Etos Kerja dan Mobilitas Sosial Buruh Tani Etnis Jawa ( Study Kasus: Di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo)
ETOS KERJA DAN MOBILITAS SOSIAL
BURUH TANI ETNIS JAWA
(Study Kasus: Di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kab. Karo)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Yan Berlianta Depari
080901015
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN SOSIOLOGI
Lembar Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh : Nama : Yan Berlianta Depari
Nim : 080901015 Departemen : Sosiologi
Judul : Etos Kerja dan Mobilitas Sosial Buruh Tani Etnis Jawa
( Study Kasus: Di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo)
Dosen Pembimbing Ketua Departemen Soaiologi
( Drs. Sismudjito, M.Si) (Dra. Lina Sudarwati, M.Si) NIP. 19560404200011100 NIP. 196603181989032001
Dekan FISIP USU
(Prof. Dr. Badaruddin, M. Si) NIP. 196805251992031002
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas segala Karunia dan berkat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Etos kerja dan Mobilitas Sosial Buruh Tani Etnis Jawa di Desa Raya kecamatan Berastagi, disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini menjelaskan bagaimana cara kerja dan mobilitas social buruh tani etnis Jawa yang semakin lama semakin meningkat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang membantu dengan iklas dan disertai juga dengan member semangat, dan juga bantuan yang berupa moral dan materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terimakasih saya ucapkan yang tak terhingga kepada okedua orang tua tercinta, ayah Dahlan Depari dan Ibu saya Marinta Br Bangun yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang dan juga mencukupi semua kebutuhan penulis baik secara moril dan materil. Saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada nenek Karo dan Bulang saya tercinta yang telah memberikan kasih saying, kehangatan dalam keluarga dan juga turut membesarkan dan mendidik dengan kasih sayang, dan mengajarkan saya dengan penuh kesabaran . Akhirnya inilah persembahan yang dapat saya berikan sebagai tanda ucapan dan terimakasih dan tanda bakti saya.
Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih yang sebesar-besar nya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:
(4)
1. Bapak Prof. Dr Badaruddin,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si , selaku ketua Departemen Sosiologi dan Juga menjadi Ketua Penguji dalam ujian skripsi saya dan Drs. T.I Saladin. M.Sp, selaku sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utarayang selalu memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada bapak Drs. Sismudjito, M.Si selaku dosen wali dan juga dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak membimbing dari awal perkuliahan dan juga bersedia memberikan waktu, tenaga, ide. Kasih sayang dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang beliau berikan kepada penulis.
4. Segenap dosen, staff dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa, Kak Betty, yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.
5. Ucapan terimakasih juga saya ucapkan kepada adik-adik saya Bernita Depari, Yan Primadanta Depari dan Agus Pranata Depari yang memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis
6. Ucapan Terimakasih Juga saya ucapkan kepada Bik tengah Layas Br Depari dan Bik Uda Mariati br Bepari, dan Pak Uda Samuel yang merawat dan mencurahkan kasih sayang dari saya kecil sampai saya besar dan memberikan bantuan baik secara moril dan materil dan juga ucapan terimakasih saya ucapkan buat adik-adik saya, Andes, Kezia, Markus, Renra, Aljun, Vinny yang memberikan penghiburan dan semangat kepada saya dan teman saya bersanda gurau.
(5)
7. Sahabat-sahabat baik saya yang saling membantu selama perkuliahan “Genk Karona” Salmen sembiring S.sos, Irma Sebayang S.sos dan Eninta Barus. Terimakasih buat kebersamaan nya, dukungan, doa dan semangat dan juga sudah menjadi tempat saling berbagi baik dalam suka dan duka. Terimakasih juga buat teman-teman sosiologi 08 yang telah bersama penulis selama perkuliahan. Terimakasih juga kepada Lenny, Robby, Belman, Okta Nari, Desi, Gio, Hendra, Riama dan Vera didalam kebersamaan dan perjuangan selama perkuliahan. Dan juga terimakasih buat sahabat baik saya, Monika, Lisbet, Anstasya, Theresia, Lydiana yang selalu menjadi tempat ku berkeluh kesah dan memberikan dukungan, semangat dan bantuan baik berupa moril dan materil.
8. Secara khusus penulis ucapkan terimakasih kepada teman dekat saya Tri Syahputra Sitepu S.sn yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa dan menjadi abang yang baik bagi penulis yang memberikan nasehat dan membantu banyak penulis di dalam penyelesaian skripsi.
9. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Ikatan Mahasiswa Karo “Eguaninta”Fisip USU. Terimaksih juga buat kak Meche, Kak Sardis, Kak Helenta, juga kepada adik-adik stambuk 09( Bertha, Noni, Elisabet, Wisnu, Corry) 010( Binna, Ana, Tasya, Terangta) yang selalu memberikan dukungan, semangat dan penghiburan.
10.Para informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat dibutuhkan di dalam penyelesaian skripsi ini, Bapak Budiman Ketaren selaku Kepala Desa Raya, Bapak Sadar Ginting, Bapak B.Depari, Bapak Slamat Sumarno dan Ibu Srijumiati, Bapak Unyil, Ibu Dilla, Bapak Mulyono dan Ibu Afni.
(6)
Penulis merasa bahwa dalam penulisan skripsi masih terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikian lah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.
Medan, April 2013 (Penulis)
YAN BERLIANTA NIM: 080901015
(7)
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “ Etos kerja dan Mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa di desa Raya Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Berawal dari ketertarikan penulis terhadap keberadaan suku Jawa di desa Raya terkhususnya di bidang perekonomin masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani tersebut. Masyarakat buruh tani Suku Jawa tersebut sudah tinggal lama di desa Raya ini dan juga keturunan-keturunan nya sehingga banyak juga keturunan nya tersebut bekerja sebagai buruh tani harian lepas maupun buruh tani yang bekerja menetap. Walaupun di Kabupaten Karo banyak daerah pertanian tetapi di desa Raya merupakan salah satu desa yang banyak mengguanakan buruh tani dan di desa Raya juga merupakan salah satu desa yang paling banyak ditinggalali oleh masyarakat suku Jawa.
Metode penelitian yang dipakai adalah metode study kasus dengan penelitian kualitatif. Teknik-teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipan, wawancara mendalam dan juga dokumentasi. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Kecamatan Berastagi, yang bekerja sebagai buruhtani dan juga yang mempekerjakan buruhtani. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dalam hasil observasi, wawancara dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat buruhtani etnis Jawa yang tinggal menetap di Desa Raya dan bekerja sebagai buruh tani ini, pada awalnya mereka adalah masyarakat perantauan yang datang dari daerah Jawa, Siantar, Binjai, dan Langkat. Pada awalnya mereka tinggal dengan cara menyewa rumah dan menggunakan fasilitas rumah tangga yang seadanya. Alasan utama mereka memilih bekerja sebagai buruhtani karena mereka tidak punya pendidikan dan keahlian sehingga hanya mampu untuk bekerja di ladang. Masyarakat buruh tani ini juga merasa nyaman tinggal di Desa Raya ini karena tidak jauh dari kota dan berada di pertengahan kota Berastagi dan juga kota Kabanjahe. Selain itu juga akses menuju kota mudah. Selain faktor tersebut masyarakat suku Jawa merasa nyaman tinggal di desa ini karena masyarakat suku Karo menerima keberadaan mereka karena masyarakat suku Karo membutuhkan jasa buruhtani tersebut.
Masyarakat suku Jawa yang bekerja sebagai buruh tani tersebut tinggal menyebar di 7 dusun yang terdapat di desa Raya ini. mereka ada yang bekerja menetap dan ada juga yang bekerja sebagai harian lepas. Selain itu juga ada buruhtani yang bertanam kongsi dengan majikan tempatnya bekerja, dimana hasil/keuntunggan dibagi sama rata setelah masa panen. Bekerja sebagai buruh tani bukan saja dilakukan oleh suami tetapi istri juga membantu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri juga bekerja sebagai buruh tani yang bekerja di ladang dari pagi sampai sore hari sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Dengan perlahan-lahan kehidupan di bidang ekonomi semakin membaik karena hasil buruh tani ini bekerja juga disisihkan sebagian intuk ditabung, sehingga dengan menabung di Credit Union(simpan – pinjam) dan dengan adanya CU ini mereka dapat menabung, meminjam uang untuk membeli ladang dan juga membangun rumah. Selain tiu pendidikan anak-anak buruh tani ini sudah memenuhi standar pemerintah yaitu tamat SMA/SMK. Selain dengan cara bekerja keras masyarakat buruh tani Etnis jawa ini ada yang menikah dengan masyarakat asli yaitu Suku Karo. Dimana setelah perkawinan tersebut mobilitas sosial/ kedudukan sosial buruh tani ini meningkat dari kelas bawah naik ke kelas menengah.
(8)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Abstrak ... v
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penulisan ... 12
1.4 Manfaat Penelitian ... 13
1.5 Defenisi Konsep ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15
2.1 Etos Kerja Dalam Perspektif Sosiologi... 14
2.2 Etika Jawa ... 17
2.3 Mobilitas Sosial ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
3.1 Jenis Penelitian... 25
3.2 Lokasi Penelitian ... 26
3.3 Unit Analisis dan Informan ... 26
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26
3.5 Interpretasi Data ... 28
3.6 Jadwal Pelaksanaan ... 29
(9)
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA ... 31
4.1 Desakripsi Wilayah Penelitian ... 31
4.1.1 Sejarah Desa... 31
4.1.2 Keadaan Geografis Desa ... 33
4.1.3 Sarana dan Prasarana Desa ... 35
4.1.4 Penduduk ... 38
4.1.5 Perekonomian ... 40
4.1.6 Kondisi Sosial budaya ... 42
4.1.7 Pendidikan ... 43
4.2 Profil Informan ... 47
4.3 Etos Kerja Buruh Tani Etnis Jawa di Desa Raya ... 83
4.4 Etika Jawa Buruh Tani Etnis Jawa Desa Raya... 87
4.5 Mobilitas Sosial Buruh Tani Etnis Jawa ... 91
BAB V PENUTUP ... 100
5.1 Kesimpulan ... 100
5.2 Saran ... 102 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan penelitian...28
Tabel 4.1 Nama-nama Kepala Dusun...32
Tabel 4.2 Penyebaran Luas Wilayah Desa Raya...33
Tabel 4.3 Sarana Kesehatan Desa Raya...34
Tabel 4.4 Sarana Pendidikan Formal Desa Raya ...35
Tabel 4.5 Sarana peribadatan Desa Raya...36
Tabel 4.6 Kepadatan Penduduk Desa Raya Menurut Jenis Kelamin...37
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Komposisi Suku ...37
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia...38
Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Menurut Agama...39
Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencharian...41
(11)
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “ Etos kerja dan Mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa di desa Raya Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Berawal dari ketertarikan penulis terhadap keberadaan suku Jawa di desa Raya terkhususnya di bidang perekonomin masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani tersebut. Masyarakat buruh tani Suku Jawa tersebut sudah tinggal lama di desa Raya ini dan juga keturunan-keturunan nya sehingga banyak juga keturunan nya tersebut bekerja sebagai buruh tani harian lepas maupun buruh tani yang bekerja menetap. Walaupun di Kabupaten Karo banyak daerah pertanian tetapi di desa Raya merupakan salah satu desa yang banyak mengguanakan buruh tani dan di desa Raya juga merupakan salah satu desa yang paling banyak ditinggalali oleh masyarakat suku Jawa.
Metode penelitian yang dipakai adalah metode study kasus dengan penelitian kualitatif. Teknik-teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipan, wawancara mendalam dan juga dokumentasi. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Kecamatan Berastagi, yang bekerja sebagai buruhtani dan juga yang mempekerjakan buruhtani. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dalam hasil observasi, wawancara dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat buruhtani etnis Jawa yang tinggal menetap di Desa Raya dan bekerja sebagai buruh tani ini, pada awalnya mereka adalah masyarakat perantauan yang datang dari daerah Jawa, Siantar, Binjai, dan Langkat. Pada awalnya mereka tinggal dengan cara menyewa rumah dan menggunakan fasilitas rumah tangga yang seadanya. Alasan utama mereka memilih bekerja sebagai buruhtani karena mereka tidak punya pendidikan dan keahlian sehingga hanya mampu untuk bekerja di ladang. Masyarakat buruh tani ini juga merasa nyaman tinggal di Desa Raya ini karena tidak jauh dari kota dan berada di pertengahan kota Berastagi dan juga kota Kabanjahe. Selain itu juga akses menuju kota mudah. Selain faktor tersebut masyarakat suku Jawa merasa nyaman tinggal di desa ini karena masyarakat suku Karo menerima keberadaan mereka karena masyarakat suku Karo membutuhkan jasa buruhtani tersebut.
Masyarakat suku Jawa yang bekerja sebagai buruh tani tersebut tinggal menyebar di 7 dusun yang terdapat di desa Raya ini. mereka ada yang bekerja menetap dan ada juga yang bekerja sebagai harian lepas. Selain itu juga ada buruhtani yang bertanam kongsi dengan majikan tempatnya bekerja, dimana hasil/keuntunggan dibagi sama rata setelah masa panen. Bekerja sebagai buruh tani bukan saja dilakukan oleh suami tetapi istri juga membantu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri juga bekerja sebagai buruh tani yang bekerja di ladang dari pagi sampai sore hari sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Dengan perlahan-lahan kehidupan di bidang ekonomi semakin membaik karena hasil buruh tani ini bekerja juga disisihkan sebagian intuk ditabung, sehingga dengan menabung di Credit Union(simpan – pinjam) dan dengan adanya CU ini mereka dapat menabung, meminjam uang untuk membeli ladang dan juga membangun rumah. Selain tiu pendidikan anak-anak buruh tani ini sudah memenuhi standar pemerintah yaitu tamat SMA/SMK. Selain dengan cara bekerja keras masyarakat buruh tani Etnis jawa ini ada yang menikah dengan masyarakat asli yaitu Suku Karo. Dimana setelah perkawinan tersebut mobilitas sosial/ kedudukan sosial buruh tani ini meningkat dari kelas bawah naik ke kelas menengah.
(12)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di dalam masyarakat terdapat pengelompokan di segala bidang kehidupan dimana manusia itu menjalan kan aktivitas nya. Perwujutan pelapisan di dalam masyarakat di kenal dengan istilah kelas-kelas sosial. Kelas-kelas sosial ini terdiri dari kelas sosial tinggi, kelas sosial menengah dan kelas sosial rendah. Kelas sosial tinggi biasanya meliputi para pejabat, pengusaha kaya. Kelas sosial menengah meliputi kaum intelektual seperti dosen, mahasiswa, pengusaha kecil dan pegawai negri. Sementara kelas sosial rendah yaitu meliputi kaum buruh dan pedagang kecil dan kelas sosial rendah ini paling banyak terdapat di masyarakat.
Mobilitas sosial di dalam masyarakat yaitu perpindahan dari satu kelas ke kelas lain dan bisa merupakan peningkatan dan penurunan dalam segi status sosial dan juga termasuk segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu dengan kelompok. Mobilitas sosial hampir terdapat dalam setiap masyarakat. Perubahan dalam setiap mobilitas ini ditandai oleh perubahan-perubahan struktur sosial yang meliputi hubungan antar individu dengan kelompok baik mobilitas individu maupun kelompok sama-sama memiliki dampak sosial dan keduanya membawa pengaruh bagi perubahan struktur masyarakat yang bersangkutan.
Faktor pendorong seseorang melakukan perpindahan kelas itu dapat dibedakan menjadi 2 faktor yaitu faktor individu dan faktor struktural. Namun faktor yang paling penting dalam melakukan mobilitas sosial ini adalah faktor individu, dimana faktor individu ini meliputi yang pertama, perbedaan kemampuan dimana di setiap individu memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Yang kedua adalah orientasi sikap terhadap mobilitas seperti
(13)
meningkatkan prospek mobilitas sosial nya melalui pendidikan, kebiasaan kerja dan memperbaiki penampilan diri. Yang ketiga adalah faktor kemujuran, yang keempat yaitu faktor status sosial dimana setiap manusia itu dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki orang tuanya. Yang kelima adalah faktor keadaan ekonomi faktor yang keenam yaitu situasi politik dan yang ke tujuh yaitu faktor kependudukan. Selain faktor individu yang diatas yang mendorong seseorang melakukan mobilitas sosial yaitu kualitas kerja, dimana semakin gigih dan rajin dalam bekerja semakin besar pemasukan di sisi ekonomi sehingga mengakibatkan seseorang dapat melakukan mobilitas sosial. Kualitas kerja ini juga berkaitan erat dengan kerajinan dan juga nilai-nilai budaya. Nilai-nilai di dalam suatu budaya itu sangat berpengaruh di dalam bekerja sehingga mendorong seseorang melakukan mobilitas sosial.
Kemunculan etos kerja karena banyak nya tangtangan-tangtangan dan harapan-harapan yang di inginkan oleh setiap individu. Jadi situasi dimana individu itu bekerja dan rajin, teliti, berdedikasi dan bertanggung jawab. Etos kerja bagi suatu masyarakat lahir dan berkembang berdasarkan standar dan norma yang dijadikan dasar oriantasi masyarakat kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan. Kerja memiliki arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun non fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit kerja berkonotasi ekonomi yang bertujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian etos kerja adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau keamauan dalam bekerja disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-citanya.
Salah satu budaya tradisional yang ada di Indonesia yang sudah cukup tua adalah budaya Jawa, dianut secara turun temurun oleh penduduk di sepanjang Jawa Tengah dan Jawa Timur. Meskipun banyak orang beranggapan bahwa budaya Jawa itu hanya satu dan terbagi tidak terbagi-bagi namun dalam kenyataan nya terdapat berbagai perbedaan sikap dan
(14)
prilaku masyarakat nya dalam memahami budaya Jawa. Perbedaan tersebut disebabkan antara lain karena kondisi geografis yang menjadikan kondisi geografis yang menjadikan budaya Jawa terbagi-terbagi ke dalam beberapa Wilayah kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki karakteristik khas tersendiri dalam mengimplementasikan falsafah-falsafah Jawa ke dalam kehidupan keseharian. Disamping kondisi geografis beragamnya karakteristik ke dalam implementasi budaya Jawa juga disebabkan oleh masuknya pengaruh nilai-nilai agama maupun budaya lain. Sejarah menunjukkan bahwa pada awalnya budaya Jawa sangat dipengaruhi oleh budaya Hindu. Pada tahap berikutnya, ketika islam masuk ke pulau Jawa, nilai-nilai agama terbesar di Indonesia ini turut pula mewarnai budaya Jawa. Perkembangan budaya Jawa juga dipengaruhi oleh masuknya budaya barat yang dianggap modern. (Guatama 2003:10).
Etos kerja yang dibahas adalah etos kerja suku Jawa. Bagi masyarakat Jawa kelas bawah yang tinggal di pedesaan maupun di perkotaan jarang memikirkan hakiikat kerja dan usaha. Mereka hanya tahu bahwa mereka harus terus berikhtiar dan bekerja. Bagi mereka bekerja itu merupakan suatu keharusan untuk mempertahankan hidup karena itu di kalangan masyarakatt kelas bawah dikenal dengan falsafah “ Ngupaya upa”dan yang artinya bekerja hanya untuk mendapatkan makan. Sebaliknya masyarakat kelas menengah dan masyarakat kelas atas telah memilki tujuan dan hakekat kerja, sehingga segala usaha yang dijalankan selalu dihubungkan dengan hasil yang diharapkan. Falsafah yang banyak dipahami oleh mereka adalah “jer basuki nawa beya” artinya bekerja merupakan segala sesuatu dicita-citakan dan harus disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh. Falsafah lain yang sering dihubungkan dengan hakekat kerja adalah “sepi ing pamrih rame ing gawe”. Falsafah ini mengandung arti bahwa setiap orang mau menolong orang lain tanpa mengharapkan pujian dan imbalan materi.(Margaret. P. Guatama 2003:17)
(15)
Suku Jawa merupakan suku terbesar di Indonesia, sejak abad ke 18 selain di Nusantara suku Jawa pada saat itu juga sudah dibawa ke Suriname (Amerika Selatan) ke Afrika selatan dan juga ke Haiti di lautan teduh (pasifik)oleh Belanda. Menurut populasi alinya suku Jawa menempati wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Dearah Istimewa Yongyakarta. Namun diwilayah itu sebagian provinsi Jawa Barat juga banyak suku Jawa baik di Cirebon, Jakarta, dan Banten. Jumlah populasi suku Jawa Tahun 2009 kurang lebih dari 150 juta dengan penyebaran nya di Jawa Tengah terdapat 33 juta jiwa, Yongyakarta terdapat 3 juta, Jawa Timur terdapat 30 juta,Jawa Barat terdapat 5,5 juta jiwa, Lampung terdapat 4,5 juta, Banten terdapat 500.000 jiwa, Jakarta terdapat 3 juta jiwa, Sumatera Selatan terdapat 1.9 juta jiwa, Riau terdapat 1,2 juta, Kalimantan Timur terdapat 0,7 juta Jiwa, Jambi terdapat 0,7 juta jiwa, di Bengkulu terdapat 0,3 juta jiwa. Kalimantan Selatan terdapat 0,4 juta jiwa, Kalimantan Tengah terdapat 0,4 juta jiwa dan di Papua terdapat 0,3 juta jiwa. Karena suku Jawa merupakan suku yang paling banyak terdapat di Indonesia sehingga mereka berpindah ke daerah lain untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lebih layak lagi sehingga mereka kenayakan bekerja sebagai buruh perkebunan dan buruh
pertanian.Sumber
Di Sumatera Utara terdapat berbagai-bagai macam jenis suku bangsa seperti suku Batak terdapat sekitar(41,95%), suku Jawa terdapat (32,62%), suku Nias terdapat(6,36%), suku Melayu terdapat (4,92%), suku Tionghoa terdapat (3,07%) suku Minangkabau terdapat (2,66%), suku Banjar terdapat (0,97%),lain-lain terdapat (7,45%).Suku Jawa termasuk suku terbesar jumlahnya di indonesia termasuk di Sumatera Utara. Kita banyak menemui perkampungan atau desa yang dihuni oleh mayorita suku Jawa, bahkan banyak desa di Sumatera Utara menggunakan nama-nama desa di Jawa, seperti tanah Jawa, Karang Anyar, Karang Sari, Sidorukun, Sidodadi. Suku bangsa Jawa dapat ditemui dibeberapa daerah Kabupaten/Kota bekas keresidenan Sumatera Timur yang dulunya daerah perkebunan asing
(16)
pada masa kolonial Belanda. Pada saat ini suku bangsa Jawa tersebar hampir diseluruh daerah Sumatera Utara. Meraka disubut dengan Jawa Deli (Jadel), Jawa Kontrak (jakon) namun istilah ini dianggap merendahkan, sehingga mereka lebih suka disebut Pujakesuma (putra
jawa kelahiran sumatera).Sumber26 maret 2012
pukul 12.55 wib)
Kabupaten Karo adalah salah satu kabupaten yang terdapat di Sumatera Utara dimana terletak di daerah dataran tinggi bukit Barisan dengan luas daerah sekitar 2.127,25 km2 atau 212.725 ha. Jumlah penduduk Kabupaten Karo adalah 342.555 Jiwa. Masyarakat Kabupaten Karo pada umumnya menganut agama Kristen Protestan dan katolik tetapi ada juga yang menganut agama lain seperti Islam, Budha dan Hindu. Mata Pencaharian sebagian besar masyarakat di kabupaten Karo adalah sebagai petani karena tanah nya yang subur sehingga cocok untuk lahan pertanian dan tanaman buah, sayur mayur, bunga dan bahan kebutuhan pokok lainnya. Masyarakat tanah Karo pada Umumnya bersuku Karo walaupun terdapat suku-suku lain seperti suku Jawa, batak, Nias melayu dsb. Kehidupan masyarakatnya di Kabupaten pada umumnya sejahtera, sekalipun ada suku lain yang merantau ke tanah Karo mereka dapat hidup dengan makmur karena datang dari daerah lain untuk mencari pekerjaan di kabupaten Karo. Salah Satu nya adalah suku Jawa yang kebanyakan datang dari daerah Siantar, Binjai yang datang merantau ke kabupaten Karo dan bekerja sebagai buruh tani atau bekerja sebagai pembantu atau pekerjaan yang lain tetapi pada umumnya mereka datang
sebagi buruh tani. Sumber26 maret 2012 pukul
12.55 wib)
Di kabupaten Karo terdapat 17 kecamatan yaitu kecamatan Mardingding, Lau baleng, Tiga binanga, Juhar, Kuta buluh, Munte,payung, Tiga nderket, Simpang empat, Naman teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tigapanah, Dolat rakyat, Merek, dan Barusjahe. Dari keseluruhan kecamatan ini terdapat 123.056 orang buruh tani dan setengah dari jumlah
(17)
tersebut adalah Suku Jawa. Pada saat tahun 1960-an ke bawah ada sebutan “lit tebandu”?
suatu sebutan untuk orang batak sebagai orang yang menunggui ladang, hal ini menyiratkan bahwa saat itu orang karo adalah tuan tanah sedang kan orang toba adalah pekerja tanah yang digaji, saat ini di era 1960-an ke atas dikenal lagi dengan istilah “lit Jawandu”? sebutan ini kembali lagi lahir untuk menunjuk orang jawa sebagai pekerja atau di masyarakat karo dikenal dengan istilah Aron. Aron ini lah yang sampai sekarang menjadi penunjang berjalan
nya sektor pertanian di Kabupaten Tanah karo. Sumber:http//repository.usu.ac.id.bitstream/12345678/ chapter 15 diakses 7 mei 2012 pukul
22.23 wib pukul 22.31 wib.
Berastagi merupakan daerah yang sangat terkenal dengan kesuburannya sehingga banyak orang yang ingin memperbaiki taraf kehidupannya ke daerah tersebut. Diperkirakan orang Jawa mulai berbermigrasi ke Berastagi sejak tahun 1950 –an sama seperti etnis lainnya yakni seperti etnis Batak Toba yang datang ke Berastagi. Orang-orang jawa juga melaksanakan kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik serta bidang-bidang lainnya dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya di daerah perantauan tersebut. Pada tahun 1935 telah ada juga orang Jawa bernama Wagimin yang dikenal sebagai orang Jawa pertama kalinya menginjakkan kaki di Berastagi dan ia beserta keluarganya tinggal di daerah Matahari, Desa Rumah Berasatagi di mana di daerah ini dulunya terdapat bangunan sekolah rakyat (sekolah dasar)yang dibangun oleh sekutu Jepang. Pada saat sekarang ini di Kecamatan Berastagi terdapat 9 daerah yang pada umumnya ditempati oleh buruh tani, yaitu daerah Gurusinga, Raya, Rumah Berastagi, Tambak lau mulgap, Gundaling 1, Gundaling 2, tambak lau mulgap 2, Sempa Jaya, dan Daulu. Jumlah keseluruhan buruh tani yang terdapt di daerah ini 12.280 orang dan rata-rata suku Jawa.
Sumberdiakses( tanggal 7 mey 2012
(18)
Salah satu desa yang terdapat di kecamatan Berastagi ini adalah Desa Raya. Desa Raya adalah salah satu desa yang terdapat diantara kota Kabanjahe, dan kota Berastagi. Di desa raya ini memiliki 7 dusun dan Desa Raya ini merupakan suatu desa peralihan dari desa ke kota. Terbukti di desa Raya ini terdapat 2 sarana kesehatan yaitu 2 rumah sakit besar, terdapat juga sekolah TK, SD, SMP, dan SMK. Di desa Raya ini juga terdapat 2 lembaga kemasyarakatan yaitu lembaga Parawasa untuk rehabilitasi wanita Tunasusila dan lembaga Pejorekan untuk tempat tinggal masyarakat yang sakit jiwa. Dari sisi komposisi etnis banyak jenis suku yang terdapat di desa Raya ini seperti suku Karo, Batak Toba, Simalungun, Melayu dan juga suku Nias. Tetapi suku yang paling banyak terdapat di desa Raya ini adalh suku Karo.
Mata penncaharian masyarakat Desa Raya ini pada umumnya bertani. Lahan perladangan di desa ini sangat lah luas. Desa raya ini dikenal sebagai penghasil bunga krisan sehingga ada di kenal dengan istilah “Bunga Raya”. Bunga krisan ini dikenal sebagai tanaman musiman, bunga krisan banyak dijual pada saat-saat hari raya besar keagaaman seperti Hari Raya Idul fitri, Tahun Baru, Natal,paskah dan juga Imlek. Pembeli bunga krisan ini datang dari berbagai daerah ada yang dari Siantar, Medan, Sidikalang dan daerah lain di sekitar Kabupaten Karo. Pemasaran bunga krisan ini dikenal dengan istilah “Tiga Bunga” yang diadakan setiap hari senin dan kamis. Tiga bunga artinya pajak bunga dimana di Tiga bunga ini lah banyak dijumpai petani yang menjual bunga nya. Masyarakat di desa ini menanam bunga 4 bulan sebelum hari raya besar tersebut. Sebelum tiba panen atau sesudah panen bunga krisan tersebut masyarakat desa ini juga mananam tanaman sayur mayur dan juga buah jeruk. Ada juga sebagai petani kopi tapi itu hanya sebagain kecil. Raya ini terkenal dengan kentang nya, bunga kol, brokoli dan jeruk nya.
Status sosial ekonomi masyarakat desa Raya ini sudah termasuk golongan menengah ke atas, terutama yang bersuku karo karena mereka terkenal dengan tuan tanah dan memiliki
(19)
tanah yang luas dan yang mengerjakan ladang mereka adalah aron/ buruh tani. Struktur perekonomian suku karo nya rata-rata sudah mapan sehingga mereka mampu membiayai aron/buruh tani untuk bekerja di ladang nya. Selain status sosial ekonomi suku karo yang baik di bidang pendidikan juga semakin membaik.
Pada saat sekarang ini banyak dijumpai masyarakat suku Karo yang tinggal di Desa Raya ini memiliki pengetahuan yang tinggi. Orientasi untuk pendidikan nya juga sudah maju dimana mereka mampu menyekolahkan anak nya ke tingkat perguruan tinggi baik di dalam daerah maupun sampai ke luar daerah. Walaupun tidak semua mampu untuk membiayai pendidikan sampai tingkat universitas tetapi pada saat sekarang ini pendidikan paling rendah nya itu adalah SMA. Bahkan anak-anak yang berusia umur 4-5 tahun sudah dimasuk kan ke PAUD dn TK. Jadi pendidikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat karo yang tinggal di desa Raya ini. Selain itu juga kondisi kehidupan sosial nya sudah menuju masyarakat yang maju dan modern tanpa menghilangkan unsur-unsur tradisional. Masih ada sistem kekerbatan yang sampai sekarang masi terus dipergunakan. Selain itu juga masyarakat desa Raya suku Karo ini masi menjalani Gotong Royong, bukan hanya sesama suku karo tetapi juga dengan suku lain. Dan saling memberi simpati baik acara dukacita maupun sukacita.
Selain Suku karo terdapat juga suku lain seperti Suku Batak Toba, Simalungun Jawa dan Nias. Suku Batak Toba dan Batak Simalungun ini tidak terlalu banyak karena mereka datang ke daerah Desa Raya bukan sebagai buruh tani tetapi kebanyakan dari mereka sudah ada yang menikah dan berumah tangga denagan suku Karo yang tinggal di Desa Raya ini. Hanya sebagian kecil suku Batak Toba dan Simalungun yang tinggal di Desa Raya ini yang bekerja sebagai buruh Tani, Mereka tinggal secara membaur dengan masyarakat Karo sehingga mereka lebih identik dengan suku Karo dan lebih di kenal sebagai orang karo karena pada umumnya suku lain yang menikah dengan suku Karo ia mendapat penambalan
(20)
Marga, sehingga orang batak ini juga mempunyai marga dari Suku Karo. Selain itu ada juga suku Nias dimana awal kedatangan suku Nias ini baru bermula dari tahun 2010 dimana mereka pada awalnya tinggal di daerah bawah kaki gunung Sinabung. Karena tahun 2010 Gunung Sinabung meletus mereka pindah ke Daerah sekitar berastagi salah satunya yaitu Desa Raya.mereka bekerja sebagai buruh tani, tetapi populasi mereka tidak Banyak dan mereka tinggal di dusun 6.
Suku Jawa adalah suku yang terbesar yang bekerja sebagai Buruh Tani di Desa Raya ini. Awal kedatangan suku Jawa ini sendiri ke desa Raya ini mereka datang hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai buruh tani di ladang masyarakat suku Karo. Pada awalnya mereka datang tidak mempunyai apa-apa. Mereka tinggal di gubuk-gubuk di ladang milik petani dengan hidup seadanya dimana tidak terdapat kamar tidur, kamar mandi dan untuk air bersih mereka ambil dari sawah dekat ladang atau di pet-pet umum. Kedatangan Buruh Tani etnis Jawa ini kenayakan datang dari Siantar, Binjai dan juga sekitar Batu-Bara dan Kisaran. Setelah beberapa tahun bekerja sebagai pekerja sehingga si buruh tani Etnis Jawa ini mempunyai modal untuk mengontrak rumah kecil-kecilan walau hanya terdapat satu kamar mandi, 1 kamar tidur dan terbuat dari papan dan berlantai semen. Selain bekerja sebagai buruh tani mereka juga bekerja mempunyai tanaman sendiri dimana tanaman ini ditanam di ladang milik petani tempat mereka bekerja, dengan catatan segala yang mengerjakan ladang adalah si buruh tani dan yang memodali adalah si petani tersebut.
Status sosial buruh tani ini secara perlahan-lahan sudah mulai meningkat dimana tadinya mereka sebagai buruh tani sekarang sudah banyak sebagai pemilik tanah. Buruh tani tadi bisa memiliki tanah dengan cara menabung ke CU (Credit Union) dimana CU ini adalah sebuah wadah bagi masyarakat untuk dapat menabung seperti sistem simpan pinjam dengan bunga pinjaman yang rendah. Pada umumnya mereka menggunakan tabungan untuk membeli tanah karena tanah bisa dijadikan usaha untuk menanam tanaman dan untuk rumah mereka
(21)
membangun secara sikit demi sedikit walau tidak bagus dan berukuran kecil. Untuk tinggakt pendidikan sendiri pada awalnya buruh tani ini datang mereka tidak mempunyai pendidikan bahkan kebanyakan dari mereka tidak mengetahui baca tulis. Tetapi pada saat sekarang sangat jauh berbeda mereka sangat peduli dengan pendidikan dimana dapat dijumpai anak-anaknya rata-rata sudah masuk ke dunia pendidikan dan rata-rata sudah tamat SMA, bahkan ada beberapa yang masuk ke perguruan tinggi.
Masyarakat buruh tani Etnis Jawa ini tinggal secara berkelompok. Di desa Raya terdapat 7 dusun dan di ke 7 dusun ini ada terdapat daerah khusus yang dihuni buruh tani Etnis Jawa. Mereka tinggal secara bersama dan berkelompok. Buruh tani etnis Jawa ini sendiri mempunyai perkumpulan seperti perwiritan kaum bapak dan kaum ibu. Masyarakat setempat yang berbeda agama dengan mereka tidak terganggu dengan kegiatan tersebut bahkan masyarakat desa Raya yang bersuku karo beragama muslim ikut bergabung dengan etnis Jawa tersebut. Untuk kehidupan sosial nya, pada umumnya mereka dapat menerima suku lain untuk bergabung dengan komunitas mereka. Mereka juga mengormati agama lain dan suku lain yang berbeda dengan mereka. Contohnya saja jika suku Karo mengadakan pesta mereka datang untuk menghadiri memenuhi undangan dan suku Karo tersebut menyiapkan makanan khusus yang halal dimakan oleh suku Jawa tersebut karena pada umunya mereka beragama Islam. Begitu juga sebaliknya jika Buruh Tani etnis Jawa mengadakan Hajatan maka suku Karo yang tinggal di sekitar tempat mereka dan juga tuan tanah tempat mereka bekerja di undang, pada saat ini Hajatan tersebut diadakan meriah dan sudah mewah karena situasi ekonomi mereka yang sudah mampu. Buruh tani etnis Jawa dengan pemilik Tanah suku Karo saling menghargai satu sama lain, dan sejauh ini tidak ada konflik yang terjadi antara Suku karo dan suku Jawa.
Untuk partisipasi di desa ini juga dilibatkan suku Jawa seperti Gotong Royong, masyarakat desa Raya dan suku Jawa sama-sama melakukan Gotong Royong. Selain itu juga
(22)
di dalam pemilihan Kepala Desa. Masyarakat lain juga dilibatkan didalam pemilihan kepala desa bukan hanya yang bersuku karo yang berhak memilih tetapi juga suku lain seperti batak Toba, Simalungun, Nias dan juga suku Jawa. Mereka berhak memilih dan menentukan kepala desa tetapi mereka tidak bisa mencalonkan diri karena mereka bukan warga asli Desa Raya. Untuk bantuan dari pemerintah mereka juga ikut mendapat kan hak yang sama dengan suku karo. Buruh tani etnis Jawa ini juga mendapatkan Jatah Raskin dan juga Jamkesmas. Mereka di data oleh aparat desa dan jika mereka dalam keadaan kurang mampu maka mereka akan diberi bantuan.
Pada umumnya masyarakat Jawa dikenal lambat di dalam bekerja tetapi buruh Tani etnis Jawa yang bekerja di Desa raya ini sudah gigih, rajin dan ulet karena mereka bekerja dengan suku Karo yang dikenal cepat di dalam bekerja sehingga lama-kelamaan mereka bekerja dengan cepat dan bersih sehingga sampai pada saat sekarang masyarakat desa Raya masih mempertahankan buruh tani Etnis Jawa sebagai Aron mereka. Dan pada umumnya buruh tani ini sudah bekerja secara menetap dengan pemilik tanah.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakan diatas adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana etos kerja buruh tani etnis Jawa di Desa Raya? 2. Bagaimana mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa di Desa Raya?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana etos kerja masyarakat buruh tani etnis jawa yang merantau ke Desa Raya?
(23)
2. Untuk mengetahui mobilitas sosial atau status sosial ekonomi buruh tani etnis Jawa yang merantau dan sudah lama tinggal di desa Raya tersebut?
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada umumnya mempunyai manfaat.Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana etos kerja dan mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa dan juga memberikan kontribusi bagi mahasiswa Sosiologi,terutama sosiologi pertanian dan sosiologi pedesaan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Bagi penulis,penelitian ini dapat mengasah dalam penulisan karya ilmiah dan melalui penelitian ini juga penulis dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana cara bekerja buruh tani Khusus nya Etnis Jawa dan juga Mobilitas sosialnya. Penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan pemerintahan Desa Di Raya Kecamatan Bersatagi.
1.5Defenisi Konsep.
Penelitian mengenai etos kerja dan mobilitas sosial buruh tani di Desa Raya Kecamatan Berastagi bertujuan untuk menegtahui bagaimana perubahan hidup masyarakat Suku Jawa yang bekerja sebagai buruh tani dimana kehidupan sosial ekonominya yang semakin lama bekerja semakin membaik. Agar penelitian ini tetap pada fokus penelitian dan supaya tidak
(24)
menimbulkan penafsiran ganda di kemudian hari maka perlu dibuat defenisi konsep antara lain sebagai berikut:
1. Etos kerja adalah sikap atau kehendak yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, dan juga sifat dan pandangan bangsa terhadap kerja dan memiliki tujuan untuk mencapai hasil terbaik dalam pekerjaan.
2. Mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindaha dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial ini bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial termasuk segi penghasilan yang dapat dialami individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.
3. Buruh tani/dalah sekelompok masyarakat yang bekerja sebagai tenaga upahan harian dan bekerja di sekitar daerah pertanian seperti di persawahan, perkebunan, dan ladang.
4. Stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarki menurut dimensi kekuasaan dan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat.
5. Suku jawa adalah salah satu suku yang terdapat di Indonesia dan tersebar di berbagai wilayah dan mempunyai budaya tersendiri juga mempunyai bahasa sendiri.
6. Aron adalah sebutan di suku Karo kepada buruh tani yang bekerja di ladang dan aron inilah yang berperan penting di dalam penunjang pertanian di sekitar Kabupaten karo.
7. CU(Cerdit Union) adalah sebuah wadah bagi masyarakat untuk melakukan transaksi simpan pinjam dengan bunga yang rendah dan pada umumnya CU ini berkembang di daerah pertanian atau perkebunan.
(25)
8. Mayarakat Karo adalah sekumpulan manusia yang hidup pada wilayah yang dinamakan Kuta(Desa), dan memiliki ciri-ciri dengan memakai bahasa, nilai, adat-istiadat, dan ikut dalam merga silima, tutur siwaluh dan perkeden-kaden sepulu dua dan ciri budaya Suku Karo lainnya.
(26)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1 ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI
Etos kerja secara etimologis merupakan kata yang memiliki pengertian yang saling berbeda satu dengan yang lainnya. Kata etos mengandung pengertian pandangan hidup yang khas suatu golongan sosial(kamus besar bahasa indonesia,1991:237). Etos kerja adalah sifat karakter kualitas hidup yang moral dan gaya serta suasana hati seseorang masyarakat. Etos berada pada lingkaran etika dan logika yang bertumbuh pada nilai-nilai dengan hubungan nya dengan pola-pola tingkah laku dan rencana-rencana manusia. Etos memberi warna dan penilaian terhadap alternatif pilihan kerja apakah suatu pekerjaan itu dianggap baik atau,mulia,terpandang.
Koentjaraningrat memberi pengertian tentang etos sebagai watak khas yang tampak dari luar,dalam artian watak disini adalah dapat dilihat oleh orang lain. (Sarajar,1995:38). Etos kerja pada intinya memiliki tujuan yang sama dan terpusat pada sikap dasar dari manusia.
Kerja secara etimologis diartikan sebagai kegiatan melakukan sesuatu(kamus besar bahasa indonesia,1991:428). Setelah melihat kedua pengertian yang disebutkan diatas tadi apabila digabungkan menjadi satu didalamnya akan memberikan pengertian sebagai berikut: “Etos kerja “ sebagai sikap kehendak yang diperlukan untuk kegiatan tertentu dan merupakan sifat dan pandangan bangsa terhadap kerja dan etos kerja memiliki tujuan sejauh mana mencapai hasil terbaik dalam pekerjaan.
Menurut Nurhana (dalam Sarajar, 1991: 39) mengartikan bahwa etos kerja merupakan:
(27)
• Dasar motivasi yang terdapat dalam budaya suatu masyarakat yang menjadi penggerak batin anggota masyarakat pendukung budaya untuk melakukan suatu kerja.
• Nilai-nilai tertinggi dalam gagasan budaya masyarakat terhadap kerja yang dapat menjadi penggerak batin masyarakatnya melakukan kerja.
• Pandangan hidup yang khas dari sesuatu masyarakat terhadap kerja yang mendorong keingginanya untuk melakukan pekerjaan.
Demi kelangsungan hidup, disadari atau tidak bahwa setiap manusia memiliki suatu pandangan tentang bagaimana ia harus hidup dan juga tidak sekedar untuk hidup semata,tetapi akan hidup maju dan paling tidak dapat mensejajarkan drajat dirinya dengan sesama manusia yang ada di sekelilingnya. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan jika dilihat dari kedudukannya menunjukkan bahwa ia memiliki kedudukan yang istimewa dalam hubungannya dengan sang pencipta. Sebagai makhluk yang istimewa dalam rangka ia mempertahankan hidup ataupun mempertinggi drajad hidup,makan manusia dapat mencapai semua itu dengan jalan pekerjaan. Bekerja bagi setiap manusia erat kaitannya dengan harkat dan martabat manusia itu sendiri.
Etos kerja juga dipengaruhi oleh unsur agama seperti tesis Weber. Weber adalah seorang ilmuwan, dan bukunya yang terkenal adalah The Protestan Etnic and The Spirit of Capitalism. Di dalam bukunya ini ia mengemukakan tesis nya yang terkenal adalah mengenai keterkaitan antara etika protestan dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat. Menurut Weber muncul dan berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat berlangsung secara bersamaan dengan perkembangan sekte calvinisme dalam agama protestan dimana Argumen Weber adalah ajaran Calvinisme mengharusken umatnya untuk menjadikan dunia tempat yang makmur sesuatu yang hanya dapat dicapai dengan kerja keras. Namun keuntungan yang diperoleh melalui kerja keras tidak dapat digunakan untuk berfoya-foya atau bentuk
(28)
konsumsi berlebihan lain, karena ajaran Calvinisme mewajibkan hidup sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan dan foya-foya.(Sunarto 2004:7)
Weber juga membahas tentang ajaran agama Islam dimana menurut Weber islam adalah agama dari para prajurit. Di zaman Islam awal kelas prajurit ini membentuk pula suatu komunitas agama yang didukung oleh suatu status tertentu. Menurut Weber satu hal yang diberikan oleh agama adalah memberi Tanggung Jawab terhadap sesuatu ketika manusia telah menemui situasi keterbatasannya. Dan kehadiran agama islam juga memberikan tanggung jawab terhadap situasi sosial, ekonomi politik, dan kulturanl yang ada. Jadi dalam penelitiannya Weber menyatakan bahwa nilai-nilai agama juga mempengaruhi perilaku bekerja dan etos kerja penganutnya.
Selain penelitian Weber ada juga penelitian yang dilakukan oleh Emile Durkheim yaitu tentang pembagian kerja. Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat memerlukan solidaritas ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas: yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan tipe solidaritas yang didasarkan atas tipe persamaan dan dijumpai pada masyarakat yang sederhana dimana pada masyarakat yang seperti ini belum terdapat pembagian kerja. Lambat laun pembagian kerja dalam masyarakat proses yang sekarang dinamakan diferensiasi sehingga solidaritas mekanik berubah menjadi solidaritas organik. Pada masyarakat solidaritas organik masing-masing anggota tidak lagi dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh saling ketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain dengan kata lain solidaritas organik adalah sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung laksana bagian suatu organisme biologi. (Sunarto 2004:5)
(29)
Dalam wilayah kebudayaan Jawa ada dibedakan anta penduduk pesisir Utara dimana perdagangan, nelayan, dan pengaruh islam lebih kuat menghasilkan bentuk kebudayaan Jawa yang khas, yaitu kebudayaan pesisir dan daerah-daerah Jawa pedalaman sering juga disebut Kejawen, yang mempunyai pusat budaya dalam kota-kota kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Kebanyakan orang Jawa hidup sebagai buruh Tani. Di daerah dataran rendah mereka bercocok tanam padi, di daerah pegunungan mereka menanam ketela dan palawija. Sebagian besar daerah pulau Jawa merupakan daerah Agraris penduduk nya masih hidup di desa-desa. Orang Jawa sendiri membedakan dua golongan sosial yaitu, (1) wong cilik atau orang kecil terdiri dari sebagian besar petani dan mereka yang berpendapatan rendah di kota. (2) kaum priyayi dimana termasuk orang-orang kaum pegawai dan juga orang-orang intelektual.
Didalam masyarakat Jawa ada dua kaidah yang paling menentukan pola pergaulan. Yang pertama itu adalah hendak nya setiap manusia bersikap sedemikian rupa hingga tidak sampai menimbulkan konflik dan kaidah ini sering di sebut dengan kaidah rukun dimana prinsip kerukunan bertujuan mempertahan kan masyarakat dalam keadaan yang harmonis. Dimana rukun ini berarti berada dalam keadaan selaras, tenang dan tentram tanpa perselisihan dan pertentangan. Dalam pandangan Jawa ada dua segi dalam tuntutan kerukunan. Yang pertama, dalam pandangan Jawa masalahnya bukan penciptaan keadaan keselarasan melainkan lebih untuk tidak mengganggu keselarasan yang diandaikan sudah ada. Yang kedua, tidak menyangkut suatu sikap batin atau keadaan jiwa melainkan penjagaan keselarasan dalam pergaulan.Yang kedua, menuntut agar manusia dalam cara bicara dan membawa diri selalu menunjuk kan sikap hormat kepada orang lain sesuai dengan derajat dan kedudukan nya, dan ini sering di sebut dengan prinsip hormat. Dimana di prinsip hormat ini mengatakan bahwa setiap dalam cara bicara dan membawa diri terhadap orang lain menunjuk kan sikap hormat sesuai dengan drajat dan kedudukan nya.
(30)
2.3 MOBILITAS SOSIAL
Menurut Horton dan Hunt (dalam Bagong Suyanto 2004) dapat mobilitas diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas soaial lainnya. Mobilitas sosial bisa merupakan peningkatan atau penurunan dalam segi status soaial dan termasuk pula segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok. Tingkat mobilitas sosial pada masing-masing masyarakat berbeda-beda. Pada masyarakat yang bersistem kelas soaial terbuka maka mobilitas sosial warga masyarakat akan cendrung tinggi. Tetepi sebaliknya pada sistem kelas sosial tertutup seperti masyarakay feodal atau masyarakat yang bersistem kasta maka mobilitas sosial warga masyarakatnya akan cendrung sangat rendah dan sulit diubah.
Dalam mobilitas sosial secara prinsip dikenal dua macam yaitu,mobilitas sosial vertikal,dan mobilitas sosial horizontal. Yang dimaksud dengan mobilitas vertikal adalah perpindahan individu dari kedudukan sosial ke kedudukan sosial yang lain yang tidak sederajat. Ada dua jenis mobilitas vertikal,yakni:
1. Gerak sosial yang meningkat(sosial climbing), Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk yang utama.
• Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada sebelumnya. Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
• Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi. Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan
(31)
seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.
2. Gerak sosial menurun(sosial sinking), yakni perpindahan anggota masyarakat dari kelas soaial tertentu ke kelas sosial yang posisinya lebih rendah .
Berbeda dengan mobilitas sosial vertilal yang berarti perpindahan dalam jenjang status yang berbeda,yang dimaksud dengan mobilitas sosial horizontal adalah perpindahan individu atau objek-objek lainnya dari suatu kelompok sosial yang satu ke kelompok sosial yang lainnya yang sederajad. Dalam mobilitas sosial yang horizontal tidak terjadi perubahan dalam drajat status seseorang ataupun objek sosial lainnya.
Pitirim A. Sorokin,di dalam pengantar sosiologi dan terapan karangan Dwi Narwoko dan Bagong pada tahun 2004 hal:210 dalam mobilitas sosial secara vertikal dapat dilakukan lewat beberapa saluran sebagai berikut:
1. Angkatan bersenjata. Dalam keadaan perang dimana setiap negara mengehendaki kemenangan maka jasa seorang prajurit tanpa melihat statusnya akan dihargai dalam masyarakat. Dan karna jasanya di dalam peperangan berhasil maka ia memperoleh kekuasaan dan wewenang.
2. Lembaga-lembaga pendidikan. Pada umumnya lembaga pendidikan merupakan saluran yang kongkret dari mobilitas sosial vertikal bahkan lembaga pendidikan formal dianggap sebagai sosial elevator yang bergerak dari kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi.
3. Lembaga-lembaga keagamaan. Lembaga ini juga merupakan salah satu saluran mobilitas sosial vertikal walaupun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat.
(32)
4. Organisasi Politik. Kesempatan yang cukup besar bagi setiap anggota masyarakat. Bagi mereka yang pandai berorganisasi dalam organisasi politik dapat kesempatan untuk dipilih sebagai anggota DPR sebagai wakil dari organisasi politik yang mengorbikannya sehingga seseorang tersebut dapat merubah status kedudukannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. 5. Organisasi Ekonomi. Organisasi ini baik yang bergerak dalam bidang perusahaan maupun
jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas sosial vertikal,karena dalam organisasi ini sifatnya relatif terbuka
Horton dan Hunt (1987) mencatat ada 2 faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas pada masyarakat modern,yakni:
1. Faktor struktural,yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus di isi serta kemudahan untuk memperolehnya. Ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pelamar atau pencari kerja adalah termasuk faktor struktural.
2. Faktor individu,yakni kualitas orang per orang baik dari tingkat pendidikannya, pemanpilannya,keterampilan pribadi dan juga faktor kemujuran siapa yang berhasil
mencapai kedudukan tersebut.
Sementara Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
1. Kemiskinan Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit
2. Diskriminasi Kelas Sistem kelas tertutup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti denga adanya pembatasan keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan.
(33)
3. Perbedaan Ras dan Agama dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal ke atas. Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai keinginannya.
4. Perbedaan jenis kelamin (Gender). Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam masyarakat.
5. Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku.
6. Perbedaan kepentingan. Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam sutu struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk memperebutkan sesuatu .
Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik. Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal, di antara nya:
1. Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun. 2. Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang
meningkat.
3. Keterangan hubungan antar anggota kelompok primer, yang semula karena seseorang berpindah ke status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.
(34)
Dampak mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu dampak positif dan dampak negatif.
\
Dampak positif, yaitu :
1. Mendorong seseorang untuk lebih maju. Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi.
2. Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan. 3. Meningkatkan intergrasi social. mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat
meningkatkan integrasi sosial.misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang di anut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta intergrasi sosial
Dampak negatif,
1. Konflik antarkelas. Dimasyarakat terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Dan apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas.
(35)
2. Konflik antarkelompok sosial. Dimasyarakat juga terdapat pula kelompok sosial yang beragam diantaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha umtuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul lah konflik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam tentang etos kerja dan mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa. Penelitian kualitatif digunakan untuk melihat individu secara utuh serta berusaha untuk mengambarkan status sosial ekonomi masyarakat buruh tani di Desa Raya Berastagi. Penelitian kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor dan kejadian. Tujuan dari penelitian kasus adalah untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial baik individu maupun kelompok lembaga atau masyarakat. (Sumadi Suryabrata , 2002:22)
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. Alasan memilih daerah ini,karena di Desa Raya ini terdapat banyak sekali
(36)
2. Konflik antarkelompok sosial. Dimasyarakat juga terdapat pula kelompok sosial yang beragam diantaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha umtuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul lah konflik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam tentang etos kerja dan mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa. Penelitian kualitatif digunakan untuk melihat individu secara utuh serta berusaha untuk mengambarkan status sosial ekonomi masyarakat buruh tani di Desa Raya Berastagi. Penelitian kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor dan kejadian. Tujuan dari penelitian kasus adalah untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial baik individu maupun kelompok lembaga atau masyarakat. (Sumadi Suryabrata , 2002:22)
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. Alasan memilih daerah ini,karena di Desa Raya ini terdapat banyak sekali
(37)
buruh tani dari berbagai suku tetapi yang paling dominan itu adalah suku Jawa. Dalam hal ini,peneliti ingin mengetahui bagaimana etos kerja buruh tani etnis Jawa dan mobilitas sosial nya
3.3 Unit analisis dan informan
3.3.1 Unit analisis Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Adapun unit analisi dalam penelitian ini adalah para pekerja buruh tani entis jawa yang tinggal di Desa Raya kec.Berastagi Kab.Karo.
3.3.2 Informan
Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagi pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (bungin,2007:76). Adapun informan dalam penelitian ini adalah :
• Buruh Tani Etnis Jawa yang telah lama menetap di Desa Raya
• Masyarakat yang memperkerjakan Buruh Tani etnis Jawa
• Kepala Desa Raya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1 Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan dan berkaitan dengan masalah yang diteliti,teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara:
(38)
Observasi Partisipan, adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra sebagai alat bantu utamanya. Observasi partisipasi yang dimaksud adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Dengan demikian pengamat betul-betul menyelami kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamat kemudian mengambil bagian dalam kehidupan budaya mereka(Burhan,2007:115-116). Dengan teknik pengumpulan data observasi partisipan, peneliti berinteraksi secara langsung dan tinggal di tempat tinggal buruh tani tersebut secara langsung, dan disini peneliti memilih menjadi seorang buruh Tani sehingga peneliti mampu untuk mendapatkan data yang akurat yakni bisa melihat secara langsung bagaimana etos kerja dan mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa.
b.Wawancara mendalam
Wawancara mendalam yaitu proses tanya jawab yang dilakukan peneliti terhadap informan penelitian. Hal ini dilakukan untuk menngali informasi mengenai permasalahan penelitian mendalam. Faisal menyatakan bahwa wawancara mendalam diperlukan untuk medapatkan data secara mendalam, lengkap dan rinci dari informan. Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada informan secara lebih spesifik dengan panduan Interview guide. Wawancara dengan interview guide dilakukan dengan melakukan tanya jawab oleh peneliti dengan informan mengikuti pedoman pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan (Nawawi, 2006:101). Data yang diperoleh dari wawancara mendalam yaitu berupa bagaimana etos kerja dan perubahan status sosial ekonomi masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani.
(39)
Dokumentasi,yaitu dilakukan dengan menggunakan kamera foto untuk mengabadikan hal-hal yang tidak terobservasi serta aktivitas masyarakat atau perilaku buruh tani etnis jawa ketika bekerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara spenelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen,yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil refrensi, dokumen, majalah, jurnal dan bahan dari situs internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini tentunya yang berkaitan dengan etos kerja dan mobilitas sosial buruh tani etnis Jawa.
3.5 Interprestasi Data
Dalam penelitian kualitatif peneliti dapat mengumpulkan data baik dari hasil wawancara,observasi maupun dokumentasi. Data tersebut semua umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Data yang telah diperoleh dari study kepustakaan juga terlebih dahulu di evaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelola kemudian dapat dilakukan interprestasi data mengaju pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil observasi dinarasikan sebagai perlengkapan data penelitian. Akhir dari semua proses ini adalah pengambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan.(faisal,2007:275
3.6 Jadwal Kegiatan
(40)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pra Observasi X
2 ACC Judul X
3 Penyusunan Proposal Penelitian X X 4 Seminar Proposal Penelitian X 5 Revisi Proposal Penelitian X
6 Penelitian Ke Lapangan X X X X 7 Bimbingan/ Laporan Akhir X X X X
8 Sidang Meja Hijau X
3.7 Keterbatasan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis masih banyak keterbatasan penelitian baik baik Karen Faktor intern dimana peneliti memiliki keterbatasan ilmu dan materi dan juga karena factor eksternal seperti informan. Untuk itu bagi para akademis yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar kajian ilmiah maupun bagi praktisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar pengambilan keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu :
1. Penelitian ini hanya hanya membahas bagaimana etos kerja dan mobilitas social buruh tani etnis Jawa di desa Raya. Adapun pembahasan etos kerja dan mobilitas social dibahas secara singkat. Padahal masih banyak hal-hal lain yang dapat diteliti dan berhubungan misalnya kaitan nya dengan pertambahan penduduk yang datang merantau dan cara bertahan hidup di desa Raya.
2. Ruang waktu dalam penelitian ini hanya sekitar 2 bulan untuk pencharian data di lapangan dengan observasi lapangan dan wawancara dengan para informan. Penelitian ini
(41)
sebaiknya dilakukan dalam waktu yang relatif lebih lama supaya data-data lapangan dapat terkumpul lebih mendalam lagi.
3. Dalam melakukan wawancara, peneliti kesulitan untuk mencari informan karena mayoritas penduduk adalah buruh tani. Buruh tani di desa ini mulai bekerja pukul 08.00 WIB dan kembali pulang bekerja pukul 16.00 WIB sehingga peneliti hanya dapat menjumpai informan pada sore hari dan waktu nya juga terbatas karena para infoman tidak mau diganggu setelah pukul 19.00 karena waktu itu digunkan untuk beristirahat.
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRESTASI DATA
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Sejarah Desa
Desa Raya adalah desa yang tidak diketahui secara jelas sejak kapan berdirinya. Dulunya desa Raya ini adalah hutan belantara dan semak belukar dan masyarakat nya hidup di pinggir hutan dimana di daerah tempat tinggal nya itu sangat dekat dengan mata air yang selalu dipergunakan masyarakat desa untuk kebutuhan sehari-hari. Tetapi pada tahun 1923 pemukiman masyarakat itu terbakar dan rata dengan tanah, sehingga pada saat itu orang yang paling berkuasa yang di kenal dengan Sibayak Lingga memerintahkan agar masyarakat yang tinggal di pinggir hutan dan terkena kebakaran dapat mengambil lahan tanah di sekitar hutan dengan bebas tanpa harus membayar kepada yang berkuasa sehingga dengan perlahan masyarakat mulai membangun desa tersebut. Banyak masyarakat dari desa lain juga ikut mengambil bagian tanah dan mendirikan rumah bersama-sama. Ada mendirikan rumah siwaluh jabu, siempat jabu, dan si sepulu dua jabu.
(42)
Seperti desa-desa pada umumnya dimana desa Raya ini juga mempunyai pendiri kampung ( Simantek Kuta) yaitu klan dari keluarga Ketaren dengan anak beru Ginting dan senina klan dari marga Purba. Sebelum tahun 1984 desa Raya tergabung dalam Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Tahun 19845 sampai tahun 1990 desa Raya termasuk dalam perwakilan Berastagi. Pada tahun 1991 Kecamatan perwakilan Berastagi menjadi defenitif otomatis sehingga desa-desa yang terdapat didalam nya menjadi wilayah kecamatan Bersatagi termasuk Desa Raya.
Adapun nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala Desa Raya ini adalah 1. Cikem Ketaren
2. Luari Ketaren 3. Berngab Sinuhaji 4. Palaren Ketaren 5. Nendeng Purba
6. Salam Maulana Ginting 7. Budiman Keteren(1996-2002) 8. Hendra Ketaren
9. Budiman Ketaren (2009-2014)
Adapun susunan pemerintahan Desa Raya pada tahun 2012 adalah sebagai berikut Kepala Desa : Budiman Keteren
Sekretaris Desa : Mulyanto Keteren Kepala Urusan Pemerintahan : Hudson Ginting Kepala Urusan Pembangunan : Yusnaidi Keteren
(43)
Kepala Urusan Umum : Junaidi Sembiring Pemegang Kas(PK) : Jhon Ryamond Ketaren Ketua BPD : Kiatson Ketaren
Desa Raya juga mempunyai 7 Dusun dan masing-masing dikepalai oleh kepala dusun(kadus). Adapun nama-nama kepala dusun nya yang masih aktif dan bertugas sebagai berikut:
Tabel 4.1 Nama-nama Kepala Dusun
No DUSUN NAMA KEPALA DUDUN
1. Dusun I Mahlon Sembiring
2. Dusun II Karya Ketaren
3. Dusun III Hendri Ketaren
4. Dusun IV Parlindungan Surbakti
5. Dusun V Idaman Sinuhaji
6. Dusun VI Siswanto Ketaren
7. Dusun VII Amos Ketaren
Sumber : Monografi Desa Raya tahun 2011 4.1.2 Keadaan Geografis Desa
a. Batas wilayah Desa
Desa Raya berada di sepanjang Jalan Jdamin ginting yang merupakan Jalan Lintas. Desa Raya ini juga memiliki jarak 2,5 kilo meter ke arah selatan yang merupakan
(44)
ibukota Kecamatan (Berastagi) dan 5 kilometere ke arah utara yang merupakan Ibu Kota Kabupaten (Kabanjahe) dan 64 kilometer ke Ibu Kota Propinsi ( Medan).
Adapun Batas-batas wilayah Desa Raya adalah sebagai berikut -Sebelah Utara berbatasan dengan DesaRumah Berastagi
-sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sumbul/ Sumber Mufakat -sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gurusinga dan Desa Kaban -Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ajijulu dan Desa Ajijahe b. Luas wilayah (ha)menurut jenis penggunanya
Desa Raya kecamatan Berastagi kabupaten Karo memiliki wilayah seluas 500 ha. Adapun penyebaran luas wilayah tersebut menurut penggunanannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Penyebaran luas wilayah desa Raya
Luas wilayah (ha) menurut jenis penggunaan nya di desa Raya tahun 2011 No Peruntukan Lahan Luas Persentase 1. Persawahan 20 ha 4.00% 2. Tegalan/ Perladangan 342 ha 68.40 % 3. Perumahan/ Pemukiman 126 ha 25.20 % 4. Lainnya 12 ha 2.40 %
5. Jumlah 500 ha 100 %
Sumber : Monografi desa Raya tahun 2011 C . Iklim
(45)
Desa Raya kecamatan Berastagi Kabupaten Karo ini terletak di dataran Tinggi Bukit Barisan dengan ketinggian 1320 di bawah permukaan laut. Iklim Desa Raya sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan yang menyolok hal tersebut mempunyai pengaruh terhadap produktivitas tanaman holtikultura rata-rata suhu harian desa Raya ini 16 drajat celcius dengan rata-rata curah hujan tahunan 144mm.
4.1.3 Sarana dan Prasarana Desa a. Sarana Kesehatan
Pemenuhan kebutuhan kesehatan di desa Raya ini dilengkapi oleh prasarana kesehatan sebanyak 8 sarana kesehatan yang terdiri dari rumah sakit umum swasta, poliklinik swasta, polindes( BKIA) dan sebuah pengobatan gigi yang sering di sebut dengan tukang gigi. Secara terperinci dapat dilihat tabel dibawah ini
Tabel 4.3 Sarana Kesehatan Desa Raya
No Uraian Jumlah 1. Rumah sakit Swasta 2 2. Polindes Pemerintah 2 3. Poliklinik Swasta 3 4. Pengobatan gigi(tukang gigi) 1
(46)
Sumber : Monografi Desa Raya tahun 2011 b. Sarana pendidikan
Desa raya memiliki 12 sarana pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat. Di desa ini hanya tersedia sarana pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan anak usia dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar( SD), sekolah Menengah Pertama(SMP), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan tinggi AKBID/AKPER. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4 Sarana pendidikan formak Desa Raya
No Sarana Pendidikan Pemilik/ Pengelola Jumlah
1. Pendidikan PAUD Pemerintah 1
2. Pendidikan PAUD Swasta 2
3. Pendidikan TK Pemerintah 1
4. Pendidikan TK Swasta 2
5. Pendidikan Dasar (SD) Pemerintah 2 6. Pendidikan Menengah Pertama(SMP) Pemerintah 1 7. Pendidikan Menengah Atas (SMA)
(SMA/ SMK)
Pemerintah 1 8. Pendidikan Menengah Atas
( SMA/SMK)
(47)
9. Perguruan Tinggi AKBID/AKPER Swasta 1
10. Jumlah 12
Sumber : Monografi Desa Raya tahun 2011 C . Sarana peribadatan
Desa Raya memiliki sarana peribadatan untuk memenuhi kebutuhan rohani masyarakat desa, dimana terdapat 9 unit yaitu masjid, greja khatolik dan gereja protestan. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5 Sarana Peribadatan Desa Raya
No Jenis Sarana Ibadah Jumlah
1. Mesjid 3
2. Gereja Katholik 1
3. Gereja Protestan 5
4. Jumlah 9
Sumber : Monografi Desa Raya tahun 2011 D . Sarana Transportasi dan Komunikasi
Desa Raya adalah Desa yang berada di sepanjang Jalan Jdamin Ginting yang merupakan jalan Negara sepanjang 3,5 km. Desa Raya juga adalah desa yang berada pada
(48)
wilayah pegunungan sehingga hanya memiliki transportasi darat. Perhubungan darat dilengkapi dengan prasarana jalan darat yang ada di desa ini. Jenis prasarana nya perhubungan darat yang ada di desa ini terdiri dari stasion pembantu, jalan bebatuan. Sarana tranportasi yang ada di desa ini terdiri dari kendaraan roda empat, kendaraan roda dua, dan alat transportasi tradisional seperti gereta lembu.
Kemudahan komunikasi di desa Raya ini di dukung dengan sarana warung internet sebanyak 5 buang warnet dan dukungan beberapa jaringan telepon seluler dan di Desa Raya ini memiliki sinyal yang baik.
e . Sarana Olah Raga
Masyarakat Desa Raya sangat aktif dalam kegiatan olah raga , yang paling menonjol dan paling aktif adalah olah raga sepak bola dan kegiatan ini didukung oleh adanya lapangan sepak bola yang berada di pinggir jalan raya dan ada juga lapangan bola volly tetapi lapangan ini terletak di area perguruan tinggi AKBID/AKPER TAKASIMA sehingga masyarakat tidak begitu bebas dan leluasa untuk bermain di dalam nya.
4.1.4 Penduduk
Jumlah penduduk Desa Raya kecamatan Berastagi kabupaten Karo pada tahun 2011adalah 5838 jiwa, terdidi dari laki-laki 2575 orang dan perempuan berjumlah 3263 orang. Jumlah kepala keluarga (kk)sebanyak 1200kk. Seluruh penduduk di desa ini adalah warga negara Indonesia tetapi tidak semua nya keturunan Pribumi ada juga keturunan Tionghoa, India, dan Barat. Secara terperinci dapat dilihat di tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Kepadatan penduduk Desa Raya menurut jenis kelamin
(49)
1. Laki-laki 2.575 jiwa 2. Perempuan 3.263 jiwa 3. Jumlah seluruhnya 5.838 jiwa Sumber Monografi Desa Raya Tahun 2011
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk menurut Suku
No Keterangan Jumlah
1 Karo 3.352 jiwa
2 Jawa 1.730
3 Batak 585
4 Nias 83
5 Melayu 88
Jumlah 5.838
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk menurut kelompok usia No Kelompok
Umur (Tahun)
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0-1 85 115 200
2. 1-5 200 210 410
3. 5-7 60 70 130
(50)
5. 12-15 100 130 230
6. 16-20 105 133 238
7. 21-25 280 385 665
8. 26-30 400 498 898
9. 31-40 402 555 957
10. 41-50 360 400 760
11. 51-55 210 300 510
12. 56-60 85 105 190
13. 60- keatas 40 70 110
14. Jumlh 2575 3263 5838
Sumber : Monografi Desa Raya Tahun 2011
Mayoritas masyarakat Desa Raya memeluk agama protestan yaitu sebanyak 4200 jiwa. Pemeluk Khatolik sebanyak 368 jiwa, Islam sebanyak 1264 jiwa, Hindu/Budha sebanyak 6 orang. Secara terperinci dapat dilihat di tabel berikut
Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Agama Jumlah
1. Islam 1264
2. Khatolik 368
(51)
4. Hindu/Budha 6
5. Jumlah 5838
Sumber : Monografi Desa Raya tahun2011 4.1.5 Perekonomian
Desa Raya adalah desa yang berada di dataran tinggi dan tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Sebanyak 95% penduduknya menggantungkan hidupnya terhadap bidang pertanian. Kegiatan pertanian ini dibagai dalam 2 jenis yauitu pertanian lahan kering dan lahan basah. Untuk lahan kering merupakan perladangan dimana penduduk menanam tanaman holtikultura yaitu buah dan sayur. Tanaman yang umumnya ditanam oleh masyarakat adalah cabai, tomat, wortel, kol, brokoli, bunga kol, sop, pere, selada, jeruk,buncis, kentang, selain itu juga masyarakat sudah beralih menanam tanaman perkebunan yaitu kopi.
Sejak 10 tahun terakhir ini Desa Raya terkenal sebagai penghasil bunga Krisan di kabupaten Karo, ada sebanyak 70% masyarakatnya juga petani bunga. Selain mempunyai tanaman holtikultura masyarakat juga menanam jenis-jenis bunga krisan dan selain itu ada juga bunga Ester, Bunga Kardiol dan Sedap malam. Di desa Raya ini juga merupakan pusat perdagangan bunga Krisan di Kabupaten Karo. Dimana pasar bunga krisan ini yang sering disebut Tiga Bunga oleh masyarakat sekitar diadakan dua kali seminggu yaitu hari senin dan hari kamis mulai dari jam 08.00 wib sampai 17.00 wib. Selain itu juga Tiga bunga ini selalu ada ada menjelang hari raya besar seperti Natal dan Tahun Baru, Hari Raya Idul Fitri, Paskah, Hari Raya Imlek, dan sembahyang- sembahyang Imlek. Sehingga ketika menjelang hari Raya besar tersebut tiga bunga ini selalu ramai dan dengan penjual bunga dan pembeli bunga yang datang dari Kabanjahe, Berastagi, Tigapanah, Merek,Binjai, Sidikalang, dan Medan dan paling banyak datang dari Medan. Tiga bunga ini sendiri bertempat di balai Desa
(52)
atau sering disebut losd Desa Raya. Jadi ketika bunga berlangsung losd ini penuh dengan bunga-bunga yang berbagai macam jenis dan warna.
Pada lahan basah hanya terdapat sawah itu pun tidak dipakai lagi oleh masyarakat hanya beberapa kepala rumah tangga lah yang menjadikan sawah sebagai mata pencharian mereka itu pun dijadikan mata pencharian sampingan mereka. Disawah tersebut tidak ada ditanam padi tanaman yang ditanam adalah sop, selada, dan sayur peret. Kegiatan perekonomian di bidang pertanian ini di dukung dengan adanya kelompok Tani sebanyak 16 kelompok tani. Seluruh kelompok tani ini tergabung kedalam satu kelompok tani (GAPOKTAN DESA RAYA) selain itu juga terdapat 4 sarana pertanian yang menjual pestisida dan pupuk. Sementara untuk benih dan keperluan lainnya dapat di beli di kecamatan.
Selain sebagai petani masyarakat Desa Raya juga mempunyai pekerjaan lain sepertiPNS, baik sebagai guru, bidan desa, dan pegawai Pemerintahan, pedagang, dan bekerja di industri dll. Secara terperinci dapat dilihat di tabel berikut.
Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Menurut Mata pencharian
No Mata Pencharian Jumlah
1. Pegawai Negri Sipil (PNS) 261
(53)
3. Petani 2530
4. Buruh Tani 780
5. Lainnya 200
6. Jumlah 3839
Sumber Monografi Desa Raya tahun 2011 4.1.6 Kondisi Sosial Budaya
Masyarakat yang tinggal di desa Raya ini adalah mayoritas suku Karo. Adat-istiadat Karo dilaksanakan saat upacara seperti upacara perkawinan , upacara kematian, masuk rumah baru dll. Adat-istiadat ini juga dapat dilihat dengan adanya tradisi masyarakat Mburo Ate Tedeh Nimpa Bunga Benih atau sering disebut Kerja Tahun(Pesta Tahunan). Yang dilaksanankan setiap bulan oktober.
Di desa ini selain suku Karo yang terbesar terdapat juga suku Jawa dimana suku Jawa ini juga sering mengadakan adat istiadat seperti upacara perkawinan, kematian dan khitanan. Jika masyarakat suku Jawa mengadakan syukuran atau ada yang meninggal maka masyarakat Suku Karo yang dekat dan ada di sekitar mereka diundang ke acara tersebut dan begitu juga sebaliknya dimana suku Jawa juga datang ke acara suku Karo juga. Jika suku Karo mengadakan pesta dan masyarakat jawa diundang maka disediakan lah tempat dan makanan khusus bagi mereka ini dilakukan untuk menghormati tamu yang berbeda agama.
Tetapi berbeda hal nya dengan suku lain seperti suku Toba, Nias, Padang, Melayu. Suku ini kurang bisa berbaur dengan masyarakat dan jika mereka mengadakan acara maka acara tersbeut diadakan di kampung halaman mereka. Sistem sangkep nggeluh yang dianut yang dianut oleh masyarakat Karo membuat semua warga memiliki hubungan perkaden-kaden(persaudaraan) yang terdiri dari sembuyak, senina, anak beru dan kalimbubu. Masyarakat di desa Raya ini secara umum sudah menganutsatu agama yang diakui oleh
(54)
pemerintah. Penduduknya tidak ada lagi yang menganut kepercayaan tradisional Karo yaitu pemena ataupun perbegu. Di desa ini tidak ada terdapat dukun dan pengobatan tradisional untuk patah tulang dan praktek perdukunan bahkan seperti acara erpanggir (mandi ke mata air), ngelebuh wari udan(memanggil hujan), dan Raleng tendi( memanggil arwah )sama sekali tidak pernah dilakukan oleh masyarakat di desa ini.
4.1.7 Pendidikan
Pendidikan masyarakat di Desa Raya kecamatan Berastagi Kabupaten Karo tergolong baik dilihat dari banyaknya jumlah penduduk yang telah memenuhi wajib belajar 9 tahun. Dari total penduduk di desa ini, jumlah penduduk yang berpendidikan S-1 sebanyak 180 orang, Diploma sebanyak 82orang, pendidikan yang tamatan SMA sebanyak 403 orang, penduduk yang berpendidikan tamat SMP sebanyak 304 orang selebih nya belum/ tidak tamat SD dan ada kejar paket B dan paket A. Secara lebih terperinci dapat dilihat di tabel berikut ini
:
Tabel 4.11 Jumlah penduduk menurutjenjang pendidikan
No
Pendidikan
Jumlah
1
Belum/Tidak tamat SD
4734
2
Tamat SD
304
(55)
4
Tamat SLTA
403
5
Tamat Diploma
82
6
S-1
180
7
Kejar paket B& A
30
Jumlah
5838
Sumber: Monografi desa Raya tahun 2011
4.2 Profil Informan (Buruh Tani)
1. Nama : Srijumiati (istri) Slamat Sumarni( suami) Usia : 44Tahun
43 tahun Pekerjaan : Buruh tani Agama : Islam
Slamat sumarni adalah suku Jawa yang berasal dari Magelang( Jawa Tengah) dan istri berasal dari daerah Lima puluh Tebing Tinggi. Mereka merantau ke daerah Kabupaten Karo kerena kehidupan lebih layak dan penduduknya tidak padat dibandingkan dengan daerah lain dan lebih nyaman tinggal di daerah kabupaten Karo dari pada Magelang karena di Magelang pekerjaan susah dicari sedangkan di Kabupaten Karo kalau mau bekerja ya pasti makan. Awal kedatangan Slamat sumarni sampai ke kabupaten Karo karena dulu pada tahun 1987 dia diajak oleh pak de nya yang sudah duluan tinggal di Kabanjahe dan sampai di Kabupaten Karo dia bekerja sebagai supir di pabrik limun. Sementara istrinya Srijumiati pertama kali
(56)
sampai ke kabupaten Karo tinggal di Srinembah daerah Tigabinanga. Ia bekerja sebagai buruh tani(aron) sampai sekarang.
Baru tahun 1993 mereka menikah, pertama kali menikah mereka tinggal di daerah Sumbul, selama 13 tahun mereka tinggal di Sumbul menyewa rumah kontrakan yang berukuran kecil terdiri dari satu kamar mandi, satu kamar tidur, dapur dan ruangan yang sempit. Setelah 13 tahun tinggal di Sumbul mereka pindah ke Desa Raya karena mereka merasa tidak nyaman klagi tingal di desa Sumbul tersebut dan mereka putuskan untuk menyewa rumah kontrakan lagi di daerah PU/ Raya. Menyewa rumah yang berukuran sama dengan rumah sebelumnya, lalu istri nya tetap bekerja sebgai buruh tani sementara suami nya tetap bekerja sebagai supir di pabrik limun sekalian bekerja sebagai petani yang mengurusi ladang, dimana ladang ini diberikan secara Cuma-Cuma oleh bos pemilik pabrik limun untuk ditanami walaupun tanahnya tidak berukuran luas yaitu 40 x 50 meter. Tetapi mereka bisa menanam tanaman seperti wortel, kentang, kol, brokoli. Hasilnya lah ditabung selama 4 tahun sehingga mereka dapat membangun rumah di desa Raya ini di dusun 4 walaupun pada awalnya mereka meminjam ke Credit Union(CU) untuk membangun rumah ini. Rumah ini dibangun secara mencicil dulu hanya atap seng, lalu diasbes, dulu berlantai semen sekarang sudah berlantai keramik. Sementara gaji suaminya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-han juga kebutusehari-han anak sekolah.
Dulunya mereka ditawari tapak tanah di sekitar desa ini sehinga ada rejeki langsung mereka beli dan dibangun. Sehingga mereka sekarang sudah sah menjadi warga Desa Raya sehingga segala urusan seperti kartu keluarga dibuat di Desa Raya ini. Mereka sudah 11 tahun tinggal di desa Raya ini tapi selama 7 tahun mengontrak rumah dan sudah 4 tahun lamanya mereka mempunyai rumah sendiri.
(57)
Sementara alasan istri nya tetap memilih pekerjaan sebagai buruh tani di desa ini sementara banyak desa lain yang merupakan daerah pertanian karena di desa ini tempat kerjanya lebih enak dan jenis tanaman yang ditanam juga lebih mudah dan masyarakatnya lebih mudah untuk berintraksi dibandingkan dengan daerah lain seperti daerah Gurusinga, peceren, Bertah dan kebetulan keluarga juga bekerja di sini dan nenek mereka juga tinggal di dusun 4 dan sanak- saudara yang lain juga tinggal berdekatan dengan bapak ini.. Pekerjaan lain yang mereka kerjakan adalah suami tetap bekerja di pabrik limun sementara istri selain sebagai aron tetap juga bekerja sebagai petani dan menanam tanaman yang tidak berumur panjang. Istri nya tetap memilih bekerja sebagai aron karena bakatnya hanya bisa keladang, sementara pendidikan tidak ada hanya tamatan SD.
Bapak Slamat Sumarni ini mempunyai 3 orang anak laki-laki dan satu keponakan laki-laki yang menjadi tanggungan nya. Anak yang pertama tamatan SMK dan sekarang telah bekerja di hotel Mickey holiday dan anaknya sendiri tidank ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Anak yang ke dua itu kelas 3 SMP sementara yang paling kecil kelas 2 SD. Keponakan yang menjadi tanggungan nya ini juga tamatan SMA dan sekarang telah bekerja di pabrik roti di sekitar daerah Sumbul.
Ibu Srijumiati hanya bekerjja sebagai Aron saja. Ia tidak ingin mengerjakan ladang kerjasama padahal ia seringkali ditawari oleh majikan tempat nya bekerja. Alasan ibu ini tidak mau menanam tanaman kongsi karena waktu nya tidak mencukupi, ia harus bekerja sebagai aron dan juga sebagai rumah tangga, lalu mengurusi ladang yang diberikan gratis oleh bos tempat suaminya bekerja. Jadi ibu ini tidak bisa mengatur waktu antara sebagai aron, ibu rumah tangga dan juga mengerjai ladang. Hasil dari ladang yang dikerjakan ibu ini lah sebagai tambahan penghasilan keluarga ini. Kalau gaji aron sehari-hari ditambah lagi gaji suami cukup untuk memenuhi kebutuhan anak sekolah sementara uang untuk beyar cicilan kreta, membangun rumah, membeli tapak rumah ya dari uang hasil ladang tersebut lah
(58)
ditabung sedikit demi sedikit. Bapak ini juga menjelaskan bahwa ia dan keluarga tidak terlalu memaksakan diri harus mempunyai harta yang banyak hanya saja mereka berkemauan kalau mereka juga ingin mempunyai ladang untuk dimasa tua nantinya. Ibu Srijumiati ini sendiri tidak ingin bekerja sebagai buruh tani sampai tua itulah sebab nya ia berkeinginan mempunyai ladang.
Bapak Slamat juga menjelaskan bahwa suku Jawa ia sendiri tidak begitu diajarkan untuk bekerja keras. Ia juga mengatakan istilah di suku Jawa yaitu mangan ora mangan seng penting kumpul, mungkin itu di pulau Jawa masi berlaku tetapi bagi bapak Slamat dan istri itu tidak berlaku lagi. Karena mereka tinggal di daerah perantauan jika mereka ngumpul selalu pasti tidak makan, jadi mereka jarang sekali untuk ngumpul-ngumpul dan setiap harinya mereka bekerja sekalipun hari minggu. Di suku Jawa terkhusus nya di agama islam bahwa sebenarnya istri itu kerjanya mengurusi rumah dan anak sementara suami yang bekerja tetapi setelah merantau ke desa Raya ini bapak ini mengatakan bahwa ia juga harus mengikuti irama dan situasi yang ada di tempat tinggalnya. Dimana istrinya juga ikut bekerja sebagai aron untuk menopang perekonomian rumah tangga dan saling bekerja sama dengan suami untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dimana bapak ini melihat lingkungan sekitar tempat tinggal nya dimana rata-rata suku karo yang dimana istinya juga ikut bekerja bahkan si istri lebih gigih bekerja dari pada suami jadi bagi ibu Srijumiati tidak ada gunanya ngumpul saja kalu tidak menghasilkan uang.
Pandangan keluarga ini terhadap suku karo yaitu baik dan mereka menjadikan suku Karo sebagai motivasi dimana suku Karo punya rumah dan keluarga ini juga ingin punya rumah dan mereka tetap ingin tinggal di desa ini. Bapak Slamat sendiri mengaku tidak punya keingginan kembali ke Magelang karena disana mencari pekerjaan susah, dan di sana mereka tidak mempunyai rumah kalau di desa Raya mereka sudah mempunyai rumah dan jika mau bekerja pasti mendapatkan uang.
(59)
Keluarga ini juga mengaku sudah bisa menabung dan sekarang mereka ingin menabung lagi untuk membeli ladang untuk modak di hari tua. Keluarga ini juga merasa sangat nyaman tinggal di desa ini karena mencari pekerjaan sangat lah mudah, masyarakat aslinya bisa diajak untuk bekerjasama dan tidak susah untuk bergaul. Ditambah lagi banyak keleuarga bapak Slamat yang tinggal di dusun 4 sehingga mereka merasa sudah seperti di kampung sendiri. Dan jika dilihat sekarang status sosial ekonomi keluarga ini sudah sangat jauh meningkat dan mapan. Dan alasan isrinya tetap sebagai buruh tani karena uang yang didapat sebagai aron itu sangat membantu untuk kebutuhan sehari-hari.
2.Nama : Mulyono( Suami) : Afni ( Istri) Usia : Suami 45 tahun Istri 38 tahun Pekerjaan : Buruh tani Agama : Islam
Mulyono dan Afni adalah buruh tani yang berasal dari Jawa Timur tetapi orang tua mereka sudah lama merantau ke daerah Tanjung Pura dan ibu Afni sendiri berasal dari daerah Binjai. Alasan mereka merantau ke daerah Kabupaten karo karena bapak Mulyono hanya bisa kerja sebagai buruh tani dan cuaca nya tidak terlalu panas sementara bapak Mulyono sendiri tidak terlalu menyukai bekerja di perkebunan selain itu juga di daerah kebun hawanya panas. Awal kedatangan pak Mulyono dan Istrinya ke kabupaten Karo yaitu karena ada ajakan dari kawan. Dulunya sampai di Kabupaten Karo mereka tinggal di daerah Peceren selama 1 tahun
(1)
Gambar 6. Bapak Mulyono
Gambar 7. Rumah Bapak Simi Gambar 7. Rumah bapak Simin
(2)
(3)
Gambar 9. Kantor Kepala Desa Raya
(4)
(5)
Gambar 12. Ladang Kerjasama yang sedang dikerjakan oleh Bapak Unyil
(6)
Gambar 13. Saat Berwawancara dengan Bapak Sadar Ginting