konsumsi berlebihan lain, karena ajaran Calvinisme mewajibkan hidup sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan dan foya-foya.Sunarto 2004:7
Weber juga membahas tentang ajaran agama Islam dimana menurut Weber islam adalah agama dari para prajurit. Di zaman Islam awal kelas prajurit ini membentuk pula suatu
komunitas agama yang didukung oleh suatu status tertentu. Menurut Weber satu hal yang diberikan oleh agama adalah memberi Tanggung Jawab terhadap sesuatu ketika manusia
telah menemui situasi keterbatasannya. Dan kehadiran agama islam juga memberikan tanggung jawab terhadap situasi sosial, ekonomi politik, dan kulturanl yang ada. Jadi dalam
penelitiannya Weber menyatakan bahwa nilai-nilai agama juga mempengaruhi perilaku bekerja dan etos kerja penganutnya.
Selain penelitian Weber ada juga penelitian yang dilakukan oleh Emile Durkheim yaitu tentang pembagian kerja. Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat memerlukan
solidaritas ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas: yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan tipe solidaritas yang didasarkan atas tipe
persamaan dan dijumpai pada masyarakat yang sederhana dimana pada masyarakat yang seperti ini belum terdapat pembagian kerja. Lambat laun pembagian kerja dalam masyarakat
proses yang sekarang dinamakan diferensiasi sehingga solidaritas mekanik berubah menjadi solidaritas organik. Pada masyarakat solidaritas organik masing-masing anggota tidak lagi
dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh saling ketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain dengan kata lain solidaritas organik adalah
sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung laksana bagian suatu organisme biologi. Sunarto 2004:5
2.2 ETIKA JAWA BURUH
Dalam wilayah kebudayaan Jawa ada dibedakan anta penduduk pesisir Utara dimana perdagangan, nelayan, dan pengaruh islam lebih kuat menghasilkan bentuk kebudayaan Jawa
yang khas, yaitu kebudayaan pesisir dan daerah-daerah Jawa pedalaman sering juga disebut Kejawen, yang mempunyai pusat budaya dalam kota-kota kerajaan Surakarta dan
Yogyakarta. Kebanyakan orang Jawa hidup sebagai buruh Tani. Di daerah dataran rendah mereka bercocok tanam padi, di daerah pegunungan mereka menanam ketela dan palawija.
Sebagian besar daerah pulau Jawa merupakan daerah Agraris penduduk nya masih hidup di desa-desa. Orang Jawa sendiri membedakan dua golongan sosial yaitu, 1 wong cilik atau
orang kecil terdiri dari sebagian besar petani dan mereka yang berpendapatan rendah di kota. 2 kaum priyayi dimana termasuk orang-orang kaum pegawai dan juga orang-orang
intelektual. Didalam masyarakat Jawa ada dua kaidah yang paling menentukan pola pergaulan.
Yang pertama itu adalah hendak nya setiap manusia bersikap sedemikian rupa hingga tidak sampai menimbulkan konflik dan kaidah ini sering di sebut dengan kaidah rukun dimana
prinsip kerukunan bertujuan mempertahan kan masyarakat dalam keadaan yang harmonis. Dimana rukun ini berarti berada dalam keadaan selaras, tenang dan tentram tanpa
perselisihan dan pertentangan. Dalam pandangan Jawa ada dua segi dalam tuntutan kerukunan. Yang pertama, dalam pandangan Jawa masalahnya bukan penciptaan keadaan
keselarasan melainkan lebih untuk tidak mengganggu keselarasan yang diandaikan sudah ada. Yang kedua, tidak menyangkut suatu sikap batin atau keadaan jiwa melainkan penjagaan
keselarasan dalam pergaulan.Yang kedua, menuntut agar manusia dalam cara bicara dan membawa diri selalu menunjuk kan sikap hormat kepada orang lain sesuai dengan derajat dan
kedudukan nya, dan ini sering di sebut dengan prinsip hormat. Dimana di prinsip hormat ini mengatakan bahwa setiap dalam cara bicara dan membawa diri terhadap orang lain menunjuk
kan sikap hormat sesuai dengan drajat dan kedudukan nya.
2.3 MOBILITAS SOSIAL