132
4.2.3.2. Prospek Pengembangan Pengelolaan Pariwisata Kaliurang
Pengelolaan pariwisata di Kaliurang saat ini melibatkan beberapa pihak, baik pemerintah daerah maupun swasta. Masing-masing pihak tersebut memiliki
‘kapling’ yang berbeda-beda. Beberapa aparat terkait di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman mengemukakan:
Pengelolaan beberapa obyek wisata di Kaliurang ditangani oleh beberapa pihak. Secara umum, kawasan wisata Kaliurang dikelola oleh Pemerintah daerah
Kabupaten Sleman. Hutan lindung berada di bawah pengelolaan Dinas Kehutanan Propnsi DIY, sedangkan beberapa obyek tertentu dikelola oleh PD Argajasa
Kardi. Pengelola di kawasan Kaliurang terdiri beberapa pihak, yaitu : BKKD d.h.
Dispenda mengelola pintu gerbang masuk Kaliurang, PT. Anindya mengelola taman rekreasi, PAM, tempat parkir, kios dan homestay, Dinas Kehutanan
Propinsi mengelola kawasan hutan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman mengelola gardu pandang, embung Tlogoputri, kios-kios,
panggung hiburan, tempat mainan anak-anak, kios buah dan suvenir Hariyadi.
Koordinasi yang telah dijalankan di antara pihak-pihak tersebut selama ini berupa kesepakatan bagi hasil, sebagaimana disampaikan Hariyadi, “Yang
dimaksud dengan koordinasi antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman dengan PT. Anindya adalah berupa kesepakatan bagi hasil, meskipun
sampai dengan saat ini belum tuntas”. Berkaitan dengan adanya TNGM, meskipun pengelolaan pariwisata merupakan bagian dari pengelolaan taman
nasional, tetapi pengelolaan pariwisata di Kaliurang tetap akan mengakomodasikan pihak-pihak yang selama ini sudah terlibat dalam pengelolaan
wisata di Kaliurang, termasuk juga kelompok-kelompok yang ada di masyarakat Kaliurang.
Pengelolaan wisata ke depannya tetap akan mengakomodasikan pihak-pihak yang selama ini telah terlibat di dalamnya, karena bila dipaksakan untuk dikelola oleh
pusat pun belum tentu mampu, terutama aspek tenaga kerja. Petugas yang selama
133
ini ada di lapangan masih merupakan tenaga-tenaga dari pihak-pihak tersebut Nuryadi.
Dengan demikian pengelolaan pariwisata Kaliurang pasca TNGM tidak akan
mengabaikan pihak-pihak terkait yang selama ini sudah terlibat dalam pengelolaan pariwisata, bahkan dengan makin berkembangnya aktivitas
pariwisata peran para pihak tersebut menjadi semakin penting. Pengembangan kegiatan wisata terutama dilakukan pada zona
pemanfaatan wisata alam Turgo – Plawangan, zona Labuhan Merapi dan zona rimba secara terbatas serta desa-desa di sekitarnya. Terutama pada zona Labuhan
Merapi dan zona rimba, pemanfaatan dilakukan dengan pertimbangan tidak menimbulkan gangguan terhadap fungsi kawasan. Jumlah kunjungan, jumlah
pengunjung dan waktu kunjungan akan dikendalikan. Tipe kegiatan, perilaku pengunjung serta pemandu yang dibutuhkan akan ditetapkan dan diatur. Kapan
kunjungan boleh dilakukan dan kapan tidak boleh dilakukan serta berapa lama kunjungan maksimal yang diijinkan, ditetapkan secara cermat Setiadi, 2000. Di
bagian mana dari zona yang boleh dikunjungi, bagaimana mengarahkan pengunjung dan bagaimana membagi beban kawasan akan menjadi perhatian
penting Hammit dan Cole, 1987: 244 – 285. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa sektor
pariwisata akan menjadi bagian dari pengelolaan TNGM dengan mengakomodasikan pihak-pihak yang selama ini telah terlibat di dalamnya.
Beberapa bagian kawasan taman nasional akan dimanfaatkan untuk pariwisata dengan intensitas yang berbeda-beda. Zona pemanfaatan wisata alam Turgo-
Plawangan adalah yang paling tinggi intensitas pemanfaatannya. Zona labuhan
134
Merapi hanya dimanfaatkan untuk pelaksanaan upacara labuhan satu tahun sekali dan zona rimba dimanfaatkan secara terbatas untuk kegiatan pariwisata alam
dengan berbagai ketentuan yang membatasi aktivitas pariwisata yang dilakukan di dalamnya. Rumusan tersebut digambarkan dalam Tabel IV.13.
TABEL IV.13 PROSPEK PENGEMBANGAN PENGELOLAAN PARIWISATA
Kondisi Analisis
Kesimpulan Potensi
Kriteria 1. Pengelolaan saat ini
melibatkan berbagai pihak :
- Pemda Sleman - Dishut Prop. DIY
- PDAM - PT. Anindya
2. Koordinasi yang dilakukan dalam
bentuk bagi hasil 1.
Aktivitas masyarakat
Kaliurang terkait erat dengan
kegiatan pariwisata yang ada
2. Petugas lapangan
yang ada berstatus sebagai tenaga dari
para pihak terkait 1.
Zona Pemanfaatan wisata alam adalah
area yang disediakan untuk pengembangan
pariwisata 2.
Zona Labuhan untuk pelaksanaan kegiatan
upacara Labuhan Merapi
3. Zona Rimba dapat
digunakan untuk kegiatan wisata alam
terbatas 4.
Tujuan pengelolaan TNGM untuk :
Penelitian, ilmu Pengetahuan,
Pendidikan, budidaya, pariwisata dan rekreasi
1. Pengelolaan pariwisata
akan menjadi bagian dari pengelolaan
TNGM 2.
Pengelolaan akan mengakomodasikan
pihak yang selama ini telah terlibat di
dalamnya termasuk masyarakat
3. Pada zona
pemanfaatan pengembangan wisata
dilakukan dengan intensitas cukup tinggi
dengan melibatkan pihak-pihak tersebut
4. Pada zona rimba dan
zona labuhan serta desa-desa di sekitarnya
pengembangan dilakukan secara
terbatas
Sumber : Hasil Analisis
4.2.3.3. Prospek Pengembangan Peran Serta Masyarakat