Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat Berikan jawaban secara singkat dan jelas Toleransi

75 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti EVALUASI

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat

1. Contoh penerapan metta adalah . . . . a. bermeditasi c. berdonor darah b. bekerja d. beranjali 2. Selalu menolong orang yang menderita adalah pelaksanaan dari . . . . a. metta c. mudita b. karuna d. upekkha 3. Karuna merupakan releksi terhadap makhluk yang . . . . a. bahagia c. menderita b. malas d. bodoh 4. Mengucapkan selamat ulang tahun kepada teman yang berulang tahun merupakan pelaksanaan dari . . . . a. metta c. mudita b. karuna d. upekkha 5. Upekkha akan lebih mudah dicapai kalau orang sering . . . a. berkomunikasi c. berpesiar b. bermeditasi d. berguru

B. Berikan jawaban secara singkat dan jelas

1. Terangkan tentang metta. 2. Terangkan tentang karuna. 3. Terangkan tentang mudita. 4. Terangkan tentang upekkha. 5. Apa manfaat orang melaksanakan Brahmavihara secara sempurna? 76 Kelas VII SMP Toleransi dan Interaksi Sosial XI Bab

A. Toleransi

Toleransi adalah kesediaan untuk bisa menerima kehadiran orang yang berkeyakinan lain, menghormati keyakinan yang lain, meski bertentangan dengan keyakinan sendiri, dan tidak memaksakan kepercayaan kepada orang lain. Hal ini merupakan konsekuensi dari pengakuan atas hak dan kebebasan yang sama dari setiap orang untuk hidup menurut keyakinan masing-masing. Toleransi kritis adalah toleransi yang memiliki pandangan kritis. Sifat kritis ini tidak mungkin ditemukan pada orang-orang yang dogmatis, yang melekat pada keyakinan sendiri, subyektif, terikat pada kepentingan dan kesukaan sendiri. Toleransi kritis ini bersifat positif karena mampu menghargai hal-hal positif dari agama lain, bahkan belajar dari mereka. Menghormati kepercayaan orang lain bukan berarti menerima kepercayaan yang bertentangan itu untuk diri sendiri. “Orang yang berbuat baik dan bersikap menyenangkan harus dilayani dan dihormati, walau mungkin seseorang tidak setuju dengan pendapat-pendapatnya” Anguttara Nikaya I,127. “Toleransi bukanlah suatu pilihan, suka atau tidak suka, melainkan merupakan kewajiban moral dan etika penganut agama Buddha terhadap penganut agama lain” Harkiman, 1994. Seperti yang dicontohkan dalam konversi agama dari seorang jenderal Siha dan seorang hartawan Upali. “Bermacam-macam agama mempunyai tujuan yang sama, yaitu membuat manusia menjadi lebih baik. Perbedaan di antara agama-agama harus diakui, namun perbedaan-perbedaan ini juga harus dipahami dalam konteks tujuan yang bersama. Jadi, sikap saling menghormati harus berkembang di kalangan semua agama. Setiap sistem mempunyai nilainya sendiri yang cocok untuk orang-orang yang mempunyai watak dan mental yang berbeda. Pada zaman yang ditandai dengan mudahnya komunikasi, kita harus meningkatkan upaya kita untuk saling mempelajari sistem-sistem kita. Hal ini bukan berarti kita harus membuat semua agama menjadi satu, tetapi bahwa kita harus mengakui tujuan bersama semua agama dan menghargai cara-cara berbeda yang telah mereka kembangkan untuk perbaikan intern.” Dalai Lama, 1981. 77 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti

1. Kerukunan Hidup Beragama

Perbedaan agama yang dianut pada dasarnya tidak menghalangi hubungan akrab antarumat, baik secara pribadi, keluarga atau kelompok. Interaksi bisa dijalin lewat berbagai hal dan kepentingan. Kerukunan hidup beragama adalah suatu kondisi di mana semua golongan agama bisa hidup bersama-sama secara damai tanpa mengurangi hak dan kebebasan masing-masing untuk menganut dan melaksanakan kewajiban agamanya. Hal ini dimungkinkan kalau setiap umat mempunyai tenggang rasa dan saling memahami hak dan kebebasan masing-masing. Kerukunan bisa dicapai jika setiap golongan agama mempunyai prinsip “setuju dalam perbedaan”, yang berarti orang mau menerima dan menghormati orang lain dengan seluruh aspirasi, keyakinan, kebiasaan dan pola hidupnya, menerima dan menghormati orang lain dengan kebebasannya untuk menganut keyakinan agamanya sendiri. Kerukunan juga harus dilihat dari konteks perkembangan masyarakat yang dinamis, yang menghadapi beraneka tantangan dan persoalan.

2. Hambatan Kerukunan

Agama mampu mempersatukan dan menciptakan ikatan bagi sekelompok masyarakat, namun sekaligus menciptakan pemisahan dari keompok yang lain. Simbol-simbol agama terkait erat dengan kepentingan sosial, ekonomi dan politik penganutnya. Agama sering dipersepsikan atau diasosiasikan tumpang tindih dengan pengategorian suku, etnis, kelompok atau golongan. Konlik agama yang terlihat mengandung muatan lain yang kompleks, yang menyangkut dimensi kepentingan kelompokgolongan. Simbol-simbol agama bisa disalahgunakan untuk kepentingan politik dan hal-hal lain diluar agama.

A. Toleransi

78 Kelas VII SMP Kesenjangan sosial, ekonomi, pendidikan, ketidakadilan atau diskriminasi mudah menyulut konlik antarpemeluk agama. Ekspresi keagamaan keliru merupakan masalah: fanatisme memonopoli dan memutlakkan kebenaran sendiri, diikuti semangat misioner yang militan, merendahkan pihak lain bahkan memandangnya sebagai musuh. Adanya perbedaan antara apa yang diajarkan agama dengan sikap hidup dan perilaku pemeluknya. Adanya prasangka, perasaan terancam, takut terdesak, takut kehilangan sumber dana, ingin menambah sumber dana, kurang toleran, tidak dapat menahan diri merupakan sumber ketegangan yang menghambat kerukunan umat beragama. Penyiaran agama yang ditujukan kepada orang-orang yang telah memeluk agama lain menimbulkan konlik dalam masyarakat. Selain itu, ada juga beberapa faktor yang bisa menghambat seperti penamaanperistilahan: cara, pakaian, doa, persepsi, ego, sentimen, kepekaan, nalar, dan lain-lain. Yang penting adalah bahwa perlu disadari bersama: Manusia yang berperilaku kurang baik ada di dalam kelompok mana pun, di dalam penganut agama apa pun, di dalam etnis atau suku apa pun, di dalam strata sosial mana pun. Kita harus bijak membedakan, kalau ada satu orangsatu kelompok orang itu kurang baik juga, tidak berarti seluruh orangkelompok itu tengik juga.

B. Interaksi Sosial