Bekerja pada Tempat yang Sunyi atau Terpencil, seperti pekerjaan yang membutuhkan
2.3.Sumber Stres
Sumber stres stressors adalah suatu kondisi, situasi atau peristiwa yang dapat menyebabkan stres. Dalam hal Newstrom dan Davis dalam Wijono, 2010 mengatakan “conditions that tend
to cause stress are called stressors
”.
Ada berbagai sumber stress yang dapat menyebabkan stres di perusahan diantaranya adalah faktor pekerjaan itu sendiri dan di luar pekerjaan itu. Pendapat ini sejalan dengan Tosi dalam
Wijono, 2010 yang menyebutkan bahwa ada 5 macam faktor yang menyebabkan stres dan berhubungan dengan pekerjaan individu, tekanan peran, kesempatan pelibatan diri dalam tugas,
tanggung jawab individu, dan faktor organisasi.
Pada dasarnya, sumber stres merupakan hasil interaksi dan transaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Dalam pembahasan ini lingkungan individu tersebut dalam
digolongkan menjadi 2 faktor sebagai sumber stress, yaitu faktor-faktor pekerjaan dan faktor-
faktor di luar pekerjaan itu sendiri Wijono, 2010. 2.4.Faktor-faktor Pekerjaan
Dalam suatu kesempatan berbeda, Cooper dalam Munandar, 2001 secara perinci
menemukan bahwa ada 5 macam faktor pekerjaan yang menyebabkan stres, yaitu : 1.
Faktor-faktor Intrinsik dalam Pekerjaan
a. Tuntutan Fisik
Kondisi kerja tertentu dapat menghasilkan prestasi kerja yang optimal. Di samping dampaknya terhadap prestasi kerja, kondisi kerja fisik memiliki dampak juga terhadap
kesehatan mental dan keselamatan kerja seorang tenaga kerja. Kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap kondisi faal dan psikologis diri seseorang tenaga kerja.
kondisi kerja fisik seperti bising, vibrasi getaran dan hygiene, dapat merupakan pembangkit stres stressor.
b. Tuntunan Tugas
Kerja ShiftKerja Malam : Penelitian menunjukan bahwa kerja shift merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik. Para pekerja shift lebih sering mengeluh
tentang kelelahan dan gangguan perut daripada para pekerja pagi siang dan dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan gangguan-gangguan
perut. Pengaruhnya adalah emosional dan biological, karena gangguan ritme circadian dari tidurdaur keadaan bangun wake cycle, pola suhu, dan ritme pengeluaran adrenalin.
Beban Kerja : beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Beban Kerja dapat dibedakan lebih lanjut kedalam beban kerja berlebihterlalu
sedikit “kuantitatif”, yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban
kerja berlebih terlalu sedikit “kualitatif “, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan dan atau potensi dari
tenaga kerja. Dalam rangka ini teknologi baru dapat menimbulkan baik beban kerja berlebih maupun
beban kerja terlalu sedikit. Di samping itu beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak
yang merupakan sumber tambahan dari stres. Everly Girdano dalam Munandar, 2010 menambahkan kategori lain dari beban kerja,
yaitu kombinasi dari beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif. Beban berlebih secara fisikal ataupun mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan
kemungkinan sumber stres kerja. Unsur yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin
secara tepat dan cermat. Pada saat tertentu, dalam hal tertentu seperti waktu akhir deadline justru dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang
tinggi. Namun, bila desakan waktu menyebabkan timbulnya banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang, maka ini merupakan cerminan
adanya beban berlebih kuantitatif. Beban kerja terlalu sedikit kuatitatif juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis
seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan karena pekerjaan yang monoton. Kebosanan dalam kerja rutin
sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat menghasilkan berkurangnya perhatian. Hal ini secara potensial membahayakan jika
tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat. Beban berlebihan kualitatif merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia makin
beralih titik beratnya pada pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi majemuk. Kemajemukan pekerjaan yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapat dengan mudah
berkembang menjadi beban berlebihan kualitatif jika kemajemukannya memerlukan kemampuan tekhnikal dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki. Pada titik
tertentu kemajemukan pekerjaan tidak lagi produktif, tetapi menjadi destruktif. Pada titik tersebut kita telah melewati kemampuan kita untuk memecahkan masalah dan menalar
dengan cara yang konstruktif. Timbullah kelelahan mental dan reaksi-reaksi emosional dan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa kelelahan mental, sakit kepala, dan gangguan
pada perut merupakan hasil dari kondisi kronis dari beban kerja berlebih kualitatif.
Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja tidak diberi peluang
untuk menggunakan
keterampilan yang
diperolehnya, atau
untuk mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh. Beban terlalu sedikit disebabkan
kurang adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi yang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa ia “tidak maju-maju”, dan merasa tidak berdaya
untuk memperlihatkan bakat dan keterampilannya Munandar, 2001.