Berikan jawaban secara singkat dan jelas Udana VIII

63 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti • sifat Metta , Karuna, Mudita, dan Upekkha akan berkembang • lima indra akan terkendali • perasaan puas akan muncul • perasaan damai akan muncul • perasaan bahagia akan muncul EVALUASI A. Pilih salah satu jawaban yang paling tepat 1. Salah satu cara pemujaan dalam agama Buddha adalah . . . . a. Patipatti Puja c. Upasaka Puja b. Ananda Puja d. Pati Puja 2. Amisa Puja berdasar pada sejarah seorang siswa Buddha saat merawat Buddha yang bernama . . . . a. Sariputta c. Moggalana b. Ananda d. Kondanna 3. Makna upacara dalam agama Buddha adalah . . . . a. memperkuat keyakinan b. memperteguh jasmani c. menambah teman d. meningkatkan toleransi 4. Saat masuk vihara, umat Buddha akan melakukan penghormatan di depan altar Buddha . . . . a. anjali c. namaskara b. pradaksina d. namaste 5. Puja bakti khusus dilakukan pada saat umat melaksanakan peringatan . . . . a. Uposatha c. Waisak b. Visudhi d. penyembuhan orang sakit

B. Berikan jawaban secara singkat dan jelas

1. Jelaskan tentang Amisa Puja. 2. Mengapa Buddha tidak mengajarkan puja bakti? 3. Jelaskan manfaat puja bakti. 4. Jelaskan tentang Upasampada. 5. Jelaskan tentang sikap menghormat Pradaksina. 64 Kelas VII SMP Ketuhanan Yang Maha Esa VIII Bab

A. Udana VIII

Agama Buddha berpusat pada diri manusia sendiri dengan segala kekuatan yang dapat dikembangkan hingga mencapai kesempurnaan. Buddha mengajarkan Ketuhanan tanpa menyebut nama Tuhan. Tuhan Yang Tanpa Batas itu tidak terjangkau oleh alam pikiran manusia karena Tuhan itu tanpa batas. Dalam agama Buddha, Tuhan tidak dipandang sebagai pribadi, tidak dapat digambarkan dalam wujud dan sifat manusia. Buddha tidak mengajarkan Tuhan sebagai satu kekuasan adikodrati yang merencanakan dan menakdirkan hidup semua makhluk. Jika ada suatu makhluk yang merancang kehidupan makhluk di seluruh dunia, kebahagiaan- kesengsaraan, perbuatan baik-perbuatan buruk, manusia hanya sebagai wayang, dan yang bertanggung jawab sepenuhnya adalah makhluk itu sebagai dalang Jataka V, 238. Konsep Ketuhanan dalam agama Buddha tidak mengenal dualisme. Buddha melihat Tuhan Yang Maha Esa sebagai Yang Mutlak, Mahatinggi, Mahaluhur, Mahasuci, Mahasempurna, kekal, tanpa awal dan tanpa akhir, yang tidak bisa dijangkau oleh logika maupun imajinasi manusia. Tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan Tuhan Yang Maha Esa, kecuali Dia adalah Yang Mutlak, seperti dalam penjelasan Buddha sendiri: “O, bhikkhu, ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak. Jika seandainya saja, O, bhikkhu, tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak, maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu” Udana Bab VIII Parinibbana Sutta 3. Ungkapan Buddha yang terdapat dalam Udana VIII Parinibbana Sutta 3 merupakan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Maha Esa dalam bahasa Pali adalah “Atthi, Ajatang, Abhutang, Akatang, Asankhatang” yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak 65 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti

A. Udana VIII