Minggu Pertama Tujuh Minggu Pascapenerangan Sempurna

2 Kelas VII SMP Releksi Sebelum berpuasa, Beliau mempersiapkan diri dengan mengonsumsi bubur susu hangat. Hal itu menunjukkan kepada kita bahwa sebelum menjalankan aktivitas yang besar, kita harus mempersiapkan segalanya dengan cermat. Apa yang kamu lakukan saat kamu berencana akan melakukan perjalanan jauh?

1. Minggu Pertama

www.trueancestor.typepad.com Minggu pertama Buddha duduk di bawah pohon Bodhi meresapi Kebahagiaan Kebebasan Vimutti Sukha. Buddha bangkit dari keadaan konsentrasi dan pada malam pertama sepenuhnya memahami “Hubungan sebab-akibat yang saling bergantung” Paticcasamuppada, dengan urutan sebagai berikut: “Dengan adanya ini sebab, muncullah itu akibat. Dengan tidak timbulnya ini sebab, tidak timbullah itu akibat.” Paticcasamuppada dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Karena kegelapan batin avijja, muncullah bentuk-bentuk karmabatin sankhara. 2. Karena bentuk-bentuk karma, muncullah kesadaran vinnana. 3. Karena kesadaran, muncullah batin dan bentuk nama rupa. 4. Karena batin dan bentuk, muncullah enam landasan indra salayatana. 5. Karena enam landasan indra, muncullah kontak passa. 6. Karena kontak, muncullah perasaan vedana. 7. Karena perasaan, muncullah nafsu keinginan tanha. 8. Karena nafsu keinginan, muncullah kemelekatan upadana. 9. Karena kemelekatan, muncullah kelangsungan hidup bhava. 10. Karena kelangsungan hidup, muncullah kelahiran jati. 11. Karena kelahiran, muncullah penuaan dan kematian jaramarana. 12. Karena penuaan dan kematian, muncullah kesedihan soka, ratapan parideva, penderitaan dukkha, duka cita dumanassa, dan keputusasaan upayasa. 3 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 4 Kelas VII SMP Peristiwa pada minggu pertama dikenal sebagai pallankasattaha karena Buddha Gotama tetap duduk di tahta yang tidak terkalahkan di kaki pohon Bodhi selama tujuh hari. Ketika Buddha merenungkan hukum Paticcasamuppada dalam urutan maju dan urutan mundur, Beliau menjadi lebih memahami dan lebih jelas tentang proses muncul dan lenyapnya penderitaan di dunia. Dalam urutan maju, munculnya penderitaan di dunia disebabkan karena kebodohan. Karena kebodohan, muncullah akibat yang tidak putus-putus berupa pikiran baik dan buruk. Dalam urutan mundur, lenyapnya penderitaan di dunia karena lenyapnya kebodohan. Karena lenyapnya kebodohan, lenyap juga akibatnya. Buddha merenungkan Paticcasamuppàda dalam urutan maju dan urutan mundur selama tiga malam, kemudian Beliau mengucapkan seruan gembira Udàna. Malam-malam berikutnya, Beliau tetap duduk di atas singgasana Aparàjita, menikmati kebahagiaan menjadi Arahat. Buddha mengerti munculnya rangkaian asal muasal penderitaan berdasarkan hukum Paticcasamuppada, bahwa jika tidak ada sebab, tidak ada akibat. Releksi Sebab-akibat yang saling bergantung dapat dilihat pada peristiwa lingkungan. Misalnya: Mengapa terjadi banjir? Karena air tidak bisa mengalir. Mengapa air tidak bisa mengalir? Karena saluran airnya tersumbat. Mengapa saluran air tersumbat? Karena banyak sampah yang menghambat. Jika peristiwa tersebut dijelaskan dari akibatnya, menjadi: Karena sampah menghambat, saluran air tersumbat. Karena saluran air tersumbat, air tidak dapat mengalir. Karena air tidak dapat mengalir, terjadilah banjir. Dapatkah kamu memberikan contoh lain yang terkait? Dengan Paticcasamuppada, Buddha menemukan bahwa kebodohan adalah penyebab utama timbulnya penderitaan. Orang yang bodoh akan mengalami kesulitan dalam hidupnya. Misalnya: Siswa yang tidak mengerti matematika, akan menderita ketika menghadapi soal-soal matematika. Makin banyak siswa memiliki kebodohan, makin banyak pula penderitaan yang dialami. Makin sedikit siswa memiliki kebodohan, makin sedikit penderitaan yang akan dialaminya. Diskusikan dengan teman sekelompokmu bagaimana caranya mengikis kekuranganmu. 5 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti

2. Minggu Kedua