2010), cara penata urutan pertanyaan yaitu dengan bentuk cerobong. Peneliti melakukan pertanyaan-pertanyaan dimulai dari segi yang umum mengarah kepada yang khusus. Setiap pertanyaan yang berikutnya berkaitan dengan yang sebelumnya dengan bentuk yang semakin menyempit dan khusus. Peneliti menggunakan pendekatan ini diharapkan partisipan merasakan nyaman berbicara dengan peneliti, kemudian dapat melanjutkan wawancara untuk mengeksplorasi inti dari topik penelitian.


(62)

46

Tugas peneliti dalam melakukan wawancara meliputi aktif mendengarkan, empati, fleksibel dan tanggap, merekam dan mencatat, lebih banyak mendengarkan dan menindaklanjuti jawaban partisipan serta wawancara dilakukan dengan face to face. Beberapa hal yang juga perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai partisipan adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal (Saryono dan Anggraeni, 2010). Kemampuan yang dipersiapkan di atas dapat membuat partisipan lebih terbuka dan meningkatkan kepercayaannya kepada peneliti untuk menceritakan pengalamannya dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara.

F. Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2013). Penelitian ini menggunakan metode analisis data Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978) dalam Streubert & Carpenter (2011), meliputi:


(63)

1. Peneliti dapat memberikan gambaran fenomena yang diteliti, yaitu tentang pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara.

2. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara kepada partisipan dan membuat transkrip dari hasil wawancara partisipan sesuai fenomena yang diteliti.

3. Peneliti membaca semua hasil transkrip partisipan secara berulang-ulang sesuai fenomena yang diteliti.

4. Peneliti membaca transkrip kembali dan mencari pernyataan-pernyataan penting dari setiap pernyataan partisipan.

5. Peneliti menentukan makna dari setiap pernyataan penting dari semua partisipan.

6. Peneliti mengorganisasikan data yang terkumpul dan mengelompokkannya ke dalam suatu kelompok tema.

7. Peneliti menulis hasil secara keseluruhan ke dalam bentuk deskriptif secara lengkap, dengan melakukan analisis detail tentang perasaan partisipan dan perspektif yang terkandung dalam tema.

8. Peneliti kembali ke lapangan dan menanyakan partisipan kembali untuk validasi dari hasil deskripsi yang telah dibuat.


(64)

48

Bagan 4.1Teknik analisa data

Sumber: Colaizzi (1987) dalam Streubert & Carpenter (2011)

G. Keabsahan Data

Data yang peneliti peroleh dalam penelitian kualitatif perlu diuji validitas dan realibilitas untuk mengukur keabsahan data. Hal ini dikarenakan hal yang diuji validitas dan reabilitas pada penelitian kualitatif adalah datanya (Sugiyono, 2013). Data yang valid mengandung arti bahwa data yang dilaporkan peneliti sesuai dengan data yang memang ada pada obyek penelitian. Realibilitas data berkaitan dengan konsistensi data yang diperoleh, di mana data yang didapat akan selalu sama hasilnya walaupun dilakukan oleh peneliti yang berbeda. Dengan demikian, keabsahan data dalam penelitian kualitatif penting diperhatikan agar mendapatkan hasil yang akurat dan obyektif. Uji keabsahan dalam penelitian kualitatif, meliputi:

Memiliki gambaran fenomena yang diteliti secara jelas

Mengumpulkan data melalui wawancara dan membuat transkrip hasil wawancara

Membaca semua hasil transkrip partisipan secara berulang-ulang

Mencari pernyataan-pernyataan penting dari setiap penyataan partisipan

Menentukan makna dari setiap pernyataan penting dari semua partisipan Mengelompokkannya ke dalam suatu

kelompok tema

Menulis hasil secara keseluruhan ke dalam bentuk deskriptif secara lengkap Kembali ke partisipan untuk validasi data


(65)

1. Kredibilitas (Credibility)

Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat (peer debriefing), analisis kasus negatif, pengecekan anggota (member check), dan pengecekan atas kecukupan referensial (referencial adequacy checks)(Saryono & Anggraeni,2010).

Uji kredibilitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara peer debriefing dan member check. Peer debriefing yaitu melakukan diskusi atau tanya jawab terkait masalah penelitian dengan orang lain, teman sejawat, atau orang yang ahli dalam bidang kualitatif (Endaswara, 2006). Pada penelitian ini, setelah peneliti mengumpulkan data, peneliti akan membuat transkrip data. Transkrip data yang dibuat peneliti akan dibicarakan dan didiskusikan ke pembimbing II skripsi tentang hal-hal yang dialami partisipan. Peneliti juga melakukan member check, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check iniuntuk mengetahui sejauh mana data yang diperoleh sesuai apa yang diberikan pemberi data. Dalam melakukan member check ini, peneliti kembali ke lapangan dan melakukan konfirmasi atau klarifikasi terhadap data yang sudah diperoleh dengan menanyakan kembali kepada partisipan.

2. Transferabilitas (Transferability)

Uji ini mengandung arti bahwa data yang dilaporkan dapat diterapkan atau diberlakukan di tempat yang lain. Tempat lain tersebut


(66)

50

juga harus memiliki karakter yang hampir sama dengan obyek penelitian sebelumnya (Lapau, 2012). Peneliti dalam melakukan uji transferabilitas harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. 3. Dependabilitas (Dependability)

Pengujian ini dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Tata cara itu dilakukan oleh auditor atau pembimbing yang sudah ahli di bidangnya untuk mengaudit keseluruhan aktivitas penelitian dalam melakukan penelitian (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini, peneliti membuat transkrip data sesuai hasil wawancara mendalam. Peneliti juga menyediakan segala macam pencatatan yang diperlukan dan bahan-bahan penelitian yang tersedia untuk dipelajari oleh pembimbing (auuditor), dalam hal ini melibatkan pembimbing I dan II untuk mereview hasil penelitian.

4. Konfirmabilitas (Confirmability)

Pengujian ini disebut juga uji obyektivitas penelitian. Hasil penelitian dikatakan obyektif bila disepakati oleh banyak orang. Uji konfirmabilitas ini berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses penelitian yang telah dilakukan (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini, hasil penelitian ditelusuri oleh pembimbing (auditor) untuk memastikan bahwa hasil temuan sesuai dengan data, menelusuri data mentah yang dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti, dan menelaah kegiatan peneliti dalam memeriksakan keabsahan data.


(67)

H. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang dilakukan benar-benar menjunjung kebebasan manusia. Pada penelitian ilmu keperawatan, karena hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Polit dan Beck (2003 dalam Swarjana, 2012 dan Nursalam, 2008) membedakan prinsip etika penelitian menjadi tiga bagian, yaitu:

1) The Principle of Beneficience(Prinsip Manfaat)

Prinsip manfaat ini terdiri menjadi tiga prinsip yaitu freedom from harm (bebas dari penderitaan), freedom from exploitation (bebas dari eksploitasi), dan benefits ratio (risiko). Pada penelitan ini menggunakan prinsip freedom from exploitation (bebas dari eksploitasi), dimana partisipan subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang tselah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.

2) The Principle of Respect for Human Dignity (Prinsip Menghargai Hak

Asasi Manusia)

Prinsip ini meliputi tiga prinsip yaitu the right to self determination

(hak untuk ikut/tidak menjadi responden), the right to full disclosure (hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan), dan Informed


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Dukungan Suami dan Kemauan Ibu Memberikan ASI Eksklusif di Puskesmas Teladan Medan

0 39 80

PENGALAMAN IBU PEKERJA DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungkandang Malang Tahun 2015

4 27 19

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

11 64 138

Pengalaman Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat

0 3 141

Pengalaman ibu primipara dalam memberikan asi eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat

2 9 141

Hubungan Dukungan Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

3 22 118

Pengalaman Suami dalam Memberikan Dukungan ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor

0 7 140

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL (SUAMI) DENGAN MOTIVASI MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU-IBU Hubungan Antara Dukungan Sosial (Suami) Dengan Motivasi Memberikan Asi Eksklusif Pada Ibu-Ibu Di Kabupaten Klaten.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL (SUAMI) DENGAN MOTIVASI MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU-IBU Hubungan Antara Dukungan Sosial (Suami) Dengan Motivasi Memberikan Asi Eksklusif Pada Ibu-Ibu Di Kabupaten Klaten.

1 5 18

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN SIKAP DAN MOTIVASI IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I KOTA YOGYAKARTA

1 1 16