129
budidaya agro dan pengembangan kerajinan konveksi, antara lain perlu diupayaan sebagai berikut:
a. Me m ba n gu n Obye k Agro w is a ta Be rw a w a s a n Lin gku n ga n
Untuk membangun obyek agrowisata berwawasan lingkungan di Desa Wisata Tingkir, perlu adanya perencanaan yang baik. Untuk membuat
perencanaan yang baik perlu belajar kepada mereka yang telah berpengalaman dalam mengembangkan agrowisata, atau bekerjasama dengan melibatkan
langsung pengusaha yang telah berhasil mengembangkan agrowisata. Dalam membangun obyek agrowisata dilakukan dengan melibatkan masyarakat
setempat, dengan melibatkan seluruh stakeholders dengan sistem pengelolaan partisipatif.
Dalam upaya pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan di Desa Wisata Tingkir, berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar masyarakat
setuju apabila pengelolaan agrowisata berwawasan lingkungan dikelola bersama-sama antara pemerintah dan swasta yang telah berpengalaman dalam
pengelolaan agrowisata dengan melibatkan masyarakat. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin, 1996, terdapat beberapa prinsip
pedoman dalam melakukan perencanaan agrowisata antara lain: 1 rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, 2 dibuat secara
lengkap, tetapi sesederhana mungkin, 3 mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya, 4 selaras dengan sumberdaya
alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik yang ada, serta 5 perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.
130
Untuk menuju ke arah itu langkah-langkah yang perlu ditempuh antara lain: pertama, merencanakan kawasan agrowisata dengan menentukan lokasi
yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan tujuan pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan. Langkah selanjutnya ialah menggali
potensi yang dapat dikembangkan dan menyusun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk pendirian dan pengembangannya. Perlu direncanakan pula
strategi untuk mencapai tujuan pengelolaan agrowisata berwawasan lingkungan dengan memperhitungkan kendala-kendala yang akan mungkin
timbul beserta alternatif pemecahannya.
1. Pengelolaan obyek wisata berwawasan lingkungan
Pengelola harus mengerti benar apa yang bisa ditonjolkan dan yang menjadi kekhasan obyek, misalnya unsur penataan, jumlah koleksi,
produksi, teknologi budidaya, atau nilai sejarah dan budaya agraris. Dengan adanya kekhasan obyek, diharapkan pengunjung mendapat kesan
yang mendalam dan tidak mudah terlupakan. Pengelolaan agrowisata harus menjamin kelestarian lingkungan.
Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya pada tujuan konservasi sebagaimana ditetapkan oleh UNEP, 1980 dalam Fandeli dan
Mukhlison, 2000, yaitu : a. menjaga tetap berlangsungnya proses alam yang tetap mendukung
sistem kehidupan. b. melindungi keanekaragaman hayati.
c. menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya. Pengelola juga perlu memperhatikan pemilihan jenis flora dan fauna
131
yang akan dibudidayakan di kawasan agrowisata, perlu diperhatikan kecocokan dengan ekosistem setempat. Dalam pemilihan varietas perlu
memilih varietas unggul yang relatif tahan terhadap berbagai penyakit, memiliki keunggulan fisik, produksi tinggi, khusus tanaman buah
dianjurkan dipilih yang bersifat genjah, sebagaimana dikemukakan oleh Soewito, pensiunan PTP yang bekerja sebagai Manajer Kusuma
Agrowisata Apel, Batu, Malang. Varietas langka dapat pula dipilih karena memiliki daya tarik tersendiri.
Apabila pada obyek agrowisata berwawasan lingkungan pada Desa Wisata Tingkir akan menampilkan berbagai jenis tanaman budidaya,
memerlukan pengaturan dalam penanaman dan kombinasi tanaman. Untuk komoditas yang berumur pendek seperti tanaman berbunga atau sayur-
sayuran, perlu diatur pola tanam dan waktu tanamnya sehingga dapat dipanen pada waktu yang berlainan. Penanaman tanaman buah musiman
perlu dikombinasikan dengan tanaman buah yang tidak mengenal musim. Dengan cara demikian diharapkan selalu tersedia obyek yang menarik bagi
pengunjung. Di Nursery Saung Mirwan, Bogor, dan di Nursery Bumi Serpong Damai, Tangerang pembibitan tanaman hias dibuat secara
berselang-seling waktu tanamnya, sehingga setiap waktu terdapat tanaman bunga yang siap dipasarkan dan ditanam.
Kawasan pertanian dengan nilai dan budaya agraris yang khas memiliki daya tarik tersendiri. Di Desa Wisata Tingkir dapat diciptakan
kekhasan yang unik, penggunaan peralatan pertanian yang khas dapat ditampilkan menjadi suatu atraksi yang menarik. Model agrowisata ini
mungkin sangat menarik bagi pengunjung dari kota-kota yang tidak memiliki persawahan atau mungkin wisatawan manca-negara.
132
2. Pengelolaan pengunjung
Mengelola produk wisata, sama halnya dengan produk manufaktur pada umumnya, mengenal apa yang disebut product life cycle. Hal ini
berarti bahwa pada saat tertentu dengan semakin banyaknya arus kunjungan wisatawan, produk-produk tersebut akan mengalami kejenuhan
dan sudah tidak menarik lagi untuk dikunjungi. Sebelum sampai pada titik jenuh, secara dini pengelolaan yang lebih intensif perlu dilakukan. Di All
Abaut Strawberry, Cimahi, Bandung yang sempat dikunjungi, menurut Puji Saraswati yang mengantarkan ke lokasi menerangkan, sebagian sudut
ruangan penampilan penataannya sering berubah-ubah. Hal ini menunjukkan bahwa merubah penampilan dalam jangka waktu tertentu
perlu dilakukan supaya pengunjung tidak bosan. Dalam mengelola pengunjung terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan.
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin 1996, terdapat dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam upaya mengelola pengunjung yaitu konsep
menarik pengunjung dan tata tertib bagi pengunjung.
a. Konsep menarik pengunjung