117
untuk mengkaji fakta yang terdapat pada lokasi penelitian. Dalam mengkaji fakta ini dipergunakan analisa SWOT terhadap kondisi internal SW yang dimiliki
maupun kondisi eksternal OT yang berpengaruh terhadap upaya pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan di Desa Wisata Tingkir.
SWOT merupakan alat tool yang dapat dipakai untuk menganalisis kualitatif. Merupakan suatu metode analisis yang akan menggambarkan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman, serta kendala-kendala yang harus dihadapi dalam suatu proses perencanaan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan,
maka diharapkan akan mampu mengurangi kelemahan yang ada dan pada saat yang sama memaksimalkan kekuatan. Hal yang sama juga berlaku pada tantangan
dan peluang, dimana pada saat tantangan dapat diperkecil, peluang yang ada justru diperbesar.
Dibawah ini akan diuraikan analisis terhadap kondisi yang ditemui dalam upaya pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan di Desa Wisata Tingkir,
yang meliputi analisis kondisi internal dan analisis kondisi eksternal.
a. Analisis Kondisi Internal.
Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Salatiga dalam mengembangkan agrowisata berwawasan lingkungan di Desa Wisata
Tingkir, meliputi:
Kekuatan Strengths
1. Salatiga dikenal sebagai kota transit pariwisata, apabila agrowisata dibangun dengan konsep berwawasan lingkungan, maka akan mudah mendatangkan
wisatawan, sehingga lebih mudah meningkatkan statusnya dari kota transit wisata menjadi kota tujuan wisata.
118
2. Letak Kota Salatiga staregis, berada pada segitiga wisata “Joglo Semar”, memiliki panorama indah dan banyak ditemui bangunan kuno bersejarah, akan
menjadi daya tarik lain selain pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan.
3. Aksesbilitas, ketersediaan moda angkutan memadadi, berada pada jalur transpotasi Jakarta – Surabaya, melalui Semarang-Surakarta, memudahkan
pengunjung menuju lokasi wisata. 4. Terbangunnya hotel berbintang empat dan resort serta sedang dibangun hotel
berbintang lainnya. 5. Adanya obyek wisata yang sudah dikenal di sekitar Salatiga seperti agrowisata
Kampoeng Kopi Perkebunan Banaran, Kopeng dan taman air di Muncul. Pengunjung yang akan menuju pada salah satu obyek wisata ini banyak
melalui Kota Salatiga, diharapkan pengunjung singgah pada kawasan agrowisata berwawasan lingkungan.
6. Adanya pusat kursus pertanian Taman Tani berdiri sejak tahun 1965, sangat dikenal di tanah air, akan mendukung dalam upaya mengembangan budidaya
agro. 7. Memiliki jenis tanah latosol coklat dan coklat tua, pada lokasi pengembangan
agro tidak terdapat tanah yang tidak subur, sehingga mudah membudidayakan agrowisata.
8. Mata pencaharian penduduk sebagian besar pertanian, akan mempermudah pengembangan budidaya agro.
9. Adanya jenis buah-buahan langka yang dapat dikembangkan sebagai buah khas dari Salatiga.
119
10. Masyarakat setempat sangat menjaga fungsi tanah sebagaimana peruntukannya, hal ini diketahui dengan adanya kelompok petani dari
Kelurahan Tingkir Tengah pernah mengirim surat kepada Walikota Salatiga, mereka merasa keberatan apabila tanah-tanah pertanian eks Bengkok
dialihfungsikan menjadi peruntukan lain. 11. Memiliki potensi alam, seperti sawah, kebun, dan sumber air yang mengalir
sepanjang tahun. 12. Keberadaan sawah, kebun dan sumber air terjaga kelestariannya sehingga
tetap berfungsi sebagai penyeimbang hidrologis setempat. 13. Adanya sanggar-sanggar kesenian yang dapat dikembangkan sebagai salah
satu daya tarik bagi wisatawan.
Kelemahan Weaknesses
1. Sebagian besar masyarakat dan aparatur Pemkot Salatiga belum memahami konsep agrowisata berwawasan lingkungan.
2. Belum adanya keseriusan Pemerintah Kota Salatiga dalam mengangani kepariwisataan, khususnya pada Desa Wisata Tingkir.
3. Belum adanya perencanaan yang baku dalam mewujudkan kepariwisataan berwawasan lingkungan di Kota Salatiga.
4. Adanya keragu-raguan dari masyarakat terhadap Pemerintah Kota Salatiga untuk mengelola pengembangan pariwisata agro.
5. Masih terbatasnya perhatian dan kapasitas sumberdaya manusia dalam menangkap peluang sektor wisata.
6. Belum adanya sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan dalam pengembangan pariwisata.
7. Adanya kecenderungan pengelolaan pariwisata tidak berkelanjutan.
120
8. Adanya kecenderungan budidaya agro tidak berwawasan lingkungan. 9. Belum adanya dukungan dana yang memadai untuk pengembangan
pariwisata yang berkelanjutan. 10. Terbatasnya lahan kering pertanian di Kelurahan Tingkir Lor.
11. Penyusunan program pariwisata masih sepotong-sepotong, seperti rencana pembangunan Desa Wisata Tingkir hanya sampai penyusunan buku master
plan dan detail engenering. 12. Adanya keinginan untuk membangun obyek wisata langsung menjadi besar,
tidak dilakukan secara bertahap dengan perencanaan yang baik, sedangkan dana yang dimiliki terbatas.
13. Masyarakat setempat belum mengetahui langkah-langkah apa yang perlu dilakukan dalam mengembangkan potensi wisata, khususnya pengembangan
budidaya agro. 14. Sarana dan prasarana pendukung obyek wisata belum memadai.
b. Analisis Kondisi Eksternal.