Hukum Dharma Hukum Kebenaran

82 Kelas VII SMP Hukum Kebenaran XII Bab

A. Hukum Kebenaran Umum dan Mutlak

“Semua orang takut akan hukuman, semua orang mencintai kehidupan. Setelah membandingkan dengan diri sendiri, hendaknya seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan” Dammapada: Bab X130. Hukum untuk mengatur kehidupan manusia. Hukum selalu terdapat dalam pergaulan manusia. Dalam pergaulan manusia, masih banyak persepsi yang salah terhadap hukum. Hukum sering ditakuti. Mereka yang memiliki profesi hukum kerap diremehkan karena bukan membela yang benar tetapi membela siapa mereka yang membayar. Dalam retorika hukum, ‘semua orang sebenarnya memiliki kedudukan yang sama di mata hukum’. Namun, realitanya masih terjadi diskriminasi. Perbedaan ras atau keturunan, dan agama, menjadi masalah yang dianggap wajar. Etika hukum masih belum bisa ditegakkan. Para pelaku hukum belum benar-benar menjadikan hukum sebagai solusi dan memberi keadilan bagi para klien yang bermasalah dengan hukum, melainkan masih dimungkinkan sebatas mereka yang berani membayar. Paradigma hukum memang telah banyak berubah. Seiring dengan makin mendominasi dalam hidup kebanyakan orang, materi dipandang begitu penting. Materi berupa uang menjadi segala-galanya dan uang bisa membeli apa saja. Apa hukum atau masalah keadilan bisa dibeli dengan uang. Masalahnya, semua kembali pada manusianya.

1. Hukum Dharma Hukum Kebenaran

Pengertian Hukum Kebenaran sifatnya luas sekali. Hukum kebenaran sebagai hukum sebab-akibat, siapa yang menanam akan memetik akibatnya, dan siapa yang memetik buat akibatnya, merupakan hasil tanaman sendiri. Hukum ini sering disebut sebagai hukum karma. Berkenaan dengan perilaku manusia dan berlaku pada semua orang tanpa memilih atau memihak, adanya keturunan, kedudukan, kepercayaan tidak ada bedanya di depan hukum itu sendiri. Tidak peduli, laki-laki atau perempuan, 83 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti baik golongan bangsawan atau orang biasa, kedudukan rendah atau tinggi, miskin atau kaya sama kedudukannya. Salah sebagai salah, benar sebagai benar. Tetap berlaku adanya sebab dan akibatnya. Hukum karma tidak bisa dihindari, tidak bisa disuap, semua akan terjadi dengan sendirinya sesuai tindakannya. Begitu pepatah “apa yang terjadi terjadilah, itu hasil tanamanmu sendiri.” Jika melanggar aturan atau norma-norma, akan berakibat di masa sekarang atau masa yang akan datang. Maka ia yang mengembangkan moral, hukumnya ia akan berbahagia karena pasti berakibat manis. Orang yang bajik dihargai karena kebajikannya dan orang yang jatuh menderita akibat perbuatannya patut kita kasihani. Banyak orang percaya, katanya, ‘kebenaran pasti akan mengalahkan kejahatan’ tetapi sedikit orang yang dapat menghentikan kebiasaan buruknya untuk beralih pada kebiasaan baru yang lebih positif. Mengapa? Karena menikmati kesenangan atau kebiasaan buruknya, selama belum merasakan akibat kejahatannya, masih menganggap manis bagai madu. Waktu yang menentukan kapan perbuatannya akan berakibat, antara dua kemungkinan baik maupun buruk. Sebenarnya bukan kebajikan memenangkan keburukan sehingga kesalahan menjadi tersandera. Tetapi, semua bergantung pada produk yang kita buat. Bukankah semua atas perencanaan kita sendiri. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa hasil akhir yang buruk merupakan hasil kerja kita sendiri. Meskipun, kita yang salah karena ketololan kita sendiri, masih bersandiwara dengan menyalahkan orang lain. Kurang baiknya perilaku manusia pada umumnya karena tidak adanya perasaan malu dalam dirinya sendiri.

2. Kesunyataan dan Kenyataan