Temuan TEMUAN, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

146

BAB V TEMUAN, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Temuan

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa temuan sebagai berikut: 1. Kawasan wisata Kaliurang memiliki potensi cukup besar bagi pengembangan kegiatan wisata, baik potensi fisik, sosial maupun potensi adat budaya. Potensi fisik berupa kondisi alam Merapi merupakan modal besar bagi pengembagan berbagai kegiatan wisata terutama wisata alam dan wisata oleh raga. Pemahaman masyarakat Kaliurang yang cukup positif terhadap kawasan maupun terhadap TNGM membawa konsekuensi hampir tidak adanya penolakan masyarakat Kaliurang terhadap penetapan TNGM. Hal ini dapat dijadikan sebagai modal dalam pelibatan masyarakat guna memperoleh dukungan bagi pengelolaan kawasan yang lestari. Kekayaan adat dan budaya masyarakat sekitar juga dapat dikembangkan sebagai alternatif atraksi wisata Kaliurang. 2. Di Kaliurang dan zona pemanfaatan wisata alam Turgo – Plawangan, pengembangan kegiatan wisata dapat dilakukan sebagaimana yang berjalan saat ini, seperti menikmati pemandangan dari gardu pandang Kali Boyong, menikmati pemandangan hutan wisata Kalikuning, hutan wisata Kaliurang, Turgo dan Plawangan serta jenis wisata lainnya yang tidak bersinggungan langsung dengan kepentingan pengelolaan TNGM. Pengembangan tersebut termasuk prasarana dan sarana penunjang serta fasilitas lainnya, seperti Format t ed: Bullets and Numbering 147 pengembangan jaringan air besih, listrik dan telekomunikasi serta pondok wisata, pusat informasi, canopy trail, shelter dan jalan setapak. 3. Pada zona rimba, beberapa kegiatan wisata yang selama ini sudah berjalan, untuk selanjutnya perlu dikendalikan dan diatur agar tidak mengganggu fungsi kawasan dan kehidupan liar yang ada. Pengendalian dan pengaturan ini meliputi jumlah kunjungan maupun jumlah pengunjung, tipe kegiatan, waktu kunjungan dan ruang-ruang pemanfaatan yang diijinkan. Kegiatan wisata itu antara lain perkemahan di Kaliadem dan pendakian puncak Merapi karena aktivitasnya seringkali merambah hingga ke zona rimba, bahkan ke zona inti 1 dan zona khusus. Pengembangan prasarana dan sarana yang dilakukan berupa jalan setapak. 4. Kegiatan wisata pada zona Labuhan dilakukan dalam kerangka pengembangan wisata budaya dan perlu diatur dan dikendalikan sebagaimana kegiatan pada zona rimba, mengingat zona ini berada di antara zona rimba dan zona inti 1. Pengembangan prasarana dan sarana hampir tidak dilakukan pada zona ini, kecuali untuk kepentingan upacara Labuhan. Di samping itu juga mengingat bahwa kegiatan ini sepenuhnya dilaksanakan oleh Kraton Yogyakarta. 5. Jenis kegiatan wisata baru yang dapat dikembangkan antara lain : lari lintas alam, penjelajahan hutan Merapi, pengamatan flora dan fauna, mountainering, panjat tebing, sepeda gunung, pengamatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi, hashing dan penulusuran gua. Namun pengembangannya perlu memperhitungkan daya dukung lingkungan melalui batasan-batasan yang ada karena sebagian jenis kegiatan ini memanfaatkan zona rimba pada TNGM. 148 6. Dalam perencanaan dan pengelolaan TNGM saat ini, peran serta masyarakat Kaliurang belum dimaksimalkan. Mengingat pemahaman masyarakat Kaliurang terhadap TNGM yang cukup positif, alangkah mubazirnya bila kesempatan untuk mendapatkan dukungan yang masif dari masyarakat tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah. Adanya sedikit kekhawatiran masyarakat tidak menutup kemungkinan akan menjadi faktor pengganggu yang cukup serius bagi keberhasilan pengelolaan TNGM di masa datang. 7. Pengembangan agrowisata di Kawasan Kaliurang dan sekitarnya, khususnya pada kawasan penyangga, memiliki nilai yang strategis. Pertama, untuk diversifikasi produk wisata sehingga mampu memecah konsentrasi pengunjung sehingga beban kawasan tidak hanya bertumpu pada hutan dan lingkungannya. Ke dua, mampu mengendalikan penyusutan ruang terbuka hijau dari desakan pembangunan fisik. Hal ini berarti turut memberikan kontribusi dalam menjaga fungsi kawasan sekitar Merapi.

5.2. Kesimpulan