hari kerja dari total 25.433 hari kerja akibat jadwal kerja malam yang terlalu sering di rumah sakit.
3. Kecepatan Mesin
Kecepatan kerja yang hanya berdasarkan pada kapasitas kecepatan mesin, sangat menguras energi fisik dan psikologis pekerja karena harus terpaku untuk menyesuaikan kecepatan
mesin, ban berjalan, atau proses produksi sehingga pekerja tidak mungkin meninggalkan tempatnya sedetik pun tanpa digantikan atau ditolong temannya. Hal ini terjadi pada pekerja
di tempat yang produknya dikontrol oleh mesin-mesin yang berkecepatan tinggi, atau produksi produk berdasarkan jadwal yang ketat.
4. Gerakan Tangan yang Berulang secara Monoton
Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan menggerakan anggota badan secara berulang dan monoton, terkadang juga disertai posisi kerja yang janggal, atau sambil
membawa atau menahan beban sering kali sangat memberatkan pekerja. Hal ini biasanya terjadi pada pekerjaan di industri penggergajian kayu, pengemasan, pemilihan, dan perakitan
yang menggunakan ban berjalan. Johansson dalam Harianto, 2008 menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa pekerjaan yang
banyak menggerakkan tangan secara berulang dan membosankan, seperti pada para pekerja penggergajian kayu, menimbulkan lebih banyak penyakit psikosomatik dan gejala stres
mental lainnya sehingga meningkatkan frekuensi cuti sakit.
5. Kekangan
Kekangan menyebabkan tidak adanya kebebasan bekerja, misalnya tahapan pekerjaaan yang mempunyai jadwal tugas yang ketat dan mendetail. Pekerjaan yang memiliki stressor
tersebut misalnya pemeliharaan atau perawatan atau pengujian kapal terbang yang harus
bekerja berdasarkan “checklist” yang ketat, pekerjaan mencocokkan atau memasang atau merakit elemen-elemen jadi bangunan rumah atau mesin, dan pekerjaan akunting.
6. Komunikasi yang Menjemukan atau Membebankan
Pekerjaan yang memerlukan kontak yang memberatkan karena harus bernegosiasi untuk perihal yang sulit diterima atau tidak selaras dengan kehendak lawan bicara. Pekerjaan yang
memiliki stressor tersebut misalnya manajer pemasaran, personil promosi obat-obatan. 2.2.2.Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan juga dapat menjadi stressor, yaitu : 1.
Volume Pekerjaan yang Berlebihan
Volume pekerjaan yang terlalu banyak dan dibatasi oleh waktu, antara lain : a.
Pekerjaan yang dilakukan dengan tergesa-gesa karena waktu yang terbatas. Misalnya petugas customer service yang harus melayani pelanggan dengan antrian yang panjang
untuk menunggu pelayanan, sekretaris dengan tugas yang menumpuk.
b. Permintaan untuk pengambilan keputusan yang rumit. Misalnya petugas kendali mutu
atau pekerjaan yang membutuhkan banyak masukan informasi. 2.
Volume Pekerjaaan Yang Sangat Kurang
Volume pekerjaan yang sangat kurang menyebabkan kurangnya rangsangan untuk bekerja, kurangnya variasi, tidak ada kreativitas atau tuntunan untuk mengatasi masalah. Termasuk
jenis pekerjaan misalnya : a.
Tuntutan pekerjaan yang memerlukan perhatian penuh tetapi kurang rangsangan untuk
bekerja. Pekerja harus tetap waspada dan harus selalu siap untuk bereaksi bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, walaupun keadaan tersebut sangat jarang sekali terjadi,