113
aparatur yang bersangkutan telah menurunkan martabatnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.
4.3 MODEL PEN GEMBAN GAN A GROWISATA BERWA WASAN LINGKUNGAN DI DESA WISATA TINGKIR
Pengembangan pariwisata dari sudut pandang sosiologis, merupakan kegiatan pariwisata sekurang-kurangnya mencakup tiga dimensi, yaitu: kultural,
politik dan bisnis. Dalam dimensi interaksi kultural, kegiatan pariwisata memberi ajang akulturasi budaya berbagai macam etnis dan bangsa. Melalui pariwisata,
kebudayaan masyarakat tradisional agraris sedemikian rupa bertemu dan berpadu dengan kebudayaan masyarakat modern industrial. Kebudayaan-kebudayaan itu
saling menyapa, saling bersentuhan, saling beradaptasi dan tidak jarang kemudian menciptakan produk-produk budaya baru Usman dalam http:www. panduan-
bisnis-internet.combisnisagro_bisnis.html. Pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan dalam kaitannya
dengan pembangunan kepariwisataan yang berwawasan lingkungan sesuai dengan syarat-syarat pembangunan berwawasan lingkungan seperti yang dikemukakan
oleh Hadi 2000, yaitu 1 pembangunan itu sarat dengan nilai, dalam arti bahwa harus diorientasikan untuk mencapai tujuan alam, sosial dan ekonomi; 2
pembangunan itu membutuhkan perencanaan dan pengawasan yang seksama pada semua tingkat; 3 pembangunan itu mengendaki pertumbuhan kualitatif
setiap individu dam masyarakat; 4 pembangunan membutuhkan pengertian dan dukungan semua pihak bagi terselenggaranya keputusan yang demokratis; 5
pembangunan membutuhkan suasana yang terbuka, transparan dan semua yang terlibat senantiasa memperoleh informasi yang aktual.
114
Dalam upaya pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan di Desa Wisata Tingkir, akan dipergunakan tujuh langkah perencanaan, meliputi: 1
merumuskan masalah, 2 menetapkan tujuan, 3 analisis kondisi, 4 mencari alternatif, 5 memilih alternatif terbaik, 6 mengkaji alternatif pilihan dan 7
mengimplementasikan Hadi, 2000, dikutip dari Boothroyd. Dengan menggunakan pendekatan the seven magic steps of planning,
diharapkan akan dihasilkan suatu model pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan di Kota Salatiga, khususnya di Desa Wisata Tingkir.
Penerapan dari tujuh langkah perencanaan terhadap upaya pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan di Desa Wisata Tingkir dapat diuraikan sbb:
1. Merumuskan masalah hasil penelitian.
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian dan hasil wawancara yang dilakukan dengan masyarakat, dapat diketahui, bahwa di Kelurahan Tingkir
Lor memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai lokasi agrowisata berwawasan lingkungan, sekaligus bersama-sama mengembangkan Desa Wisata Tingkir yang
pada saat ini masih belum dapat disebut sebagai daerah tujuan obyek wisata. Dalam kaitannya dengan potensi alam, ditemui adanya hamparan sawah, kebun
dan air yang mengalir sepanjang tahun, pada lokasi ini dapat dikembangkan berbagai jenis tanaman budidaya agro baik untuk jenis tanaman tahunan maupun
jenis tanaman musiman, pengembangan perikanan air tawar dan peternakan sapi. Sedangkan dari sudut pandang sosial budaya, di Desa Wisata Tingkir masih
ditemui adanya sanggar kesenian yang dapat dilestarikan sebagai salah satu daya tarik obyek wisata, adanya budaya kerukunan dalam memanfaatkan air sawah,
adanya makam tokoh masyarakat Kyai Wahid yang menjadi obyek wisata relegius bagi kalangan tertentu, merupakan salah satu daya tarik wisata yang perlu digali.
115
Sejak Kelurahan Tingkir Lor ditunjuk sebagai Desa Wisata Tingkir, sampai saat ini Pemerintah Kota Salatiga belum pernah melaksanakan pembangunan
untuk mewujudkan Desa Wisata Tingkir sebagai tujuan obyek wisata. Berdasarkan identifikasi pada lokasi penelitian, maka dapat dirumuskan
permasalahan, sebagai berikut: a. Pemerintah Kota Salatiga telah menunjuk Kelurahan Tingkir Lor sebagai Desa
Wisata Tingkir, namun sampai sekarang belum memiliki pola yang baku untuk mengembangkan potensi yang ada. Kondisi ini dapat diketahui, bahwa
setelah disusunnya buku pembangunan Desa Wisata Tingkir berdasarkan hasil studi kelayakan tahun 2003, hingga kini tidak ditindaklanjuti dengan
perencanaan pembangunan. Sehingga dapat dikatakan, bahwa Desa Wisata Tingkir hanyalah sebuah nama tanpa adanya aktifitas kepariwisataan.
b. Tidak dilanjutkannya pembangunan di Desa Wisata Tingkir nampak kurang adanya komitmen yang jelas dari Pemerintah Kota Salatiga. Perencanaan yang
dibuat oleh Dinas Pariwisata, Seni Budaya dan Olah Raga belum selaras dengan perencanaan Badan Perencanaan Daerah Kota Salatiga.
c. Pemerintah Kota Salatiga mempunyai keinginan untuk meningkatkan PAD- nya. Kepariwisataan diakui oleh Pemerintah sebagai penghasil devisa terbesar
dari sektor non-migas, namun justru Pemerintah Kota Salatiga akan menggali PAD dari sektor lain seperti percetakan dan perbengkelan yang pada saat ini
sudah banyak dikelola oleh badan usaha swasta. d. Masyarakat mendukung pengembangan pariwisata di Desa Wisata Tingkir
dengan konsep agrowisata berwawasan lingkungan, namun masyarakat masih meragukan kemampuan Pemerintah Kota Salatiga untuk mengelola wisata
dengan suasana yang terbuka, jujur dan semua yang terlibat senantiasa memperoleh informasi yang aktual, sehingga masyarakat mempunyai
116
pengharapan pengelolaan agrowisata sebaiknya dilakukan oleh swasta karena lebih profesional, sedangkan Pemerintah Kota Salatiga diharapkan hanya
menyertakan modal.
2. Penetapan Tujuan Pengembangan Agrowisata Berwawasan Lingkungan.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, selanjutnya akan menetapkan tujuan dari pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan di
Desa Wisata Tingkir. Tujuannya antara lain, sbb: e. Mencari alternatif pengembangan agrowisata yang dapat dikembangkan sesuai
dengan potensi yang dimiliki oleh Kelurahan Tingkir Lor, sehingga pada masa yang akan datang dapat terwujud pengembangan agrowisata berwawasan
lingkungan berpedoman pada etika lingkungan hidup yang akan bermanfaat bagi masyarakat.
f. Mengembangkan agrowisata harus tetap berpedoman pada pariwisata yang berwawasan lingkungan, sehingga keberadaan potensi alam yang ada tetap
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. g. Memberdayakan masyarakat setempat, sehingga membuka lapangan kerja
baru dan membuka peluang bagi masyarakat untuk memperoleh pekerjaan tetap.
h. Menciptakan obyek dan daya tarik wisata baru melalui obyek budidaya agro dengan variasi atraksi buatan ”multi atraksi wisata” sebagaimana banyak
berhasil dikembangkan pada beberapa daerah yang memiliki iklim dan jenis tanah sejenis dengan Salatiga.
3. Analisis Kondisi
Berdasarkan tujuan pengembangan obyek agrowisata berwawasan lingkungan sebagaimana tersebut diatas, selanjutnya akan dilakukan analisis
117
untuk mengkaji fakta yang terdapat pada lokasi penelitian. Dalam mengkaji fakta ini dipergunakan analisa SWOT terhadap kondisi internal SW yang dimiliki
maupun kondisi eksternal OT yang berpengaruh terhadap upaya pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan di Desa Wisata Tingkir.
SWOT merupakan alat tool yang dapat dipakai untuk menganalisis kualitatif. Merupakan suatu metode analisis yang akan menggambarkan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman, serta kendala-kendala yang harus dihadapi dalam suatu proses perencanaan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan,
maka diharapkan akan mampu mengurangi kelemahan yang ada dan pada saat yang sama memaksimalkan kekuatan. Hal yang sama juga berlaku pada tantangan
dan peluang, dimana pada saat tantangan dapat diperkecil, peluang yang ada justru diperbesar.
Dibawah ini akan diuraikan analisis terhadap kondisi yang ditemui dalam upaya pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan di Desa Wisata Tingkir,
yang meliputi analisis kondisi internal dan analisis kondisi eksternal.
a. Analisis Kondisi Internal.