respon stressor yang telah dimulai pada tahap sebelumnya. Mekanisme penanggulangan ini ternyata dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan bagi perkembangan mental
individu. Kenyataannya, individu cenderung untuk lebih baik dalam melaksanakan penanggulangan dengan cara yang cepat daripada cara yang lebih lama dan mencoba
melarikan diri dari kondisi yang kurang menyenangkan. Sayangnya, cara penanggulangan yang cepat, walaupun paling mudah, biasanya tidak memadai karena dengan cara ini
biasanya akan timbul masalah-masalah sekunder pada jangka panjang dalam bentuk menurunnya penampilan diri. Pada tahap ini, individu sungguh-sungguh membutuhkan
pertolongan untuk mengidentifikasi cara-cara penanggulangan yang dapat menolong dirinya untuk memahami keuntungan dari cara penanggulangan yang lebih lama.
3. Tahap Kelelahan
Respons terhadap stres pada dasarnya sehat dan penting untuk menimbulkan daya motivasi dan adaptasi seseorang. Bila beban mental terlalu berat atau tidak dapat menemukan solusi
yang memadai, individu tersebut akan menanggung banyak kesukaran. Stres yang lama dan berkelanjutan dapat menimbulkan masalah-masalah yang menahun, sehingga individu akan
menderita suatu kelelahan yang berat seakan-akan semua cadangan energi menghilang dan menimbulkan depresi.
Gejala fisik dari tahap awal kelelahan tampak sebagai perasaan lelah yang berlebihan, lemah, dan tidak memiliki daya. Tanda-tanda non spesifik lainnya biasanya dalam bentuk
penglihatan yang kabur, rasa pusing, vertigo, tangan tremor, nyeri otot, palpitasi, napas terasa berat, nyeri dada, sesak napas atau gangguan pernapasan yang lain, gejala gangguan
saluran pencernaan seperti rasa kering di mulut, rasa leher tercekik, mual atau muntah, konstipasi yang menahun, diare atau sakit perut yang melilit. Berat badan bertambah atau
bahkan menjadi kurus, perubahan pola makan dalam bentuk berkurangnya nafsu makan atau nafsu makan malah menjadi lebih besar, atau menurutkan hati untuk makan cokelat secara
berlebihan, dan lain-lain. Individu yang berada dalam tahap kelelahan biasanya dapat menyembunyikan gejalanya jika berada di tempat kerja, kecuali kalau terasa sangat lelah
maka individu tersebut cenderung untuk bolos kerja. Namun, sayangnya gejala ini tidak hanya timbul di tempat kerja, dapat juga muncul saat individu berada di rumah atau dimana
saja, sehingga individu menjadi sangat menderita. Gejala emosi saat stres pada tahap kelelahan berhubungan dengan sindrom depresi dan
frustasi, manifestasinya dalam bentuk tangisan yang tak terkontrol, perasaan takut mati, tidak berani bicara di depan publik, mudah terkejut, tidak suka berteman atau bertemu keluarga
atau menyalurkan hobinya, kurang perhatian pada hal-hal personal seperti olahraga, pakaian dan makan. Pada kasus-kasus yang ekstrem, individu dapat merusak diri atau percobaan
bunuh diri, mudah marah, dingin dan kaku pada orang lain, serta diiringi perasaan bersalah yang berlebihan. Serangan panik dan gelisah dapat mengakibatkan kesulitan dalam
melaksanakan pekerjaan sehingga akan menambah stres di tempat kerja karena gejala tersebut terlihat oleh temen-temen kerjanya.
Disfungsi mental pada tahap kelelahan tampak sebagai gangguan tidur, seperti sulit bangun tidur, bangun tidur terlalu dini yang disertai dengan mimpi buruk, hilangnya daya konsentrasi
dan koordunasi. Hal ini mendorong timbulnya gangguan penampilan di tempat kerja dan kemampuan untuk mempertimbangkan suatu masalah, sehingga tidak jarang timbul perilaku
negatif dalam melaksanakan pekerjaan atau sering kali timbul keraguan-raguan dalam memutuskan suatu masalah. Di tempat kerja, tanda-tanda disfungsi mental biasanya lebih
mudah tampak daripada tanda-tanda gangguan fisik karena gejala tersebut berhubungan