PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Terjadinya Gejala Stres Kerja Pada Karyawan Service Adviser (SA) Di PT Perintis Perkasa Medan (Authorized Toyota Dealer) Tahun 2013
pengusaha memiliki perasaan, pikiran, dan kehidupan sosial seperti itu. Kesemua hal tersebut menyebabkan pengaruh sangat dominan terhadap keadaan pekerja dalam pekerjaan dan
melakukan pekerjaannya atau pengusaha dalam usaha dan menjalankan usahanya Suma‟mur, 2009.
Sebagian besar dari waktu manusia digunakan untuk bekerja. Maka lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja. Hampir setiap
kondisi pekerjaan bisa menyebabkan stres, tergantung dari reaksi pekerja yang bersangkutan Nadya, 2008.
Beehr dan Newman mendefinisikan bahwa stres kerja sebagai suatu keadaan yang timbul dalam interaksi diantara manusia dengan pekerjan. Secara umum, stres didefinisikan sebagai
rangsangan eksternal yang mengganggu fungsi mental, fisik, dan kimiawi dalam tubuh seseorang Wijono, 2010.
Menurut Smith dalam Wijono, 2010 mengemukakan bahwa konsep stres kerja dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu : pertama, stres kerja merupakan hasil dari keadaan tempat
kerja. Kedua, stres kerja merupakan hasil dari dua faktor organisasi yaitu keterlibatan dalam tugas dan dukungan organisasi. Ketiga, stres terjadi karena faktor workload juga faktor
kemampuan melakukan tugas. Keempat, akibat dari waktu kerja yang berlebihan. Kelima adalah faktor tanggung jawab kerja. Terakhir, tantangan yang muncul dari tugas.
Masih banyak pengelola organisasi bisnis maupun pekerja yang belum menyadari tingginya biaya yang timbul akibat stres dalam pekerjaaan. Penelitian yang dilakukan oleh
sebuah konsultan di Amerika beberapa tahun lalu mengindikasikan biaya kesehatan pekerja bisa memangkas 45 keuntungan bersih perusahan. Penelitian lain menunjukan sekitar 60-90
masalah kesehatan pekerja dipicu oleh stres. Data seperti seharusnya membuat para pengusaha
tidak bisa lagi mengabaikan besarnya biaya kesehatan akibat stres yang diderita karyawan. Stres dapat merugikan pekerja sendiri. Stres melahirkan pula beragam perilaku buruk, misalnya
pekerja menjadi sering mangkir, rentan mengalami kecelakan, keliru membuat analisis, terlibat konflik dengan rekan sekerja hingga mudah melakukan tindak kekerasan fisik. Stres juga
membuat pekerja cenderung sulit menerima perubahan dan mutu pelayanannya kepada para pelanggan akan turun Anonim, 2008.
Stres kerja dapat menyebabkan penurunan derajat kesehatan seorang pekerja. Angka kesakitan yang disebabkan stres kerja, atau stres yang berhubungan dengan pekerjaan semakin
meningkat. Bagi para pekerja, stres sering disebut sebagai faktor yang berkontribusi terhadap sakit akibat kerja seperti penyakit jantung koroner, alkoholisme, dan hipertensi Teasdale, 2000.
Sebuah studi lain di Amerika menemukan 78 dari responden menyatakan bahwa pekerjaan adalah sumber stres mereka yang utama dan hanya 35 mengatakan bahwa mereka
merasa senang dan puas terhadap pekerjaan mereka, dan setengah dari mereka merasa mengalami tekanan hidup yang semakin meningkat selama 10 tahun terakhir. Pengakuan
terhadap adanya stres kerja tidak hanya merupakan sebuah fenomena di Amerika Serikat, World Health Organization WHO
menganggapnya sebagai “penyakit abad 20-an” mengindikasikan bahwa stres kerja menjadi lebih banyak di hampir setiap pekerjaan di seluruh dunia dan telah
menjadi “epidemic global “ Greenberg, 2002. Masalah yang berkaitan dengan stres kerja juga terjadi di Indonesia. Penelitian yang
dilakukan Evayanti pada pengemudi bus kota PPD Jakarta pada tahun 2002, memberikan gambaran bahwa 57,8 dari total 308 responden yang diteliti mengalami stres kerja Salafi,
2008.
Karena stres kerja merupakan “Penyakit Abad 20-an” dan telah menjadi “Epidemic Global” hampir di setiap pekerjaan di seluruh dunia, membuat penulis tertarik untuk meneliti
faktor-faktor di dalam pekerjaan yang berperan dalam terjadinya gejala stres kerja pada karyawan Service Adviser SA di PT Perintis Perkasa Medan. Hal ini disebabkan karena tugas
dari karyawan Service Adviser SA yaitu memberikan pelayanan semaksimal mungkin kepada customer, karena karyawan Service Adviser SA merupakan karyawan front office yang secara
langsung berhubungan dan berhadapan dengan customer. Selain itu, karyawan Service Adviser SA juga dituntut untuk selalu memberikan pelayanan secara professional kepada customer,
meskipun terkadang ada beberapa customer yang complain dan marah-marah. PT Perintis Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. PT Perintis
Perkasa merupakan salah satu perusahaan Authorized Toyota Dealer yang ada di Medan, Sumatera Utara. PT Perintis Perkasa terletak di Jalan Adam Malik No.11 Glugur by Pass-Medan.
PT Perintis Perkasa menyediakan pelayanan jasa berupa service dan suku cadang spare part. PT Perintis Perkasa menerapkan sistem kerja 6 hari dalam seminggu, dengan jam kerja bengkel
pada hari Senin sd Jum‟at jam 08.00-17.00 WIB, dan pada hari Sabtu jam 08.00-15.00 WIB. Karyawan
–karyawan PT Perintis Perkasa terdiri dari Kepala Bengkel, Customer Relation Coordinator CRC, Service Adviser SA, Foreman FO, Pembagi Tugas Mekanik PTM, dan
lain sebagainya. PT Perintis Perkasa memiliki target kerja untuk seluruh karyawan Service Adiviser SA
yang berjumlah 6 orang untuk menangani customer sebanyak 60 orang customer per hari. Maka dari itu, setiap karyawan Service Adviser SA harus menangani 8 sampai 10 orang customer per
hari. Hal ini sesuai dengan Visi dan Misi PT Perintis Perkasa yaitu menjadi dealer utama otomotif kendaraan pada roda empat nomor 1 di Indonesia yang berkompeten dan mampu
bersaing secara sehat dengan memberikan pelayanan semaksimal mungkin kepada customer dan memberikan fasilitas yang bertaraf internasional.
Karyawan Service Adviser SA mempunyai peranan yang sangat penting di Toyota, karena Service Adviser SA merupakan karyawan yang bertugas menerima customer yang
datang ke bengkel, mendiagnosa kerusakan awal mobil yang akan di servis, mengestimasi biaya dan waktu pekerjaan dan selanjutnya membuat PKB Perintah Keja di Bengkel . Service Adviser
SA juga dihimbau dan diharuskan menawarkan jasa dan produk bengkel kepada customer tentang perawatan mobil yang digunakan customer. Service Adviser SA mengestimasikan juga
tentang biaya jasa perbaikan dan jasa produk yang akan digunakan baik yang SBE Servis Berkala Eksternal, SBI Servis Berkala Internal maupun biaya pengganti suku cadang yang
rusak. Service Adviser SA menjanjikan waktu proses penyerahan kendaraan yang diperbaiki dan bisa juga menunda waktu perbaikan kendaraan. Kemudian Service Adviser SA
menghubungi customer, lalu Service Adviser SA menanyakan tentang kepuasan customer. Karyawan Service Adviser SA setiap harinya dihadapkan pada situasi kerja menangani
customer secara langsung dengan berbagai macam tingkah pola dari sifat customer, seperti marah-marah dan tidak sabar. Meskipun terkadang emosi mereka dapat juga terpancing karena
berhadapan dengan customer yang marah-marah atau complain. Tetapi mereka dituntut harus dapat mengontrol emosi mereka agar tidak ikut juga atau terpancing emosinya karena
berhadapan dengan customer yang seperti itu. Ini merupakan tantangan ataupun tuntutan dari pekerjaan mereka, karena mereka dituntut untuk memberikan pelayanan semaksimal mungkin
dan bekerja secara profesional. Hal inilah yang dapat menjadi pemicu atau faktor yang berperan dalam terjadinya gejala stres kerja.
Berdasarkan survey awal yang telah peneliti lakukan, dapat diketahui bahwa karyawan Service Adviser SA rentan mengalami gejala stres kerja. Para karyawan Service Adviser SA
mengalami sakit kepala atau pusing, susah tidur, gangguan pencernaan, dan emosi tidak stabil atau mudah marah. Hal ini merupakan tanda-tanda atau gejala-gejala akibat dari stres kerja
Munandar AS, 2001.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor di dalam pekerjaan yang berperan dalam terjadinya gejala stres kerja pada
karyawan Service Adviser SA di PT Perintis Perkasa Medan tahun 2013.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor di dalam pekerjaan yang berperan dalam terjadinya gejala stres kerja pada karyawan Service Adviser SA di PT Perintis Perkasa Medan tahun 2013.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui faktor-faktor di dalam pekerjaan berupa beban kerja yang berperan dalam
terjadinya gejala stres kerja pada karyawan Service Adviser SA di PT Perintis Perkasa Medan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor di dalam pekerjaan berupa tanggung jawab kerja yang
berperan dalam terjadinya gejala stres kerja pada karyawan Service Adviser SA di PT Perintis Perkasa Medan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor di dalam pekerjaan berupa hubungan interpersonal yang
berperan dalam terjadinya gejala stress kerja pada karyawan Service Adviser SA di PT Perintis Perkasa Medan.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi PT Perintis Perkasa Medan, khususnya pada
karyawan Service Adviser SA mengenai faktor-faktor di dalam pekerjaan yang berhubungan dengan stres akibat pekerjaan.
2. Sebagai bahan informasi dan pembelajaran untuk peneliti.
3. Sebagai bahan Informasi dan pembelajaran untuk penelitian selanjutnya.