55
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Agar Amisa puja dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, ada tiga kesempurnaan yang perlu
diperhatikan, yaitu seperti berikut. a. Vatthusampada: kesempurnaan materi
b. Cetanasampada: kesempurnaan dalam kehendak c. Dakkhineyyasampada: kesempurnaan dalam objek pemujaan
Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum berbicara tentang puja bakti adalah sejarah bagaimana terjadinya puja bakti.
a. Buddha tidak pernah mengajar bagaimana cara suatu upacara. Buddha hanya mengajarkan Dharma agar semua makhluk terbebas dari penderitaan.
b. Upacara yang ada pada saat itu hanyalah upacara upasampada bhikkhu dan samanera. c. Upacara yang sekarang ini kita lihat merupakan perkembangan dari kebiasaan yang ada, yang
terjadi sewaktu Buddha masih hidup yang disebut `Vattha’. Artinya, kewajiban yang harus dipenuhi oleh para bhikkhu seperti merawat Buddha, membersihkan ruangan, mengisi air dan sebagainya.
Kemudian, mereka semua bersama dengan umat duduk mendengarkan khotbah Buddha.
d. Setelah Buddha parinibbana wafat, para bhikkhu dan umat tetap berkumpul untuk mengenang Buddha dan menghormat Sang Tiratana, yang merupakan kelanjutan kebiasaan Vattha.
e. Buddha Dharma sebagai ajaran universal tidak mengalami perubahan pengurangan maupun tambahan. Oleh sebab itu, manifestasi pemujaan kita pada TriratnaTiratana yang diwujudkan
dalam bentuk upacara dan cara kebaktian hendaknya tetap didasari dengan pandangan benar sehingga tidak menyimpang dari Buddha Dharma itu sendiri.
2. Patipatti Puja
Kisah Bhikkhu Tissa bertekad mempraktikkan Dharma sampai berhasil menjelang empat bulan Buddha parinibbana. Buddha bersabda: “Duhai para bhikkhu, barangsiapa mencintai-Ku, contohlah
Tissa. Dia memuja-Ku dengan mempersembahkan bunga, wewangian, dan lain-lain. Sesungguhnya hal itu belum dapat dikatakan memuja-Ku dengan cara yang tertinggiterluhur. Tetapi seseorang
yang melaksanakan Dharma secara benar itulah yang dikatakan telah memuja-Ku dengan cara tertinggiterluhur.” Hal yang sama terjadi atas diri Bhikkhu Attadattha, seperti dikisahkan dalam
Dhammapada Atthakatha.
Buddha Gotama juga menegaskan kembali kepada Bhikkhu Ananda, “Penghormatan, pengagungan, dan pemujaan dengan cara tertinggiterluhur bukan dilakukan dengan memberikan persembahan
bunga, wewangian, dan sebagainya. Seorang bhikkhubhikkhuni, upasakaupasika yang berpegang teguh pada Dharma, hidup dan bertingkah laku selaras dengan Dharma, merekalah yang sesungguhnya
telah melakukan penghormatan, pengagungan, dan pemujaan dengan cara tertinggiterluhur. Karena itu Ananda, berpegang teguhlah pada Dharma, hidup dan bertingkahlakulah selaras dengan Dharma.
Dengan cara seperti itulah, engkau seharusnya melatih diri.”
Penerapan Patipatti Puja yang benar dapat menepis anggapan salah masyarakat bahwa agama Buddha hanya agama ritual semata. Patipatti puja sering disebut Dharmapuja. Menurut Kitab
56
Kelas VII SMP Paramatthajotika, yang dimaksud Dharmapuja adalah seperti berikut.
a. Berlindung pada Tiga Perlindungan Tisarana, yakni Buddha, Dharma, dan Sangha. b. Bertekad untuk melaksanakan pantangan untuk membunuh, mencuri, berbuat asusila,
berkata yang tidak benar, mengonsumsi makananminuman yang melemahkan kewaspadaan Pancasila.
c. Bertekad melaksanakan delapan sila Atthangasila pada hari-hari Uposatha. d. Berusaha menjalankan kemurnian sila Parisuddhisila, yaitu:
1. Pengendalian diri dalam hal tata tertib Patimokha-samvara. 2. Pengendalian enam indra Indriya-samvara.
3. Perolehan mata pencaharian secara benar Ajiva-parisuddhi. 4. Pemenuhan kebutuhan hidup secara layak Paccaya-sanissita.
Upacara agama Buddha mengandung makna seperti berikut. 1. Menghormati dan merenungkan sifat-sifat luhur Triratna.
2. Memperkuat keyakinan Saddha dengan tekad Adhitthana. 3. Meningkatkan empat kediaman luhur Brahmavihara.
4. Mengulang dan merenungkan kembali khotbah Buddha. 5. Melakukan Anumodana, yaitu `melimpahkan’ jasa perbuatan baik kepada makhluk lain.
B. Tata Cara Puja Bakti