Berikan jawaban secara singkat dan jelas Khotbah Kedua

24 Kelas VII SMP

B. Berikan jawaban secara singkat dan jelas

1. Mengapa Buddha ragu-ragu untuk mengajarkan Dharma? 2. Apa alasannya seorang makhluk dewa meminta agar Buddha mau mengajarkan ajarannya? 3. Apa manfaat bagi Tapussa dan Bhallika kalau mereka mempersembahkan tepung dan madu kepada Buddha. 4. Ceritakan bagaimana caranya agar Buddha bisa menerima persembahan tepung dan madu dari Tapussa dan Ballika? 5. Mengapa mula-mula lima pertapa teman bertapa Pangeran Siddharta tidak mau menyambut kedatangan Buddha di hutan Uruvela? 25 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Pembabaran Dharma 2 III Bab

A. Khotbah Kedua

Khotbah kedua ini dinamakan sebagai Anattalakkhana Sutta Sutta tentang corak umum tanpa diri yang kekal. Ketika Buddha sedang berdiam di Taman Rusa Isipatana, Beliau memanggil lima orang pertapa yang sudah ditahbiskan menjadi Bhikkhu. “Para Bhikkhu, marilah mendengarkan apa yang akan Kujelaskan lebih lanjut tentang lima Khandha.” “Baik, Yang Mulia,” jawab mereka. Buddha menjelaskan lebih lanjut, “Rupa badan jasmani, oh Bhikkhu, Vedana perasaan, Sañña pencerapan, Sankhara pikiran, dan Viññana kesadaran adalah lima Khandha lima kelompok kehidupan yang semuanya tidak memiliki Atta roh. Seandainya Khandha itu memiliki Atta roh, ia dapat berubah sekehendak hatinya dan tidak akan menderita karena semua kehendak dan keinginannya dapat dipenuhi, misalnya ‘Semoga Khandha-ku begini dan bukan begitu.’ Tetapi karena badan jasmani ini tidak mempunyai jiwa, ia menjadi sasaran penderitaan, dan tidak dapat untuk memerintah ‘Biarlah seperti ini saja, jangan seperti itu’ dan sebagainya” Setelah mengajar kelima orang bhikkhu itu untuk menganalisis badan jasmani dan batin menjadi lima khandha, Buddha lalu menanyakan pendapat mereka mengenai hal berikut: “Oh, Bhikkhu, bagaimana pendapatmu, apakah Khandha itu kekal atau tidak kekal?” “Mereka tidak kekal, Bhante.” “Di dalam sesuatu yang tidak kekal, apakah terdapat kebahagiaan atau penderitaan?” “Di sana terdapat penderitaan, Bhante.” “Mengenai sesuatu yang tidak kekal dan penderitaan, ditakdirkan untuk musnah, apakah tepat kalau dikatakan bahwa itu adalah ‘milikku’, ‘aku’ dan ‘diriku’?” “Tidak tepat, Bhante.” Selanjutnya Buddha mengajar untuk jangan melekat kepada lima Khandha tersebut dengan melakukan perenungan sebagai berikut. 26 Kelas VII SMP “Kenyataannya memang demikian, oh Bhikkhu, lima Khandha yang lampau atau yang ada sekarang, kasar atau halus, menyenangkan atau tidak menyenangkan, jauh atau dekat, harus diketahui sebagai Khandha kelompok kehidupankegemaran semata-mata. Selanjutnya, engkau harus melakukan perenungan dengan memakai kebijaksanaan, bahwa semua itu bukanlah ‘milikmu’ atau ‘kamu’ atau ‘dirimu’. Siswa Yang Ariya yang mendengar uraian ini, oh Bhikkhu, akan melihatnya dari segi itu. Setelah melihat dengan jelas dari segi itu, ia akan merasa jemu terhadap lima Khandha tersebut. Setelah merasa jemu, ia akan melepaskan nafsu-nafsu keinginan. Setelah melepaskan nafsu-nafsu keinginan batinnya, ia tidak melekat lagi kepada sesuatu. Karena tidak melekat lagi kepada sesuatu, akan timbul Pandangan Terang sehingga ia mengetahui bahwa ia sudah terbebas. Siswa Yang Ariya itu tahu bahwa ia sekarang sudah terbebas dari tumimbal lahir, kehidupan suci telah dilaksanakan dan selesailah tugas yang harus dikerjakan dan tidak ada sesuatu pun yang masih harus dikerjakan untuk memperoleh Penerangan Agung.” Sewaktu kelima bhikkhu tersebut merenungkan khotbah Buddha, mereka semua dapat membersihkan diri mereka dari segala kekotoran batin Asava. Mereka terbebas seluruhnya dari kemelekatan Upadana dan mencapai tingkat kesucian yang tertinggi, yaitu Arahat. Releksi Buddha menjelaskan tentang lima Khandha, yaitu kelompok badan jasmani, perasaan, pencerapan, pikiran dan kesadaran, merupakan sesuatu yang tidak kekal. Badan jasmani setiap saat selalu berubah, misal rambut bertambah panjang. Perasaan selalu berubah, misalnya sebentar senang sebentar sedih. Pencerapan berubah, misal kadang menganggap benar kadang tidak benar. Pikiran selalu berubah, misal sedang memikirkan pelajaran lalu ganti memikirkan sepakbola. Demikian pula kesadaran, kadang kita sadar penuh, kadang kurang sadar terhadap apa yang sedang kita hadapi. Diskusikan dengan teman sambil dirasakan dan berikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dimaksud dengan ketidakkekalan badan jasmani, perasaan, pencerapan, pikiran, dan kesadaran.

B. Khotbah Ketiga