175
perkotaan. Malaysia di kenal oleh dunia sebagai penghasil karet dan kepala sawit, lahan pertanian di Malaysia terbatas, untuk meningkatkan
produksinya mereka mengembangkan usaha pada beberapa perkebunan seperti di Jambi, Sumatera Selatan dan beberapa provinsi di daratan Pulau
Sumatera yang pernah penulis kunjungi.
b. Memberikan keuntungan ekonomi bagi obyek agrowisata.
Beberapa obyek wisata agro yang dikunjungi dalam pengamatan penulis mempunyai konsep yang berbeda-beda. Kanpoeng Kopi Banaran,
Kabupaten Semarang misalnya, lebih banyak dikunjungi wisatawan transit. Menurut petugas penyaji makanan dan kasirnya, mereka jarang
menemui orang yang pernah berkunjung di Banaran, dalam waktu dekat mengunjungi lagi, kalaupun ada, jangka waktunya cukup lama. Berbeda
dengan Ekowisata Air, Boyolali, petugas penjual karcis hampir hafal wajah-wajah pengunjungnya, karena ada yang hampir setiap hari minggu
mengantar anaknya untuk berenang, untuk main-main di air kecehan. Pengunjung Ekowisata Air ini kebanyakan datang membawa makanan dari
rumah yang dimakan bersama keluarga pondok-pondok yang disediakan. Di kolam renang Tlatar ini pengunjung untuk masuk ke dalam kolam
renang tidak wajib mengenakan pakaian renang, asal berpakaian pantas, pengunjung dapat menikmati kebebasan bermain air di kedalaman
setengan meter dan satu meter. Dengan memberikan kebebasan kepada pengunjungnya termasuk membawa makanan dari rumah, ternyata
176
menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung wisata air ini, dengan harga tiket masuk cukup murah hanya Rp.3.000,-
Berbeda dengan di Jawa Timur Park, pengunjung dilarang membawa makanan masuk ke lokasi wisata, namun demikian harga makanan di
dalam lokasi wisata relatif murah, apabila dibandingkan dengan di Banaran, Kabupaten Semarang. Untuk jenis makanan yang sama, mie
rebus, di Banaran satu porsi Rp. 7.500,- sedangkan di Jawa Timur Park hanya Rp. 3.500,-. Untuk minuman teh, di Banaran Rp. 3.500,-, di Jawa
Timur Park hanya Rp.1.000,-. Sumber-sumber pemasukan dana pada masing-masing obyek juga
berbeda. Obyek yang sejak semula dirancang sebagai agrowisata biasanya ada bea masuk, seperti Kusuma Agrowisata, misalnya. Dana yang
diperoleh dari bea masuk tersebut menjadi salah satu sumber pemasukan yang cukup besar, disamping sumber pemasukan lainnya dari budidaya
agro. Bea masuk dapat dikatakan sebagai kompensasi yang harus dikeluarkan oleh pengunjung atas keindahan dan kenyamanan suasana
yang dinikmati. Adapula obyek wisata yang memberlakukan sistem karcis ganda. Jawa
Timur Park memberlakukan sistem karcis ganda, namun juga menjual satu karcis untuk semua obyek. Dengan sistem ini pengunjung dapat memilih
atraksi apa yang ingin dinikmatinya. Harga karcis untuk semua atraksi yang dapat dinikmati Rp. 60.000,- sedangkan harga karcis tidak termasuk
177
untuk masuk ke atraksi pipa kaca, mainan go car, rumah hantu, formula one, peluncuran Rp. 45.000,-.
Tempat-tempat usaha budidaya yang kemudian berkembang menjadi agrowisata umumnya tidak memberlakukan bea masuk. Salah satu contoh
di Banaran, Kabupaten Semarang. Keuntungan yang diperoleh adalah dari hasil menjual makanan, menyewakan kendaraan wisata untuk berkeliling
kebun dan menyewakan lapangan tenis. Namun pada agrowisata teh di Pagilaran, Batang pengunjung di tarik karcis masuk yang dikoordinir oleh
pemuda warga setempat. Banyaknya pembeli yang senang datang langsung ke pusat budidaya
dengan alasan rekreasi, banyak pilihan jenis tanaman, komoditas lebih prima dan harga relatif lebih murah. Pembeli dalam jumlah partai kecil
juga tidak merasa rugi mendatangi langsung ke pusat budidaya karena juga mendapat manfaat rekreasi, seperti yang dijumpai pasar agro di Jawa
Timur Park. Untuk memperluas segmen pengunjung obyek agrowisata berwawasan
lingkungan bila dikembangkan di Desa Wisata Tingkir, dapat disediakan kegiatan dan hiburan yang berkaitan dengan pertanian secara luas,
permainan anak-anak dengan nuansa alam pedesaan dan permainan tradisional pada masa lalu yang bisa dihidupkan kembali, sebagai ajang
nostalgia bagi orang tua yang mendampingi dan sekaligus mengajari anak- anaknya memainkan “dolanan”. Bagi kalangan pelajar, mahasiswa,
ilmuwan, wiraswastawan, atau untuk sekedar kesenangan dapat
178
ditawarkan minat khusus seperti kursus budidaya pertanian. Di Jawa Timur Park, pengunjung yang akan belajar budidaya pertanian diberi
pelajaran gratis oleh instruktur yang disediakan pengelola obyek wisata, seperti cara bercocok tanam, cara menanam hidroponik, dan jenis
pengelolaan tanaman pertanian lainnya. Di Kelurahan Tingkir Lor dengan suasana desa yang berada di
perkotaan, paket yang dapat ditawarkan kepada wisatawan seperti teknik perbanyakan tanaman, pemeliharaan tanaman, pengenalan jenis-jenis
tanaman, pemberantasan hama dan penyakit, cara membuat kompos, usaha meningkatkan hasil panen. Dapat pula diselenggarakan kegiatan sejenis
festival tanaman seperti yang sering diselenggarakan di Soropadan, Temanggung.
Untuk memperoleh keuntungan juga terbuka lebar, seperti mempertahan sawah sebagai penghasil padi. Kondisi ini dapat dijual
kepada pengunjung sejak membajak sawah, menanam padi hingga panen, dapat dilakukan sendiri oleh pengunjung didampingi petani setempat.
Pengunjung dapat turun ke sawah belakukan “ani-ani”. Hasil budidaya tanaman untuk petik buah sendiri, juga akan menjadi daya tarik bagi
pengunjung. Demikian pula fotografi juga merupakan salah satu alat pencetak uang,
bagi pengunjung yang datang ke obyek tidak membawa alat pemotret atau kamera handycam, pengelola dapat menyewakan sekaligus dengan
operatornya.
179
Wisatawan yang memanfaatkan jasa ini, sebelum meninggalkan lokasi sambil menunggu pemindahan gambar ke CD misalnya, dapat disuguhi
atraksi-atraksi lainnya seperti misalnya film dokumenter Kota Salatiga, sehingga pengunjung yang tidak sempat berkeliling Kota Salatiga dapat
menikmatinya melalui layar televisi.
6. Pembangunan secara bertahap.
Untuk mewujudkan agrowisata diperlukan adanya dana. Besar kecilnya dana tergantung dari obyek yang akan diciptakan. Kusuma Agrowisata, Batu,
Malang yang dibangun tahun 2000, semula hanya ditanami apel di atas tanah bebatuan seluas 4 hektar. Supaya bibit apel dapat berkembang dengan baik,
pengelola membuat lobang tanah sebesar + 1 m
2
, dan menyingkirkan batu- batu diganti dengan urugan tanah yang diambilkan dari Kecamatan Jugo,
Malang. Kini di atas tanah bebatuan itu berkembang tanaman apel, jeruk, atraksi-atraksi buatan lainnya, rumah kaca dan hotel, menempati tanah seluas
12 ha yang dikelola oleh perusahaan keluarga PT. Bunga Wangsa Sejati. Demikian pula dengan Ekowisata Air, Tlatar, Boyolali pada awal
berdirinya tahun 1997 dimulai hanya dengan kolam renang berukuran 50x25x2,4 m, kemudian berkembang pemancingan dan kolam renang ukuran
kecil, pada saat ini telah berkembang menjadi Ekowisata Taman Air menempati lahan seluas 1,5 hektar.
Apabila di Salatiga akan dibangun agrowisata berwawasan lingkungan, dapat dimulai dari usaha yang berskala kecil, secara bertahap dikembangkan
ke arah yang lebih luas dengan disertai perencanaan yang baik, kejujuran
180
pengelolanya, disertai semangat membangun agrowisata sebagai proyeksi ke masa yang akan datang. Di dalam proyeksi ke masa mendatang akan
terkandung upaya peningkatan atau penurunan suatu kondisi yang ada pada saat ini. Dengan dilandasi pertimbangan ilmiah, dengan perencanaan yang
tersusun diharapkan mencapai hasil yang berhasil guna dan berdaya guna. Untuk memperoleh pemasukan dalam waktu relatif pendek jangka
waktunya, bersamaan dengan pengembangan lokasi inti agrowisata, perlu dibangun atraksi-atraksi wisata buatan yang dapat menarik minat anak-anak
maupun orang dewasa untuk datang bersenang-senang. Berdasarkan beberapa uriaian di atas, diketahui bahwa obyek agro wisata
tidak hanya terbatas kepada obyek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan PTP-PTP, tetapi juga pada skala kecil
yang karena keunikannya dapat dicipta menjadi obyek wisata yang menarik. Cara-cara membajak sawah, bertanam padi, acara “ani-ani”, merupakan salah
satu contoh obyek yang kaya dengan muatan pendidikan. Cara menanam padi hingga menuainya merupakan salah satu contoh lain dari kegiatan yang dapat
dijual kepada wisatawan, disamping mengandung muatan kultural dan pendidikan juga dapat menjadi media promosi, karena mereka yang jauh dari
lingkungan perwasahan akan tertarik sekedar untuk mengetahui atau untuk melakukannya bersama petani pada Kawasan Desa Wisata Tingkir. Dengan
datangnya masyarakat mendatangi obyek wisata juga terbuka peluang pasar tidak hanya bagi produk dari obyek wisata agro yang bersangkutan, namun
pasar dari segala kebutuhan masyarakat
.
181
Dengan demikian melalui agrowisata bukan semata-mata merupakan usaha atau bisnis dibidang jasa yang menjual jasa bagi pemenuhan konsumen
akan pemandangan yang indah dan udara yang segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan
masyarakat, memberikan peluang pengembangan diversifikasi produk agroibisnis dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan baru wilayah
pertanian. Dengan demikian maka agrowisata dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru bagi Daerah dari sektor wisata pertanian.
Potensi wisata agro yang memiliki nilai sangat tinggi ini perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal pada Kawasan Desa Wisata
Tingkir. Untuk itu, perlu dirumuskan langkah-langkah kebijakan yang konkrit dan operasional guna tercapainya kemantapan pengelolaan obyek agrowisata
di era globalisasi dan otonomi daerah. Sesuai dengan keunikan kekayaan spesifik lokasi yang dimiliki Salatiga. Perlu adanya kerjasama sinergis
diantara pelaku yang terlibat dalam pengelolaan agrowisata, yaitu masyarakat, swasta yang telah meraih sukses dibidang agrowisata dan Pemerintah Kota
Salatiga.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan bahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Desa Wisata Tingkir memiliki potensi alam dan sosial budaya yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata dengan daya tarik wisata agro
berwawasan lingkungan. 2. Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dalam upaya mengembangkan Desa
Wisata Tingkir belum nampak keseriusannya, hal ini dapat diketahui setelah dilakukan studi kelayakan sejak tahun 2003 hingga kini belum menunjukkan
adanya upaya untuk membangun dan mengembangkan di Desa Wisata Tingkir, sehingga terkesan buku hasil studi kelayakan yang disusun hanya
untuk memenuhi keproyekan saja. 3. Pendapat stakeholder terhadap pembangunan agrowisata berwawasan
lingkungan di Desa Wisata Tingkir, adalah sebagai berikut: - Pendapat dari Pemerintah Kota Salatiga, hasil wawancara dengan beberapa
pejabat setempat diketahui, bahwa selama ini memang masih terdapat kendala dalam mewujudkan obyek wisata di Desa Wisata Tingkir,
disamping belum memiliki perencanaan dan perancangan obyek, upaya untuk mengangkat kerajinan konveksi di Kelurahan Tingkir Lor banyak