Prospek Pengembangan Kegiatan Wisata Budaya

121 TABEL IV.8 PROSPEK PENGEMBANGAN KEGIATAN WISATA OLAH RAGA Jenis Kegiatan Yang Ada Analisis Kesimpulan Potensi Kegiatan Kriteria 1. Pendakian Plawangan zona pemanfaatan 2. Pendakian Turgo z. pemanfaatan 3. Pendakian Merapi z. rimba, z. inti 1 dan z. khusus 4. Penelusuran gua Jepang z. pemanfaatan 5. Golf luar kawasan 1. Penjelajahan hutantreking 2. Mountaineering 3. Panjat tebing 4. Survival 5. Lari lintas alam 6. Jelajah dasar sungai 7. Berenang 8. Hashing 9. Sepeda gunung 1. Zona Pemanfaatan wisata alam Turgo- Plawangan merupakan zona bagi pengembangan kegiatan wisata 2. Pada zona rimba pengembangan wisata alam boleh dilakukan secara terbatas 3. Pada zona khusus dan zona inti 1 pada dasarnya tidak dijinkan pengembangan 4. Pada zona inti 2 mutlak tidak diijinkan adanya pengembangan 1. Pengembangan kegiatan wisata olah raga pada zona pemanfaatan wisata alam Turgo-Plawangan dapat dilakukan sebagaimana yang ada saat ini 2. Pengembangan kegiatan wisata olah raga pada zona rimba harus dilakukan secara selektif 3. Berbagai jenis kegiatan wisata baru yang dapat dikembangkan yaitu : treking, mountainering, panjat tebing, survival, lari lintas alam, hashing pada zona pemanfaatan dan zona rimba serta jelajah dasar sungai, sepeda gunung, berenang di Kaliurang dan sekitarnya Sumber : Hasil Analisis

4.2.1.3. Prospek Pengembangan Kegiatan Wisata Budaya

Beberapa kegiatan kesenian rakyat dan adat istiadat yang berkembang dapat menjadi salah satu daya tarik wisata di kawasan ini. Meskipun bukan merupakan daya tarik andalan, namun pementasan kesenian tradisional secara rutin sering diadakan, antara lain seperti kuda lumping, terutama pada hari-hari libur. Penyelenggaraan pentas kesenian tradisional seringkali juga memanfaatkan momen upacara Labuhan sebagaimana disampaikan Kardi, “... Kesenian rakyat biasanya diadakan dan dikemas dalam satu paket dengan kegiatan upacara Labuhan, yakni mulai H-7. Upacara Labuhan sendiri pelaksanaannya sepenuhnya Format t ed: Bullets and Numbering 122 merupakan wewenang Kraton Yogyakarta”. Upacara labuhan Merapi yang dilaksanakan satu tahun sekali juga merupakan daya tarik tersendiri, di samping pesanggrahan Ngeksigondo yang memiliki arsitektur khas Kraton Yogyakarta serta makanan tradisional jadah tempe. Sementara itu, jenis-jenis kesenian seperti ketoprak, wayang kulit dan wayang orang serta atraksi wisata pedesaan dan kerajinan rakyat adalah potensi budaya yang saat ini belum cukup berkembang sebagai salah satu atraksi wisata di Kaliurang. Demikian juga halnya dengan potensi pasar bagi jenis kegiatan wisata ini di Kaliurang. Bagi wisatawan, saat ini atraksi wisata budaya belum menjadi tujuan mereka mengunjungi Kaliurang. Pengembangan kegiatan wisata budaya saat ini diarahkan pada apresiasi budaya pedesaan di Dusun Turgo dan Kinahrejo, museum Ullen Sentalu, Pesanggrahan Ngeksigondo, festival atau event tradisional Subdin Pariwisata Kabupaten Sleman, 2001. Pengembangan wisata ini dilakukan terutama di Kaliurang serta di desa-desa sekitarnya. Secara khusus, pengembangan jenis wisata ini tidak disinggung dalam rencana pengelolaan TNGM meskipun dalam rencana zonasi telah ditetapkan adanya zona budaya labuhan. Di samping itu, kegiatan kesenian dan atraksi wisata budaya selama ini dilakukan di luar kawasan TNGM. Adanya penetapan zona Budaya Labuhan ini sesuai dengan pernyataan bahwa pengembangan pariwisata pada kawasan dilindungi harus bersifat ramah lingkungan termasuk lingkungan sosial budaya Yoeti, 2000, yaitu dengan tetap mempertahankan budaya dan adat istiadat lokal Nugroho, 2004; Yoeti, 2000 sebagai salah satu atraksi wisata Fandeli, 2002; Wahab, 1996. 123 Jadi meskipun kegiatan wisata budaya di Kaliurang tidak memiliki prospek sebesar kegiatan wisata alam dan wisata olah raga, tetapi kegiatan wisata jenis ini tetap dapat dikembangkan sebagaimana yang ada saat ini, meskipun tidak secara khusus dikelola oleh TNGM. Pengembangan jenis wisata ini hampir tidak menimbulkan konflik kepentingan dengan pengelolaan TNGM, karena dilakukan di luar kawasan pelestarian dan desa-desa di sekitar kawasan serta kegiatan yang dilakukan tidak secara langsung mengandalkan pada unsur lingkungan atau alam, sehingga hampir tidak membebani atau tidak menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan alam. Rumusan tersebut digambarkan sebagaimana Tabel IV.9 berikut. TABEL IV.9 PROSPEK PENGEMBANGAN KEGIATAN WISATA BUDAYA Atraksi Wisata Analisis Kesimpulan Potensi Kegiatan Kriteria 1. Kesenian tradisional kuda lumping di Kaliurang 2. Pesanggrahan Ngeksigondo di Kaliurang 3. Upacara Labuhan Merapi Dsn Kinahrejo – zona Labuhan 4. Makanan khas jadah tempe 1. Kesenian tradisional ketoprak, wayang kulit, wayang orang 2. Wisata pedesaan Dsn. Turgo dan Dsn. Kinahrejo 3. Pengembangan kerajinan rakyat 4. Mengunjungi Museum Ullen Sentalu 1. Pengembangan kegiatan wisata harus bersifat ramah lingkungan terma- suk lingkungan sosial budaya 2. Pengembangan kegiatan harus mempertahankan budaya dan adat istiadat lokal sebagai salah satu atraksi wisata Jenis kegiatan wisata budaya dapat terus dikembangkan karena secara umum tidak ada konflik kepentingan dengan TNGM, dilakukan di Kaliurang, zona budaya labuhan dan di desa-desa sekitarnya Sumber : Hasil Analisis Format t ed: Bullets and Numbering 124

4.2.1.4. Prospek Pengembangan Kegiatan Agrowisata