ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.1 ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI

Etos kerja secara etimologis merupakan kata yang memiliki pengertian yang saling berbeda satu dengan yang lainnya. Kata etos mengandung pengertian pandangan hidup yang khas suatu golongan sosialkamus besar bahasa indonesia,1991:237. Etos kerja adalah sifat karakter kualitas hidup yang moral dan gaya serta suasana hati seseorang masyarakat. Etos berada pada lingkaran etika dan logika yang bertumbuh pada nilai-nilai dengan hubungan nya dengan pola-pola tingkah laku dan rencana-rencana manusia. Etos memberi warna dan penilaian terhadap alternatif pilihan kerja apakah suatu pekerjaan itu dianggap baik atau,mulia,terpandang. Koentjaraningrat memberi pengertian tentang etos sebagai watak khas yang tampak dari luar,dalam artian watak disini adalah dapat dilihat oleh orang lain. Sarajar,1995:38. Etos kerja pada intinya memiliki tujuan yang sama dan terpusat pada sikap dasar dari manusia. Kerja secara etimologis diartikan sebagai kegiatan melakukan sesuatukamus besar bahasa indonesia,1991:428. Setelah melihat kedua pengertian yang disebutkan diatas tadi apabila digabungkan menjadi satu didalamnya akan memberikan pengertian sebagai berikut: “Etos kerja “ sebagai sikap kehendak yang diperlukan untuk kegiatan tertentu dan merupakan sifat dan pandangan bangsa terhadap kerja dan etos kerja memiliki tujuan sejauh mana mencapai hasil terbaik dalam pekerjaan. Menurut Nurhana dalam Sarajar, 1991: 39 mengartikan bahwa etos kerja merupakan: • Dasar motivasi yang terdapat dalam budaya suatu masyarakat yang menjadi penggerak batin anggota masyarakat pendukung budaya untuk melakukan suatu kerja. • Nilai-nilai tertinggi dalam gagasan budaya masyarakat terhadap kerja yang dapat menjadi penggerak batin masyarakatnya melakukan kerja. • Pandangan hidup yang khas dari sesuatu masyarakat terhadap kerja yang mendorong keingginanya untuk melakukan pekerjaan. Demi kelangsungan hidup, disadari atau tidak bahwa setiap manusia memiliki suatu pandangan tentang bagaimana ia harus hidup dan juga tidak sekedar untuk hidup semata,tetapi akan hidup maju dan paling tidak dapat mensejajarkan drajat dirinya dengan sesama manusia yang ada di sekelilingnya. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan jika dilihat dari kedudukannya menunjukkan bahwa ia memiliki kedudukan yang istimewa dalam hubungannya dengan sang pencipta. Sebagai makhluk yang istimewa dalam rangka ia mempertahankan hidup ataupun mempertinggi drajad hidup,makan manusia dapat mencapai semua itu dengan jalan pekerjaan. Bekerja bagi setiap manusia erat kaitannya dengan harkat dan martabat manusia itu sendiri. Etos kerja juga dipengaruhi oleh unsur agama seperti tesis Weber. Weber adalah seorang ilmuwan, dan bukunya yang terkenal adalah The Protestan Etnic and The Spirit of Capitalism. Di dalam bukunya ini ia mengemukakan tesis nya yang terkenal adalah mengenai keterkaitan antara etika protestan dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat. Menurut Weber muncul dan berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat berlangsung secara bersamaan dengan perkembangan sekte calvinisme dalam agama protestan dimana Argumen Weber adalah ajaran Calvinisme mengharusken umatnya untuk menjadikan dunia tempat yang makmur sesuatu yang hanya dapat dicapai dengan kerja keras. Namun keuntungan yang diperoleh melalui kerja keras tidak dapat digunakan untuk berfoya-foya atau bentuk konsumsi berlebihan lain, karena ajaran Calvinisme mewajibkan hidup sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan dan foya-foya.Sunarto 2004:7 Weber juga membahas tentang ajaran agama Islam dimana menurut Weber islam adalah agama dari para prajurit. Di zaman Islam awal kelas prajurit ini membentuk pula suatu komunitas agama yang didukung oleh suatu status tertentu. Menurut Weber satu hal yang diberikan oleh agama adalah memberi Tanggung Jawab terhadap sesuatu ketika manusia telah menemui situasi keterbatasannya. Dan kehadiran agama islam juga memberikan tanggung jawab terhadap situasi sosial, ekonomi politik, dan kulturanl yang ada. Jadi dalam penelitiannya Weber menyatakan bahwa nilai-nilai agama juga mempengaruhi perilaku bekerja dan etos kerja penganutnya. Selain penelitian Weber ada juga penelitian yang dilakukan oleh Emile Durkheim yaitu tentang pembagian kerja. Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat memerlukan solidaritas ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas: yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan tipe solidaritas yang didasarkan atas tipe persamaan dan dijumpai pada masyarakat yang sederhana dimana pada masyarakat yang seperti ini belum terdapat pembagian kerja. Lambat laun pembagian kerja dalam masyarakat proses yang sekarang dinamakan diferensiasi sehingga solidaritas mekanik berubah menjadi solidaritas organik. Pada masyarakat solidaritas organik masing-masing anggota tidak lagi dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh saling ketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain dengan kata lain solidaritas organik adalah sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung laksana bagian suatu organisme biologi. Sunarto 2004:5

2.2 ETIKA JAWA BURUH