Etos Kerja Pedagang tradisional Ditengah Maraknya Pasar Modern

(1)

ETOS KERJA PEDAGANG TRADISIONAL

DITENGAH MARAKNYA PASAR MODERN

(Studi Deskriptif pada Pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan, Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Sosiologi

NINDA OVTIKA SINAGA 070901059

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Etos Kerja Pedagang Tradisional ditengah Maraknya Pasar Modern” Studi Deskriptif pada Pedagang Pasar Tradisional (pajak sore) Padang Bulan, Medan. Dilatarbelakangi oleh masalah yang timbul akibat kemunculan pasar modern yang begitu pesat dan ditakutkan dapat menggeser keberadaan pasar tradisional di kota Medan. Dimana masalah yang terjadi di dalam pasar tradisional sangat mempengaruhi eksistensi pasar tradisional itu sendiri, dari masalah pelayanan yang diberikan pedagang sampai masalah yang paling sering muncul yaitu mengenai kebersihan di pasar tradisional.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui analisis data dari informan dan data kepustakaan, adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional pembeli dan pembeli yang sekaligus menjadi pedagang di Pasar Tradisional (pajak sore) Padang Bulan, Medan. Dimana aktor-aktor tersebut sangat melatarbelakangi munculnya etos kerja pedagang. Interpretasi dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap kali turun kelapangan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pedagang pasar tradisional menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang telah ada sejak turun temurun diturunkan dari keterunan-keturunan sebelum mereka. Sehingga pedagang dapat dengan mudah mengatasi masalah yang timbul akibat kemunculan pasar modern, dan dengan semakin berkembangnya jaman pedagang memberikan inovasi-inovasi lain dari nilai-nilai yang telah ada sebelumnya dan mempraktekannya langsung kepada pembeli demi meberikan kenyamanan yang diperoleh dari etos kerja yang dihasilkan langsung oleh pedagang.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SAW karena berkat, rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ” Etos Kerja Pedagang tradisional Ditengah Maraknya Pasar Modern ” pada Pasar Tradisional, Padang Bulan, Medan.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari semua pihak, maka skripsi ini tidak terselesaikan dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik dari penulisan proposal saat penelitian dan sampai selesainya skripsi ini, yaitu :

1. Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta, “Papa dan Mama” yang selalu memberikan do’a, semangat, nasehat dan masukan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada Papa dan Mama yang telah membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang serta selalu memberikan didikan dan disiplin sejak penulis masih kecil. Tiada kata yang mewakili ucapan Terimakasih anakmu ini atas pengorbanan yang Papa dan Mama selama ini berikan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr .Badaruddin, M.Si

3. Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, ibu Drs. Lina Sudarwati, M.Si sekaligus ketua penguji dalam


(5)

ujian komperhensif skripsi ini dan memberikan apresiasi dan dukungan dalam penyelesaian skripsi saya.

4. Sekretaris jurusan bapak Drs. T. Ilham Saladin, M. SP.

5. Teristimewa buat Ibu Dra. Linda Elida, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi masukan, meluangkan waktu, memberikan pengetahuan dan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini. Beliau yang telah memberikan pengajaran yang sangat berarti bagi saya.

6. Kepada Bapak Drs. Sismudjito, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada seluruh staf pengajar di departemen sosiologi dan tak lupa buat kak Feny, kak Beti dan seluruh pegawai di FISIP USU terima kasih atas bantuannya dan pengetahuannya selama menjalani studi di FISIP USU

8. Kepada Perusahaan Daerah Pasar dan para informan atas kerjasamanya memberikan masukan informasi yang menunjang penulisan ini.

9. Buat kakak-kakak dan abangku. Terima kasih atas masukannya dan kritikannya selama ini. Semoga tujuan mulia kita untuk membahagiakan kedua orang tua tercapai. Penulis sangat menyayangi kalian semua.

10.Buat temen-teman baikku di kampus untuk kebersamaannya selama ini, khususnya setambuk 07 sosiologi FISIP USU, atas semangat dan pengorbanan


(6)

kita selama ini. Semoga kita selalu dipertemukan di lain kesempatan dan jauh lebih baik dari saat ini.

11.Terima kasih kepada para abang, kakak, dan adek-adek selaku Mahasiswa di Departemen Sosiologi yang selama ini mengisi hari-hari saya dikampus.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu dengan rendah hati, penulis menerima segala saran, masukan dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Untuk itu penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap pihak yang memerlukannya, baik langsung maupaun tidak langsung

Medan, Agustus 2012 Penulis

(Ninda Ovtika Sinaga) Nim : 070901059


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL……….... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah ...8

1.3Tujuan ...8

1.4 Manfaat Penelitian ...8

1.4.1 Manfaat Teoritis ...8

1.4.2 Manfaat Praktis ...8

1.5Definisi Konsep ...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Etos Kerja ... 12

2.2 Moral Ekonomi Pedagang ... 16

2.3 Modal Sosial... 17

2.3.1 Trust ... 18

2.3.2 Norma ... 19

2.3.3 Jaringan ... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 22


(8)

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 23

3.3.1 Unit Analisis... 23

3.3.2 Informan ... 23

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.4.1 Data Primer ... 24

3.4.1.1 Metode Wawancara ... 24

3.4.1.2 Metode Observasi ... 25

3.4.2 Data Sekunder ... 25

3.5 Interpretasi Data ... 26

3.6 Jadwal kegiatan ... 26

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 27

BAB IV HASIL DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

4.1.1 Sejarah Pasar Tradisional ”Pajak Sore” Padang Bulan ... 29

4.1.1.1 Visi dan Misi PD.Pajak Kota Medan ... 31

4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 32

4.1.2Letak Lokasi Dan Keadaan Alam ... 34

4.1.3 Keadaan Bangunan Pasar ... 34

4.1.4 Jenis Barang Dagangan ... 35

4.1.5 Karakteristik Pedagang ... 36

4.1.6 Sarana dan Prasarana ... 37


(9)

4.1.6.2 Sarana MCK ... 38

4.1.6.3 Sarana Keamanan ... 38

4.1.7 Latar Belakang Sosial Budaya ... 39

4.1.7.1 Bahasa ... 40

4.1.7.2 Religi ... 40

4.1.8 Sistem Kekerabatan ... 40

4.1.9 Organisasi Sosial ... 41

4.2 Profil Informan ... 41

4.2.1 Pedagang... 41

4.2.2 Pembeli ... 50

4.2.3 Pembeli Sekaligus Pedagang ... 52

4.3 Temuan Data ... 54

4.3.1 Etos Kerja Pedagang ... 54

4.3.2 Moral Ekonomi Pedagang ... 55

4.3.3 Jaringan ... 59

4.3.4 Strategi Pedagang... 62

4.3.5 Persepsi Pembeli ... 66

4.4 Interpretasi Data ... 74

4.4.1 Etos Kerja dan Pelayanan Pasar Tradisional ... 74

4.4.2 Etos Kerja dan Kebertahanan Pasar Tradisional ... 76

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 80


(10)

5.2 Saran... 81 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian... 26 4.1 Data Pasar Tradisional di Kota Medan……… 29


(11)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Etos Kerja Pedagang Tradisional ditengah Maraknya Pasar Modern” Studi Deskriptif pada Pedagang Pasar Tradisional (pajak sore) Padang Bulan, Medan. Dilatarbelakangi oleh masalah yang timbul akibat kemunculan pasar modern yang begitu pesat dan ditakutkan dapat menggeser keberadaan pasar tradisional di kota Medan. Dimana masalah yang terjadi di dalam pasar tradisional sangat mempengaruhi eksistensi pasar tradisional itu sendiri, dari masalah pelayanan yang diberikan pedagang sampai masalah yang paling sering muncul yaitu mengenai kebersihan di pasar tradisional.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui analisis data dari informan dan data kepustakaan, adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional pembeli dan pembeli yang sekaligus menjadi pedagang di Pasar Tradisional (pajak sore) Padang Bulan, Medan. Dimana aktor-aktor tersebut sangat melatarbelakangi munculnya etos kerja pedagang. Interpretasi dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap kali turun kelapangan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pedagang pasar tradisional menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang telah ada sejak turun temurun diturunkan dari keterunan-keturunan sebelum mereka. Sehingga pedagang dapat dengan mudah mengatasi masalah yang timbul akibat kemunculan pasar modern, dan dengan semakin berkembangnya jaman pedagang memberikan inovasi-inovasi lain dari nilai-nilai yang telah ada sebelumnya dan mempraktekannya langsung kepada pembeli demi meberikan kenyamanan yang diperoleh dari etos kerja yang dihasilkan langsung oleh pedagang.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pasar tradisional merupakan pasar yang berperan penting dalam memajukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara alamiah. Keberadaan pasar tradisional ini sangat membantu, tidak hanya bagi pemerintah daerah ataupun pusat tetapi juga para masyarakat yang menggantungkan hidupnya dalam kegiatan berdagang, karena didalam pasar tradisional terdapat banyak aktor yang memiliki arti penting dan berusaha untuk mensejahterakan kehidupannya baik itu pedagang, pembeli, pekerja panggul dan sebagainya. Mereka semua adalah aktor yang berperan penting dalam mempertahankan eksistensi pasar tradisional di Indonesia.

Dalam pasar tradisional terdapat banyak interaksi yang tidak ditemukan dalam pasar modern, dimana para pedagang pasar tradisional tidak membeli suatu barang dagangan yang akan mereka jajakan di tokonya dalam jumlah yang besar dari agen, hal ini disebabkan karena keterbatasan modal yang mereka miliki tidak mencukupi untuk membeli barang-barang dalam jumlah yang besar kemudian juga mereka tidak memiliki fasilitas yang lengkap untuk menyimpan barang dagangan terlalu banyak karena pedagang tidak memiliki lemari pendingin untuk menyegarkan barang dagangannya seperti yang terlihat pada pasar modern. Demikian pula dalam masalah pembelian barang oleh pasar modern yang mana barang selalu di beli dalam jumlah yang besar, disamping mereka memiliki modal yang besar juga mempunyai perencanaan yang telah disusun terlebih dahulu dari sebelum pasar dibangun dengan


(13)

kata lain telah terorganisir sedemikian rupa dan diolah oleh orang yang memiliki ilmu tinggi dibidangnya sehinga memudahkan dalam melakukan segala sesuatunya. Berbeda dengan pasar tradisional yang para pedagangnya tidak memiliki perencanaan yang benar-benar matang karena didorong oleh faktor pendidikan juga yang menyebabkan mereka berada pada titik yang standar.

Keunggulan dari pasar tradisional adalah dimana para pembeli dan penjual bertemu langsung untuk melakukan suatu transaksi jual beli. Didorong pula dengan defenisi dari pasar itu sendiri dimana pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam satu lokasi dan melakukan transaksi jual beli baik itu barang ataupun jasa. Sedangkan pada pasar modern tidak ditemukan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi jual beli secara langsung, yang ada hanyalah para pembeli melakukan pembelian suatu barang dengan hanya memperhatikan harga yang telah tertempel dalam kemasan atau label yang ada dari jenis barang yang telah ditentukan dan membawanya langsung ketempat pembayaran dan membayar harga seperti yang telah tertera pada kemasan, tidak ditemukan adanya proses tawar menawar dalam transaksi jual beli seperti pada pasar tradisional. Tindakan ini merupakan suatu nilai lebih untuk pasar tradisional dimana pembeli dan penjual dapat melakukan proses tawar menawar barang yang akan dibeli oleh pembeli, mutu dari barang yang akan dibeli dan yang terpenting menumbuhkan kesan akrab antara pembeli dan penjual.

Keberadaan pasar tradisional telah ada sejak puluhan abad yang lalu, diperkirakan sudah muncul sejak jaman kerajaan Kutai Kartanegara pada abad ke -5 Masehi, dimulai dari barter (tukar-menukar) barang kebutuhan sehari-hari dengan para pelaut dari Cina. Masyarakat mulai menyusun barang dagangannya pada


(14)

tikar-tikar kemudian terjadilah transaksi jual beli tanpa mata uang. Selain itu dapat dilihat juga bahwa pasar pada jaman kerajaan dijadikan tempat bertemunya masyarakat atau kaum bangsawan dari penjuru desa bahkan dijadikan sebagai alat politik untuk menukar informasi penting dijamannya. Bahkan saat masuknya peradaban Islam ditanah air pada abad 12 Masehi, pasar digunakan sebagai alat untuk berdakwah dimana para wali mengajarkan masyarakat mengenai cara-cara berdagang yang benar menurut ajaran Islam. Sekarang telah menunjukan persaingannya untuk mendapatkan pangsa pasar kembali. Hal ini menjadi contoh bahwa eksistensi pasar tradisional dapat dirasakan sampai saat ini.

Pedagang pasar tradisional yang terdapat di Pasar Padang Bulan lebih besar beretnis Karo, tetapi ada juga pedagang lainnya seperti Cina, India, Batak dan Jawa. Keberagaman ini lah yang membuat pasar tradisional menjadi lebih menarik, terdapat berbagai jenis etnis dalam suatu kegiatan usaha guna memajukan eksistensi pasar tradisional itu sendiri secara tidak langsung disamping dari pemenuhan kebutuhan masing-masing pedagang. Dalam kesehariannya masing-masing pedagang menjajakan barang dagangannya didalam toko yang telah mereka sewa dari PD (perusahan daerah) pasar yang mengelola Pasar padang bulan Medan. Toko yang mereka dapatkan bukan lah cuma-cuma tetapi mereka menyewanya dengan harga yang cukup besar, sebagian dari pedagang yang memiliki modal tinggi menyewa lebih dari satu pintu, ada yang dua bahkan tiga. Pasca kebakaran, toko-toko yang ada di Pasar Tradisional Padang Bulan terlihat lebih baik dan rapi, bangunannya yang permanen menunjukan kekokohan dari tiap toko, langit-langit yang telah tertutup rapi memberikan kenyamanan bagi pembeli ataupun pengunjung pada saat hujan turun.


(15)

Barang dagangan terlihat rapi disusun di atas meja yang telah mereka siapkan dari pukul 04.00 WIB, sebagian dari pedagang membawa barang dagangannya yang baru dengan mengenakan mobil pick up ada juga yang membawa dengan menaikan barang dagangannya ke atas becak barang, kegiatan ini khususnya dilakukan oleh para pedagang yang menjual sayuran dan ikan. Karena mereka harus mengganti barang dagangan mereka setiap harinya, berbeda dengan pedagang yang menjual kebutuhan pokok seperti beras, telur dan barang lainnya yang dapat bertahan lama, mereka cukup menyimpannya didalam toko mereka masing-masing tanpa harus khawatir terhadap mutu barang tersebut.

Letak tempat berdagang para pedagang dibedakan menurut jenis barang yang mereka jual, pada bagian depan pasar terlihat pedagang bunga dan buah yang memadatin area pasar, lapisan keduanya ada toko-toko yang menjual sembako yang dikelola oleh pedagang etnis Tionghoa, kemudian dibagian kiri depan pasar terdapat beberapa penjual emas kemudian kios berikutnya terdapat pedagang yang menjual perlengkapan tulis, perlengkapan untuk menyirih dan tembakau, aksesoris dan pakaian. Pada bagian kanan pasar terlihat pedagang yang menjajakan sayur-sayuran, kemudian dibagian belakang terdapat kumpulan pedagang yang menjual ikan serta ayam ataupun daging. Dengan tersusun rapi seperti ini sehingga memudahkan pembeli untuk memilih kemana pembeli akan melangkahkan kakinya untuk membeli berdasarkan jenis barang apa yang akan dia beli.

Etos kerja merupakan semangat yang terdapat didalam diri suatu individu, tetapi tinggi rendahnya etos bukan semata-mata dilandasi oleh tumbuh atau patahnya semangat. Kenyataan yang ada sering membuktikan bahwa penetrasi atau pengaruh


(16)

dari luarlah yang kadang-kadang memanifulasim unsur-unsur yang hakiki. Dimana kemampuan seseorang dalam mengekspresikan diri dalam bentuk kerja tidak lepas dari sistem nilai yang berkembang dalam masyarakatnya. Keseimbangan dalam menciptakan nilai baru membuka peluang untuk bertindak secara terstruktur. Gambaran ini menunjukan bahwa tidak ada sesuatu perbuatan yang tidak mungkin terjadi apabila individu tersebut menginginkan sesuatu perbuatan ke arah yang lebih baik dan nilai atau adanya budaya yang diyakini dalam masyarakat mempengaruhi diri individu tersebut untuk berusaha melakukannya dengan baik sehingga mendapatkan hasil yang baik pula.

Dalam kegiatan jual beli di Pasar tradisional ini sendiri menunjukkan bahwa etos kerja para pedagang dalam menjalankan perannya sebagai pedagang mempunyai strategi masing-masing dalam menarik minat pembeli, misalnya saja ada pedagang yang melayani pembeli dengan menggunakan bahasa dari suku si pembeli meskipun pedagang tidak berasal dari suku yang sama tetapi sebisa mungkin pedagang menjalankan fungsinya demi mendapatkan pelanggan, sehingga menimbulkan keakraban antara pembeli dan penjual serta rasa nyaman yang didapatkan pembeli. Lain lagi dengan pedagang yang menanamkan selogan bahwa pembeli adalah raja, pedagang mempercayai bahwa apabila mereka melakukan pelayanan yang dapat memuaskan hati para pembelinya maka peluang untuk menjadikan pembeli itu menjadi pelanggan lebih besar, sehingga dampak yang dihasilkan pedagang juga baik untuk keberlangsungan usahanya.

Budaya kerja pedagang tradisional yang tercermin seperti itu telah mempengaruhi eksistensi dari pasar tradisional itu sendiri, dengan semangat kerja


(17)

yang melatarbelakangi strategi yang dimiliki para pedagang berpengaruh baik terhadap keberadaan pasar tradisional yang telah ada dari jaman kerajaan dulu hingga saat ini, semua ini adalah hasil dari budaya kerja yang telah diwariskan turun temurun oleh keluarga pedagang. Motivasi pedagang untuk bekerja tidak terlepas dari faktor luar yang berasal dari luar diri (diluar keinginan) pedagang tersebut yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhinya, seperti pengaruh melihat teman atau ajakan saudara untuk bekerja di kota, pendapatan yang diberikan suami atau isteri belum mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan hal-hal lain yang mempengaruhi seseorang untuk bekerja.

Pasar tradisional bergerak pada sektor informal, sehingga siapa saja memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan di pasar ini, karena tidak dibutuhkan syarat-syarat khusus untuk dapat memperoleh pekerjaan disini, tidak seperti pada kegiatan perkantoran atau disebut dengan sektor formal dimana banyak syarat yang harus dipenuhi untuk dapat diterima kerja misalnya mengenai tingkat pendidikan yang dibutuhkan seperti pendidikan SMU sederajat atau bahkan tamatan Sarjana, sedangkan di sektor informal seperti pasar tradisional ini, dimana semua masyarakat yang mempunyai kemauan yang keras, keuletan dan modal yang cukup dalam merintis usaha dari yang kecil terlebih dahulu, bahkan bukan hanya sebagai pedagang saja tetapi banyak lagi kesempatan kerja yang ditawarkan di sektor informal ini seperti menjadi penjaga atau karyawan di toko maupun kios dari para pedagang yang membutuhkan jasa pekerja, kuli panggul dan lain sebagainya yang tidak terlepas dari kegiatan di pasar tradisional.


(18)

Bulan ini sangat bervariasi, dari yang dapat ditemukan di pasar modern sampai yang tidak dijual di pasar modern, sejak dulu pajak sore terkenal dengan bunga krisannya hingga sampai saat ini, bunga-bunga itu selalu terlihat dijajakan setiap harinya, letaknya yang berada disepanjang pinggir badan jalan menyebabkan banyak mata yang melihat kearah bunga-bunga itu saat melintasi pasar tradisional ini. Bunga-bunga tersebut didatangkan langsung dari tanah karo, dimana Bunga-bunga-Bunga-bunga krisan akan tumbuh dengan baik jika ditanam pada suhu berkisar 20º sampai 25º C. Penataan bunga yang rapi pada stand bunga menarik para pengunjung untuk menikmati keindahan bunga krisan tersebut, kemudian ikan saleh yang menjadi khas sangat banyak diminati oleh pengunjung dan tidak ditemukan pada pasar modern, cemilan khas untuk suku di Kepulauan Sumatera yaitu daun sirih dan tembakau juga terdapat di Pasar tradisional ini.

Rempah yang digunakan untuk melengkapi bumbu masakan juga banyak terlihat di meja-meja pedagang tersusun menurut jenisnya masing-masing, penyusunan ini mempermudah pedagang dalam mengambil apabila ada yang membeli dan agar terlihat langsung ketersediaan rempah, apakah jumlahnya masih banyak atau sedikit karena sering terlihat oleh mata mereka, dan tidak semua rempah yang dijual di pasar tradisional dapat kita temui di pasar modern. Ini merupakan sebagian kecil jenis barang yang tidak ditemukan di pasar modern melainkan masih banyak lagi barang yang tidak ditemukan di pasar modern tetapi dapat di temukan di pasar tradisional.


(19)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tersebut, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dari penelitian ini adalah “ Bagaimana etos kerja pedagang di Pasar Tradisional, Padang Bulan, Medan? “ 1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk “ Mengetahui seberapa besar etos kerja para pedagang di pasar tradisional, serta mengetahui bagaimana para pedagang mencerminkan etos kerja dalam kegiatan berdagang merek ditengah maraknya pasar modern”

1.4Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai seberapa besar etos kerja pedagang tradisional dalam menghadapi persaingan pada pasar modern. sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, serta bermanfaat dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial khususnya Ilmu Sosiologi

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam bentuk bacaan untuk memperkaya wawasan setiap individu yang membaca hasil penelitian ini dan menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti lainnya dan


(20)

dapat dijadikan referensi dalam kajian yang berkaitan dengan etos kerja pedagang tradisional.

1.5 Defenisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian. Berikut ini adalah beberapa konsep yang relevan dengan konteks permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Etos kerja merupakan respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan, respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang, kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang, kelompok atau masyarakat. Etos kerja menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi keras tidaknya orang bekerja.

2. Pasar merupakan satu institusi sebagai arena peraktik transaksi ekonomi berlangsung, dan telah ada sejak manusia mulai mengenal pertukaran dalam pemenuhan hidupnya. Seiringan dengan perkembangan yang dialami masyarakat, pasar mengalami perkembangan, dan dewasa ini dikenal ada dua jenis pasar : pasar tradisional dan pasar modern. Kedua jenis pasar ini memiliki karakter dan pelaku yang realatif berbeda meski tidak jarang kedua pasar ini berjalan seiring dengan perkembangan masing-masing pasar, baik itu pasar tradisional dan pasar modern. 3. Pasar Tradisional merupakan ajang transaksi komoditas kebutuhan subsiten yang prosesnya dan modelnya masih diwarnai dengan ekonomi pedesaan dengan


(21)

tradisi-tradisi lama dengan aktor pedagang tradisi-tradisional (subsistent economy). Pasar serupa ini termasuk dalam kategori sektor ekonomi informal.

4. Pasar Modern merupakan ajang peraktek ekonomi perkotaan yang sangat berbeda dan diwarnai oleh sain dan teknologi modern, baik dari komoditas, aktor yang terdapat didalamnya, bahkan proses dan aturan main seperti yang telah ditetapkan oleh pengelola.

5. Pedagang adalah individu atau sekelompok individu yang menjual produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung( Damsar, 2000, 106). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pedagang adalah kelompok pedagang tradisional yang berada di pasar tradisional yang menjual produk atau barang-barang secara langsung kepada pembeli. Menurut Geertz pengkategorian pedagang dibedakan atas:

a. Pedagang professional yaitu pedagang yang menganggap aktifitas perdagangan dan pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga. Dapat berupa pedagang distributor, pedagang petani atau pedagang eceran. b. Pedagang semi professional yaitu yang mengakui aktifitasnya untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.

c. Pedagang subsistensi yaitu merupakan pedagang yang menjual produk atau barang yang dari hasil aktifitas subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga.

d. Pedagang semu yaitu orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu luang. pe dagang jenis ini tidak


(22)

mengharapkan kegiatan perdagangan sebagai sarana untuk memperoleh uang, malahan mungkin saja sebaliknya (akan memperoleh kerugian dalam berdagang).


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etos Kerja

Etos Kerja merupakan perilaku sikap khas suatu komunitas atau organisasi mencakup sisi spiritual, motivasi, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, standar-standar. Sehimpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah keyakinan fundamental dan komitmen total pada sehimpunan paradigma kerja yang integral, dimana mereka diharapkan memiliki sikap sebagai berikut:

1. Menghormati dan meningkatkan rasa harga diri serta martabat setiap individu, tidak perduli karakter maupun asalnya.

2. Menjalankan sepenuhnya pada integritas, baik dalam prilaku maupun dalam tugas, praktek, proses, pertumbuhan dan kemajuan.

3. Membangun lingkungan kepercayaan, dimana orang bisa menerima atau mendapat kepercayaan dari aliansi koleganya.

Usman Pelly menyebutkan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan faktor terpenting dalam modernisasi. Menurutnya, modernisasi masyarakat secara umum dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah kepada semua aktivitas dan bidang kehidupan masyarakat. Pelly, menyebutkan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan faktor terpenting dalam modernisasi. Menurutnya, modernisasi masyarakat secara umum dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah kepada semua aktivitas dan bidang kehidupan masyarakat. Perkembangan masyarakat modern juga diikuti industrialisasi. Dalam hal ini industrialisasi didefinisikan sebagai


(24)

proses perkembangan teknologi oleh penggunaan ilmu pengetahuan terapan, ditandai dengan ekspansi produksi besar-besaran dengan menggunakan tenaga permesinan, untuk tujuan pasaran yang luas bagi barang-barang produsen maupun konsumen, melalui angkatan kerja yang terspesialisasikan dengan pembagian kerja, seluruhnya disertai oleh urbanisasi yang meningkat. Industrialisasi berdampak pada perubahan yang kompleks dalam kelompok sosial dan proses sosial. Pada tahap awal industrialisasi berdampingan dengan urbanisasi, yakni peningkatan mobilitas penduduk. Di samping itu juga terjadi perubahan dalam adat istiadat dan moral masyarakat. (ejournal.sunan-ampel.ac.id/index.php/Al-Afkar/article/view/70/65)

Pengaruh industrialisasi yang menonjol terdapat pada status pekerjaan dan keahlian pekerja, terhadap kehidupan keluarga dan kedudukan wanita, serta tradisi dan kebiasaan dalam mengkonsumsi barang. Dengan padangan yang pesimistis seperti itu, tidaklah terpikirkan bahwa agama akan mampu ikut serta memecahkan persoalan kemanusiaan ditengah modernisasi dan industrialisasi. Sebaliknya, pendapat bahwa agama merupakan pendorong bagi terjadinya proses modernisasi dan industrialisasi.

Dalam tulisan Max weber The Protestan Ethic and the spirit of capitalism, Weber menyatakan bahwa ketelitian yang khusus, perhitungan dan kerja keras dari bisnis barat didorong oleh perkembangan etika protestan yang muncul pada abad keenambelas dan gerakan oleh doktrin Calvinisme yaitu doktrin tentang takdir. Pemahaman tentang takdir menuntut adanya kepercayaan bahwa tuhan telah memutuskan tentang keselamatan dan kecelakaan. Selain itu doktrin tersebut menegaskan bahwa tidak seorang pun yang terpilih. Dalam kondisi seperti ini,


(25)

menurut Weber, pemeluk Calvinisme mengalami “panik terhadap keselamatan”. Cara untuk menenangkan kepanikan tersebut adalah orang harus berpikir bahwa seseorang tidak akan berhasil tanpa diberkahi Tuhan. Oleh karena itu keberhasilan adalah tanda dari keterpilihan. Untuk mencapai keberhasilan seseorang harus melakukan aktivitas kehidupan, termasuk aktivitas ekonomi, yang ditandai oleh disiplin dan bersahaja, yang didorong oleh ajaran keagamaan. Menurut Weber etika kerja dari calvinisme yang berkombinasi dengan semangat kapitalisme membawa masyarakat barat kepada perkembangan masyarakat kapitalis modern. Jadi, doktrin Calvinisme tentang takdir memberikan daya dorong psikologis bagi rasionalisasi (Damsar.2002).

Penelaahan lain mengenai hubungan agama dan industrialisasi dilakukan oleh Robert N. Bellah. Menurutnya, terdapat hubungan dinamis antara agama Tokugawa dan kebangkitan ekonomi Jepang modern. Hasil penelitian Robert N. Bellah menunjukkan bahwa etika ekonomi Jepang modern bersumber dari etika kelas Samurai. Sedang etika Samurai berasal dari ajaran-ajaran Tokugawa. Menurut ajaran Tokugawa etika kewajiban keluarga merupakan pendorong terbentuknya seperangkat nilai etika kejujuran, kualitas dan nama baik yang selalu dijunjung tinggi yang kemudian ternyata mendukung nilai-nilai universal dalam tata dunia perdagangan dan mampu memberikan dorongan untuk lahirnya cikal-bakal ekonomi rasional pada masa modern jepang. Dalam hal ini Bellah memberikan pengertian masyarakat industri modern sbagai masyarakat yang sepenuhnya mendasarkan diri pada nilai-nilai ekonomi, seperti misalnya rasionalisasi,universalitas, dan nilai-nilai-nilai-nilai berprestasi. Tanpa nilai-nilai budaya ekonomi ini suatu masyarakat tidak akan mungkin mampu melakukan liberalisasi dari batasan nilai-nilai tradisional ke nilai-nilai dinamis


(26)

rasional. Sedangkan agama diartikan oleh Bellah sebagai sikap dan tingkah laku yang selalu mengarah kepada nilai-nilai leluhur. Dengan kata lain agama sebagai sesuatu yang memiliki fungsi sosial untuk merumuskan seperangkat nilai luhur sehingga dari persepsi itu masyarakat membangun tatanan moralnya.

Shinsu, salah satu sekte agama Budha yang dikaji oleh Bellah menekankan pada pentingnya keselamatan yang lebih didasarkan pada keyakinan saja, dan hanya sedikit memberikan perhatian pada tuntutan etika. Oleh karena itu setiap manusia akan memperoleh keselamatan tidak peduli betapa jahatnya manusia. Namun pada masa pertengahan Tokugawa keselamatan dan etik menjadi terkait mutlak dan tidak dapat dibedakan sama sekali apalagi dipisahkan. Sehingga tidak lagi terdengar ajaran yang menyatakan bahwa yang jahat akan tetap selamat. Perubahan nilai keagamaan ini yang menekankan pentingnya etika dalam proses penyelamatan sebagai perubahan yang sangat mendasar. Dalam hal ini Bellah melihat adanya tiga karaktersistik pokok dari ajaran dan tuntutan persyaratan etika ini.

Pertama, ajaran untuk bekerja secara tekun dan sungguh-sungguh, khususnya dibidang pekerjaan yang telah dipilihnya. Persyaratan ini menempati posisi sentral dari ajaran dan tuntutan etika baru ini. Kedua, ajaran untuk memiliki sikap pertapa dan hemat dalam konumsi barang. Etika ini misalnya, dapat dilihat dari berbagai anjuran dan pribahasa yang muncul waktu ini, misalnya untuk selalu tidak melupakan bekerja tekun pada pagi dan sore hari, himbauan bekerja keras, bersikap kepala dingin terhadap konsumsi barang mewah juga terlihat pada anjuran yang tegas untuk tidak berjudi dan lebih baik mengambil sedikit daripada mengambil banyak. Ketiga, sekalipun pencarian keuntungan secara tidak halal dilarang, namun usaha keras


(27)

mengejar dan mengumpulkan keuntungan yang diperoleh dari usaha-usaha yang normal diberikan dan disediakan legitimasinya dalam ajaran agama melalui doktrin

spirit dan Bodhisattva.

2.2 Moral Ekonomi pedagang

Kehidupan masyarakat akan teratur, baik dan tertata dengan benar bila terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu bentuk peraturan tersebut adalah mengenai moral. Dalam bahasa Indonesia, moral di artikan sebagai susila. Moral adalah ajaran baik buruk yang diterima masyarakat dalam perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan susila. Norma dan nilai-nilai merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam moral dan dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan baik dan buruknya tindakan atau perbuatan sebagai manusia. Norma dapat diartikan sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau menjadi sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Selain norma, nilai termasuk didalam unsur-unsur moral. Nilai merupakan suatu harga, isi atau makna dari perbuatan yang memiliki tujuan. Nilai berada didalam moral agar seseorang dapat berbuat baik dengan tujuan yang memiliki nilai. Moral, norma dan nilai-nilai dapat berjalan apabila terdapat atribut yang sifat atau tindakannya untuk melakukan hal tersebut sehingga menghasilkan prilaku-prilaku yang benar dalam kehidupan (Soekanto, 2003).

Bertolak dari semua itu, moral telah mencakup berbagai aspek kehidupan baik dalam budaya, agama, politik, pendidikan dan ekonomi. Didalam ekonomi, moral juga diperlukan. Moral ekonomi adalah suatu tindakan ekonomi yang dilakukan oleh


(28)

pelaku-pelaku ekonomi sesuai dengan etika atau tata tertib tingkah laku dalam pola bertindak dan berpikir yang dianggap baik dan benardidalam aktivitas ekonomi. Nilai-nilai moral diletakkan diatas pertimbangan ekonomi didalam setiap pengambilan keputusanuntuk menjalankan usaha. Moral ekonomi dan etos kerja adalah salah satu hal yang penting didalam peningkatan produktivitas ekonomi.

2.3 Modal Sosial

Modal sosial dapat didiskusikan dalam konteks komunitas yang kuat (strong community), masyarakat sipil yang kokoh, maupun identitas negara-bangsa (nation-state identity). Modal sosial, termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong-royong, jaringan, dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dua tokoh utama yang mengembangkan konsep modal sosial, Putnam dan Fukuyama, memberikan definisi modal sosial yang penting. Meskipun berbeda, definisi keduanya memiliki kaitan yang erat (Spellerberg, 1997), terutama menyangkut konsep kepercayaan (trust). Putnam mengartikan modal sosial sebagai penampilan organisasi sosial seperti jaringan-jaringan dan kepercayaan yang memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Menurut Fukuyama, modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan dalam sebuah komunitas. Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Namun demikian, pengukuran modal sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu sendiri. Melainkan, hasil dari interaksi tersebut, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Sebuah interaksi dapat terjadi


(29)

dalam skala individual maupun institusional. Secara individual, interaksi terjadi manakala relasi intim antara individu terbentuk satu sama lain yang kemudian melahirkan ikatan emosional. Secara institusional, interaksi dapat lahir pada saat visi dan tujuan satu organisasi memiliki kesamaan dengan visi dan tujuan organisasi lainnya.

Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi cenderung bekerja secara gotong-royong, merasa aman untuk berbicara dan mampu mengatasi perbedaan-perbedaan. Sebaliknya, pada masyarakat yang memiliki modal sosial rendah akan tampak adanya kecurigaan satu sama lain.

2.3.1 Trust

Sebagaimana dijelaskan Francis Fukuyama (1995), rasa percaya (trust) adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini.

Dalam bisnis, trust mengurangi kebutuhan merumuskan kontrak yang berkepanjangan, menghindari situasi tidak terduga, mengurangi pertikaian, dan mengurangi kebutuhan proses hukum seandainya terjadi pertikaian. Trust mengurangi biaya dan waktu yang sering dikaitkan dengan sistem pengawasan tradisional dan kontrak hukum yang formal, hal-hal yang sangat penting dalam organisasi yang mementingkan pengetahuan. Fukuyama menyatakan bahwa trust membantu orang-orang bekerja sama dengan lebih efektif, karena mereka lebih bersedia menempatkan kepentingan kelompok di atas kepentingan individu.


(30)

2.3.2 Norma

Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama (Putnam, 1993; Fukuyama, 1995). Norma-norma dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.

Fukuyama menunjuk pada serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di anatara para anggota suatu kelompok memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka. (Lawang, 2004:180). Norma-norma akan berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk hubungan antar individu. Norma yang tercipta diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh individu pada suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan tersebut biasanya tidak tertulis, namun demikian dipahami oleh setiap individu dalam konteks hubungan sosial-ekonomi. Aturan-aturan tersebut misalnya, bagaimana cara menghormati dan menghargai orang lain, norma untuk tidak mencurangi orang lain, norma untuk selalu bekerjasama dengan orang lain, merupakan contoh norma yang ada. Norma dan aturan yang terjaga dengan baik akan berdampak positif bagi kualitas hubungan yang terjalin serta merangsang keberlangsungan kohesifitas sosial hidup yang kuat (Hasbullah, 2006:13).

2.3.3 Jaringan Sosial

Menurut Robert M. Z. Lawang jaringan merupakan terjemahan dari network, yang berasal dari dua suku kata yaitu net dan work. Net diterjemahkan dalam bahasa


(31)

sebagai jaring yaitu tenunan sebagai jala, terdiri dari banyak ikatan antar simpul yang saling terhubung antara satu sama lain. Sedangkan kata work bermakna sebagai kerja, dengan demikian jaringan menurut Lawang dimengerti sebagai:

1. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. 2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan sosial menjadi satu kerja sama, bukan kerja bersama-sama.

3. Seperti halnya sebuah jaringan (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat “menangkap ikan” lebih banyak.

4. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri. Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jarring itu tidak akan berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua simpul menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini analogi tidak seluruhnya tepat terutama kalau orang yang membentuk jarring itu hanya dua saja.

5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.

6. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.

Studi tentang jaringan sosial (social network) telah dilakukan sosiolog sejak 1960-an, biasanya dikaitkan dengan bagaimana pribadi-pribadi berhubungan antara satu sama lain dan bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelican dalam


(32)

meamperoleh sesuatu yang dikerjakan sebagai jembatan untuk memudahkan hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya, maupun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial (powell dan Smith-doer, 1994: 365)


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu seperti kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, serta kecenderungan yang tengah berlangsung. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati. Pendekatan deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang diteliti dan berusaha memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang menjadi pokok penelitian.

Penelitian kualitatif menurut Sugiyono adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat deduktif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan makna dari generalisasi. Alasannya mengapa penelitian melakukan penelitian kualitatif adalah karena kualitatif dapat memberikan keleluasan dan kesempatan peneliti untuk bisa menggali informasi secara lebih mendalam terutama permasalahan yang diangkat tergolong hal yang sensitive. (Bagong, 2005,166)


(34)

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di pasar tradisional tepatnya jln Djamin Ginting, Padang Bulan, Medan. Lokasi penelitian ini diambil berdasarkan pertimbangan diantaranya adalah: lokasi yang berada dekat dengan salah satu pasar modern yang mudah dijangkau, serta tersedianya transportasi yang memadai sehingga dapat memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian, kelengkapan barang yang diperjual-belikan di pasar tradisional ini menarik peneliti untuk melakukan penelitian di pasar ini.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok pedagang tradisional. Dalam suatu penelitian.

3.3.2 Informan

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Dalam suatu penelitian, informan merupakan sumber informasi dalam penelitian. Adapun kriteria informan dalam penelitia ini adalah pedagang tradisional yang hanya menjual barang dagangan pokok (pedagang sembako), pembeli dan pedagang sekaligus pembeli di Pasar Tradisional (Pajak Sore) Padang Bulan.


(35)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data serta informasi yang mampu menjelaskan permasalahan dalam penelitian secara objektif, melalui beberapa tahap penyusunan yang digolongkan menjadi dua, yaitu : 3.4.1.Data primer

Merupakan data yang langsung di peroleh dari informan di lokasi penelitian, Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

3.4.1.1. Metode Wawancara

Wawancara merupakan suatu usaha pengumpulan informasi dari informan. Wawancara dilakukan peneliti terhadap para pedagang. Wawancara dilakukan secara mendalam melalui proses tanya jawab dan bertatap muka yang bersifat bebas dengan harapan mendapatkan suasana yang lebih santai dan nonformal sehingga informan dapat memberikan informasi secara terbuka, data ini berupa teks hasil wawancara yang dapat di rekam oleh alat perekam atau di catat oleh peneliti. Adapun keunggulan dari metode ini adalah peneliti dapat mengetahui apakah sama apa yang informan katakan dengan apa yang terjadi di lapangan karena sebelumnya peneliti telah melakukan metode observasi terlebih dahulu.

Data yang ingin diperoleh melalui metode wawancara ini adalah data mengenai etos kerja pedagang Pasar Tradisional (pajak sore) Padang Bulan, bagaimana moral ekonomi pedagang di pasar ini, strategi apa yang digunakan pedagang dalam memajukan usahanya, bagaimana jaringan yang terbangun diantara aktor ekonomi di pajak sore dan yang terakhir persepsi pembeli mengenai kenyamanan belanja di pasar tradisional dibandingkan dengan pasar modern.


(36)

3.4.1.2. Metode Observasi

Sebaliknya pada metode ini peneliti mengamati informan, apakah kegiatan yang informan lakukan sama dengan hasil yang diperoleh dari proses wawancara kepada informan. Sehingga peneliti dapat mengetahui kebenaran dari penelitian yang dilakukan serta tidak menimbulkan terhadap hasil penelitian. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti berdasarkan pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang mendukung hasil wawancara. Data yang diperoleh melalui observasi ini terdiri dari rincian kegiatan dan hasil observasi kemudian di tuangkan dalam bentuk catatan lapangan.

Data yang ingin didapatkan dalam metode observasi ini adalah bagaimana pelayanan pedagang terhadap pembeli dalam aktivitas jual beli, seperti bagaimana proses tawar-menawar yang terjadi antara pembeli dan penjual, daya tarik apa yang ditawarkan oleh pedagang untuk menarik pembeli datang dan membeli barang dagangannya, apakah pedagang memperhatikan penampilannya dalam melayani pembeli sehingga menarik perhatian pembeli dan bagaimana kenyamanan pembeli saat melakukan proses jual beli kepada pedagang.

3.4.2. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan menelusuri data kepustakaan, dokumen, laporan, serta buku-buku yang membahas atau berkaitan dengan penelitian ini. Sehingga sumber data sekunder di harapkan dapat berperan untuk membantu melengkapi data yang diharapkan. Seperti data mengenai berapa jumlah bangunan ruko, kios, gerai yang berdiri di pasar tradisional


(37)

ini, kemudian data mengenai berapa banyak jumlah pasar tradisional yang ada di kota Medan. Data mengenai berapa besar pendapatan asli daerah yang diperoleh dari adanya pasar tradisional di kota medan.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan penyederhanaan data, dimana data-data yang diperoleh dari lapangan akan disusun atau diurutkan berdasarkan kelompok kategori, pola atau uraian tertentu. Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Data-data yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, jurnal dan sebagainya diatur dan diurutkan atau dikelompokkan serta dikategorikan yang tujuannya menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya menjadi substantif. Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan satuan yang terperinci dan sistematis. Data yang diperoleh ini akan di interpretasikan berdasarkan dukungan teori dalam kajian pustaka yang telah di tetapkan dan akhirnya disusun sebagai laporan akhir penelitian. 3.6. Jadwal Kegiatan

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √


(38)

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penelitian Ke Lapangan √

7 Pengumpulan Data dan Analisis Data √

8 Bimbingan √ √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √

10 Sidang Meja Hijau √

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian mencakup uraian tentang keterbatasan dan hambatan yang ditemui dalam penelitian, baik yang berkaitan dengan metode dan teknik penulisan yang digunakan, maupun keterbatasan peneliti sendiri.

1. Dalam melakukan wawancara kepada informan penelitian, peneliti mengalami kendala karena para pedagang melakukan aktivitas berdagang dari pagi hingga petang, sehingga peneliti baru dapat mewawancarai informan setelah mereka menyelesaikan aktivitas berdagangnya.

2. Peneliti kesulitan dalam mendapatkan data para pedagang dari dinas perusahaan yang dikelolah oleh PD.Pasar Pajak Sore, pasca kebakaran yang terjadi dan renovasi pada pajak sore, sehingga memaksa peneliti mencari data pada PD.Pasar Pusat kota Medan.

3. Rasa sensitif para pedagang pasca kebakaran menyebabkan para pedagang sulit dimintai keterangan mengenai informasi yang peneliti ingin dapatkan, sehinnga peneliti dengan sungguh-sungguh meyakinkan para pedagang bahwa penelitian ini


(39)

benar-benar mutlak untuk studi, bukan untuk pemerintah ataupun pihak lain yang memiliki kepentingan dalam memperoleh data ini.


(40)

BAB IV

HASIL DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Pasar Tradisional ”Pajak Sore” Padang Bulan

Pasar Tradisional (Pajak Sore) Padang Bulan adalah salah satu dari 54 (lima puluh empat) pasar tradisional yang ada di kota Medan. Pada tahap awal Pajak Sore tersebut berada di tanah yang berdataran rendah namun sekarang tanah tersebut telah ditinggikan oleh PEMDA sejak 13 tahun lalu, sementara pasar tradisional (pajak sore) ini sendiri telah berdiri sekitar tahun 1970 an.

Tabel 4.1 Data Pasar Tradisional di Kota Medan

No. Jenis Pasar Jumlah (Unit)

1 Pasar Non Inpres 43

2 Pasar Inpres 11

Total 54

Sumber: Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan

Pasar Tradisional Padang Bulan yang berada di Jalan Jamin Ginting ini terdiri dari 2 pengelolah pasar, satu dikelolah oleh PEMDA sedangkan yang satu lagi oleh pihak swasta. Jumlah pedagang yang berada di bawah naungan PEMDA berjumlah 334, hal tersebut dapat dilihat dari 21 ruko, 167 kios, 90 stand, 8 bangunan baru belakang serta 48 bangunan baru depan.

Pajak Sore ini dapat menampung 334 pedagang dengan luas lahan sebesar 1000m2 dan luas bangunan sebesar 800 m2. Adapun jenis barang yang dijual terdiri dari bahan-bahan pokok seperti sembako, sayur-sayuran, ikan, daging, bumbu dan


(41)

rempah, barang kelontong, makanan, minuman, buah-buahan sampai pada kebutuhan sandang seperti pakaian, tas, sepatu, perhiasan, barang pecah belah, buah dan sebagainya. Untuk areal parkir, Pajak Sore Padang Bulan hanya dapat menampung sekitar 10 kendaraan roda dua dan 5 kendaraan roda empat.


(42)

Pasar Tradisional (Pajak Sore) Padang Bulan merupakan salah satu pasar tradisional di kota Medan yang dikelola oleh PD. Pasar/Pajak Kota Medan, yang mana kantor PD.Pasar berada di lantai III Gedung Pasar Petisah. PD.Pajak Kota Medan didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat dengan penyediaan sarana pasar, disamping itu juga menunjang kebijaksanaan umum Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Penataan pajak secara teratur yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana tempat berjualan perlu dilakukan melihat potensi perkembangan pasar yang cukup besar. Maka PD.Pajak Kota Medan merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut dan sebagai fasilitator bagi para pedagang. PD.Pajak Kota Medan sebagai pemegang mandat yang diberikan oleh Pemerintah Kota Medan untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kota Medan No.8 Tahun 2001 dan Keputusan Walikota Medan No.28 Tahun 2001.

4.1.1.1 Visi dan Misi PD.Pajak Kota Medan

Mengingat perkembangan ekonomi yang sangat dinamis pada era globalisasi, maka perlu bagi setiap pelaku bisnis untuk benar-benar professional dalam menjalankan roda organisasi perusahaannya. Untuk itu perlu adanya visi dan misi agar tercapai kinerja perusahaan yang diharapkan.

1. Visi PD.Pajak Kota Medan

PD.Pajak Kota Medan memiliki visi sebagai fasilitator terdepan dalam mewujudkan pelayanan umum di sektor pasar bagi masyarakat kota Medan.


(43)

2. Misi PD.Pajak Kota Medan

PD.Pajak Kota Medan memiliki misi sebagai berikut:

a. Mewujudkan akuntabilitas publik oleh perusahaan serta menciptakan aparatur yang bersih.

b. Meningkatkan kualitas pelalayanan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan.

c. Menumbuhkembangkan perusahaan dalam menghadapi pasar global dengan melaksanakan perencanaan pembangunan, pemeliharaan dan pengawasan.

d. Memberikan kontribusi bagi pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan manajeman perusahaan yang bersih.

4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi diperlukan dalam pelaksanaan tugas perusahaan. Struktur organisasi menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.sehingga diperlukan perincian yang harus benar-benar jelas untuk tidak menimbulkan kesalah pahaman yang bisa muncul kapan saja karena ada ketidakjelasan dari fungsi yang telah ditetapkan.

Adapun struktur organisasi yang mengatur pasar tradisional (pajak sore) padang bulan ini adalah diketuai oleh kepala pajak,kepala pajak lah yang bertanggungjawab penuh terhadap masalah-masalah yang timbul di pasar tradisional ini dan dialah yang mengatur semua kebijakan-kebijakan yang akan di jalankan sampai habis masa kerjanya, kemudian kepala pajak juga dibantu oleh para staf, pengutip iuran, satpam pajak dan yang terakhir adalah phl pajak, berikut untuk lebih jelas lagi.


(44)

1. Kepala Pajak

a. Merealisasikan target/anggaran yang telah dibebankan perusahaan. b. Mengawasi karyawan dan petugas dalam menjalankan pekerjaan. c. Mengawasi keadaan dan kebersihan pasar.

d. Mengecek dan mengevaluasi administrasi pembukuan di pajak. e. Mengajukan izin-izin yang diperlukan kepada direksi PD.Pajak. f. Mencairkan segala bentuk tunggakan kontribusi kepada pedagang. 2. Staf

a. Membukukan laporan atas hasil kutipan

b. Mengerjakan administrasi dan surat-surat yang masuk maupun yang keluar ke dalam buku agenda.

c. Membuat laporan bulanan atas pemakaian karcis kontribusi harian dan kwitansi bulanan dengan segala pemakaian kwitansi lainnya.

d. Membuat surat-surat izin, seperti surat izin pemakaian tempat berjualan, izin-izin rekomendasi yang ditujukan kepada direksi, dan sebagainya.

e. Ikut serta dalam mengawasi kebersihan pasar. 3. Pengutip

a. Melaksanakan pengutipan kontribusi dari para pedagang. b. Membuat laporan hasil kutipan kontribusi kepada Kepala Pasar.

c. Ikut serta melaksanakan pengawasan kebersihan dan keberadaan sarana dan prasarana pasar.

d. Membuat laporan kepada Kepala Pasar mengenai kios atau stan yang tidak aktif/tutup dan yang masih memiliki tunggakan.


(45)

4. SATPAM Pajak

a. Menjaga keamanan dan ketertiban pajak secara keseluruhan.

b. Mengatasi berbagai kericuhan dan segala tindakan criminal yang terjadi di pajak sebelum diserahkan kepada pihak yang berwajib.

5. PHL. Kebersihan

a. Membersihkan sampah-sampah dan kotoran di areal pajak. b. Mengangkut sampah dari TPS ke truk pengangkutan sampah. c. Membersihkan parit/selokan di seluruh areal pajak.

d. Memelihara kebersihan lingkungan di sekitar pajak. e.Menyapu halaman lingkungan di sekitar pajak.

f. Menjaga hal-hal yang menyebabkan terjadinya polusi udara di daerah sekitar pajak. 4.1.2 Letak Lokasi Dan Keadaan Alam

Pasar tradisional berlokasi di tempat-tempat yang padat penduduk, strategi dan aksebilitasnya tinggi (mudah dijangkau). Adapun batas wilayah disekitar Pasar tradisional (Pajak sore) Padang Bulan ini adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Jln Patimura

- Sebelah Selatan berbatasan dengan jln Djamin Ginting - Sebelah Barat berbatasan dengan Jln Dr mansur - Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Babura 4.1.3 Keadaan Bangunan Pasar

Bangunan yang didirikan oleh PEMDA dan pengelolah swasta sebagian permanen yaitu bangunan didirikan dengan batu tidak lagi papan. Umumnya bangunan di pasar tradisional bersifat temporer yaitu ada yang permanent ada juga yang semi permanent, terdiri dari toko, kios, gerai dan pelataran. Walaupun para


(46)

pedagang telah membayar iuran kebersihan setiap harinya akan tetapi kebersihannya masih belum sepenuhnya terlihat, kebersihan pasar tidak terjaga dengan baik (becek, kotor, bau) sehingga mengurangi kenyamanan berbelanja. Gang yang memisahkan antar kios juga terlalu sempit, hal ini disebabkan karena terbatasnya lahan pada pasar ini sendiri sehingga mengurangi keleluasaan bergerak bagi pemakai jalan khususnya para pembeli dan pengunjung. Kawasan parkir yang relatif sempit juga menggangu kenyamanan para pengunjung ataupun pembeli yang datang ke pasar tradisional ini, karena mereka mewaspadai keamanan kendaraan yang mereka parkirkan yang menyebabkan kegelisahan para pembeli sehingga pembeli tidak betah berlama-lama di pasar tradisional ini.

4.1.4 Jenis Barang Dagangan

Pasar tradisional atau yang kita kenal dengan sebutan pajak sore ini memiliki keberagaman jenis barang yang diperjual-belikan di pasar ini dan keberadaan setiap jenis-jenis barang tidak terlepas dari pedagang lainnya yang menjual barang dagangan yang sama. Barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari (barang primer dan sekunder), dimana bahan pangan pokok yang tidak tahan lama cukup banyak terlihat yaitu mendominasi. Barang-barang yang dijual umumnya lebih segar dan bervariasi, karena para pedagang mendatangkan barang setiap harinya dari pemasok ataupun para pedagang yang setiap harinya mengambil barang dari pedagang besar (kulakan). Pada pasar tradisional harga barang yang ditawarkan tidak bersifat mati dengan kata lain, harga barang yang di dagangkan dapat ditawar oleh pembeli. Karena terbatasnya ruang menyebabkan penataan barang pada masing-masing kios seadanya saja.


(47)

4.1.5 Karakteristik Pedagang

Karakteristik dibuat berdasarkan temuan data yang didapatkan di lapangan dari hasil wawancara dengan informan. Karakteristik pedagang dalam penelitian ini merupakan status sosial pedagang pasar yang menjadi informan.

Dari hasil di lapangan, pedagang perempuan lebih sering terlihat dalam aktivitas pasar tradisional daripada pedagang pria. Jumlah pedagang wanita lebih besar dari jumlah pedagang pria, hal ini terlihat dari seringnya pedagang perempuan dalam melayani pembeli ataupun pelanggan di pasar tradisional saat melakukan transaksi jual beli, akan tetapi ada juga beberapa pedagang pria yang terlihat melakukan transaksi jual beli di pasar hanya saja jumlahnya lebih sedikit dari pedagang perempuan. Keadaan ini disebabkan oleh tuntutan keadaan dimana kaum perempuan dinilai lebih dapat mengontrol emosi daripada kaum pria, kaum perempuan lebih pintar memainkan harga dalam transaksi tawar-menawar kepada pembeli, dimana wanita dianggap lebih memiliki tingkat kesabaran yang cukup tinggi dalam melayani pembeli, dengan begitu karakter ini dianggap cocok untuk menguatkan kaum perempuan sebagai pedagang.

Adapun alasan yang menguatkan pedagang pria memilih untuk melakukan aktivitas berdagang pada pasar tradisional ini adalah dikarenakan tuntutan keluarga yang mereka anut, dimana kaum pria merupakan tulang punggung keluarga yang harus menafkahi seluruh anggota keluarga dan harus bertanggungjawab dalam mensejahterakan ekonomi keluarga, sehingga mereka memilih untuk serius menjalani pekerjaan sebagai pedagang di pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan tempat dimana kaum pria ataupun kaum perempuan dalam melakukan aktivitas


(48)

kesehariannya sebagai pekerja di sektor informal dan pasar tradisional memberikan peluang kerja yang cukup besar bagi perempuan dan laki-laki, dengan kata lain pasar tradisional dapat mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia karena tersedianya kesempatan kerja untuk semua kalangan di sektor informal.

Dapat digambarkan para pedagang Pasar Tradisional (pajak sore) berusia rata-rata 40-60 tahun, adapun pedagang usia muda berkisar di umur 30-40 tahun. Banyaknya pedagang berusia tua di pasar tradisional ini dapat dilihat dari lamanya mereka berdagang, rata-rata pedagang telah berdagang sejak belasan bahkan puluhan tahun yang lalu diturunkan dari orang tua atau sanak saudara mereka. Para pedagang umumnya menamatkan pendidikan di bangku SMA, akan tetapi banyak juga pedagang yang menyandang gelar sarjana dalam pendidikan terakhirnya dan memilih untuk menggeluti usaha sebagai pedagang di pasar tradisional ini.

4.1.6 Sarana Dan Prasarana

Lengkapnya sarana dan prasarana merupakan salah satu nilai lebih agar menarik minat pembeli untuk datang ke pasar tradisional. Adanya sarana dan prasarana yang dapat memudahkan aktivitas di pasar tradisional sehingga berdampak baik pada kemajuan usaha dari masing-masing pedagang dan dapat memanjakan pengunjung yang dating ke pasar tradisional itu sendiri.

Suatu kawasan usaha dapat dikatakan maju apabila ditunjang dari kelengkapan sarana dan prasarana untuk dapat mengakses barang pada kawasan tersebut, dengan demikian suatu kawasan usaha seperti pasar tradisional dapat berkembang lagi apabila didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang sangat menunjang bagi perkembangan pasar tradisional itu sendiri.


(49)

Letaknya yang dekat dengan salah satu perguruan negeri yang ada di sumatera utara membawa dampak positif bagi pasar tradisional padang bulan, karena banyak angkutan umum dengan tujuan relatif menyebar hampir diseluruh kota medan melalui jalur pasar tradisional ini, sehingga peluang pengunjung yang dating ke pasar ini lebih besar karena bias di jangkau oleh masyarakat yang tidak tinggal disekitar pasar tradisional. Keadaan ini dapat dijadikan peluang bagi kemajuan para pedagang Pasar tradisional Padang Bulan. Adapun sarana dan prasarana yang sangat membantu untuk mengakses dan memajukan Pasar tradisional (pajak sore) ini seperti sarana transportasi, sarana MCK dan sarana keamanan.

4.1.6.1 Sarana Transportasi

Keadaan jalan yang bagus menjadi nilai lebih bagi pasar tradisional ini, hanya saja banyaknya angkutan umum yang melalui jalan ini begitu banyak, hal ini di karenakan letaknya yang berdekatan dengan universitas negeri maupun universitas swasta yang berjarak dekat dengan Pasar tradisional (pajak sore) menyebabkan sering terjadi kemacetan pada jam-jam sibuk, seperti pada pagi hari saat masyarakat memulai aktivitasnya dan sore hari ketika masyarakat selesai melakukan aktivitas kesehariannya.

4.1.6.2 Sarana MCK

Mandi Cuci Kakus atau MCK sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, di pasar tradisional (pajak sore) ini terdapat satu sarana MCK yang mempermudah para pedagang maupun pembeli.

4.1.6.3 Sarana Keamanan


(50)

tradisional ini, ada dua orang satpam yang dipekerjakan untuk menjaga kios-kios para pedagang, dan pengelolah pasar memungut iuran kepada para pedagang setiap harinya yaitu iuran keamanan dan kebersihan sebesar Rp. 6.000/ pedagang.

Dengan adanya tenaga keamanan yang dipekerjakan oleh pengelola sangat membantu para pedagang untuk tidak mengkhawatirkan barang dagangan yang mereka tinggalkan di kios ataupun toko mereka masing-masing dan tidak repot-repot lagi untuk membawa barang dagangannya pulang ke rumah, dengan demikian para pedagang lebih efisien dalam mengatur kegiatan berdagangnya dan waktu yang digunakan juga lebih efektif.

4.1.7 Latar Belakang Sosial Budaya

Latar belakang sosial budaya dari masin-masing pedagang di Pasar tradisional (pajak sore) ini beranekaragam dari bahasa yang mereka gunakan dalam aktivitasnya berdagang, suku yang berbeda-beda, agama yang mereka anut akan tetapi semua itu mencakup jadi satu dalam pasar tradisional ini, dan keragaman latar belakang sosial budaya ini merupakan salah satu daya tarik untuk mendatangkan pembeli dari beragam etnis.

4.1.7.1 Bahasa

Keragaman bahasa menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung atau pembeli untuk datang ke pasar ini, hal ini dapat dilihat dari beragamnya suku ataupun etnis dari masing-masing pedagang. Mulai dari Jawa,Karo,Batak,Simalungun,India serta etnis tionghoa. Para pedagang beretnis tersebut dapat kita jumpai di Pasar tradisional (pajak sore) P.Bulan Medan.


(51)

yang digunakan masing-masing pedagang dalam melakukan aktivitas berdagang. Dapat diambil contoh, misalnya pedagang Karo menggunakan bahasa Karo ataupun aksen Karo dalam melayani pembeli yang datang ke kiosnya,hal ini menyebabkan pembeli yang bukan berasal dari suku Karo kebingungan dalam mengartikan percakapan yang digunakan pedagang bersuku Karo. Akan tetapi keberagaman ini membawa pedagang untuk mendapatkan pelanggan, dimana pembeli yang merupakan satu suku dengan pedagang mendapatkan kenyaman dari pelayanan pedagang dalam penyampaian ataupun penggunaan bahasa berdasarkan bahasa suku mereka tersebut. 4.1.7.2 Religi

Religi atau kepercayaan terhadap sang pencipta merupakan sesuatu yang harus dijalankan dan di terapkan dalam kehidupan beragama, adapun kepercayaan yang dipercayai oleh para pedagang di pasar tradisional ini adalah pedagang yang beragama Islam, Kristen Protestan, Khatolik, Budha dan Sikh. Penganut agama ini dapat kita jumpai di Pasar tradisional (pajak sore).

4.1.8 Sistem Kekerabatan

Para pedagang menjalankan aktivitas sebagai pedagang tidak terlepas dari sistem kekerabatan yang mereka anut, yaitu masih mengarah pada kekeluargaan dengan kata lain sistem kekerabatannya masih bersifat kekeluargaan. Pernyataan ini dapat dikuatkan dengan seringnya mereka memakai kata panggilan dalam istilah kekeluargaan antara mereka yang memiliki marga yang sama ataupun berasal dari suku yang sama. Apabila terjadi suatu masalah yang menimpah pedagng lain di pasar yang sama mereka mengumpulkan bantuan dari pedagang lain untuk membantu pedagang yang sedang mendapatkan bencana atau masalah yang menimpahnya


(52)

dengan demikian pedagang yang tertimpah bencana lebih kuat serta sabar dalam menghadapi masalah yang dihadapinya dan dapat lebih cepat untuk menyelesaikan masalah yang menimpahnya. Sistem kekerabatan antar pedagang pasar tradisional masih sangat erat hubungannya dan masing-masing pedagang beranggapan bahwa mereka yang berada dalam satu lingkungan pasar yang sama adalah keluarga dan apabila ada yang memerlukan bantuan, mereka dengan cepat merespon apabila mereka dapat membantu.

4.1.9 Organisasi Sosial

Ada koperasi pedagang pasar, tetapi tidak berjalan sebagaimana mestinya tidak ada kejelasan siapa pemimpin tetap ataupun jarang sekali para anggota melakukan rapat untuk membahas masalah simpan pinjam.para pedagang tidak memiliki organisasi dalam pengelolaan kegiatan berdagang, dengan kata lain tidak ada organisasi yang mengatur para pedagang dalam menetapkan harga barang yang akan mereka jual ataupun dalam pemasokan barang ke masing-masing kios mereka tidak didorong oleh adanya kelompok-kelompok yang mempermudah mereka dalam mendapatkan suatu barang dagangan,mereka memiliki jaringan sendiri-sendiri untuk mendapatkan barang yang akan mereka dagangkan di pasar tradisional tersebut dengan tidak ada bantuan orang lain.

4.2 Profil Informan 4.2.1 Pedagang

1). Nama : R Sembiring Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Kristen


(53)

Suku : Karo

Jenis dagangan: Pedagang sayuran

R adalah seorang pedagang perempuan di Pasar Tradisional (pajak sore), lahir di tanah karo dan sekarang berumur 44 tahun, R merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara berasal dari keluarga pedagang, dimana ayah dan ibunya dahulu bermatapencaharian sebagai pedagang dan petani di Kabanjahe Kabupaten Karo. R memiliki dua orang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dan satu orang anak yang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

R telah menjadi janda setelah kepergian suaminya 6 tahun yang lalu, sejak itu R lah yang membesarkan anak-anaknya seorang diri, dengan pekerjaannya sebagai seorang pedagang di pasar tradisional. R telah menjadi seorang pedagang sejak tahun 2003 sampai saat ini. Memilih berdagang sayuran karena menurutnya setiap hari masyarakat perlu untuk memakan sayuran, sehingga sayuran selalu dicari pembeli setiap harinya.

2). Nama : Suryadi Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam

Suku : Jawa

Jenis dagangan: Pedagang sembako

S merupakan pedagang sembako di pasar tradisional pajak sore sejak 14 tahun yang lalu, sekarang beliau berumur 64 tahun dilahirkan di kisaran yaitu kampung halamannya. Saat umurnya 26 tahun beliau merantau ke medan dengan harapan akan


(54)

mendapatkan pekerjaan yang layak yang dapat membantu perekonomian keluarganya, sebelum memulai usaha sebagai pedagang sembako S bekerja sebagai pedagang prabot keliling selama 20 tahun, dengan cara mengkreditkan barang dagangannya kepada pelanggannya walaupun tidak mudah untuk mempercayai orang yang ingin membeli dengan cara kredit tapi beliau berusaha untuk benar-benar berserah diri seperti yang telah diajarkan dalam agamanya. Sampai pada akhirnya S memilih untuk menjadi pedagang tetap di pasar tradisional pajak sore pada tahun 1998 sampai saat ini.

S memiliki seorang isteri bernama Nurlaila pensiunan guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) sekarang beralih profesi menjadi penjual sarapan. Dari hasil perkawinannya mereka memiliki enam orang anak, tiga telah berumahtangga dan tiga lainnya sudah bekerja dan belum menikah. Empat dari anaknya adalah lulusan sarjana di Universitas negeri dan Universitas swasta di kota Medan, dua lainnya hanya sampai di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota Medan juga. Pendidikan terakhir beliau adalah tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA). S menghidupi keluarganya dengan menggantungkan hidup sebagai pedagang, dari pedagang keliling sampai pedagang tetap di pasar tradisional. Selama 34 tahun beliau bergelut dalam usaha informal yaitu menjadi seorang pedagang.

3). Nama : Wira Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam

Suku : Jawa


(55)

W merupakan pedagang yang berasal dari suku jawa, telah berdagang di pasar tradisional ini sejak 16 tahun yang lalu. W dilahirkan pada tahun 1968, memiliki seorang isteri dan empat orang anak yang semua kebutuhan anak-anaknya dinafkai dari penghasilan W sebagai seorang pedagang di Pasar tradisional ini, anak pertamanya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas dan anak teakhir masih berumur 3 tahun. Kegiatan W dalam berdagang setiap harinya dibantu oleh tenaga isterinya yang tidak memiliki pekerjaan yaitu hanya sebagai ibu rumah tangga.

W adalah salah satu pedagang sayuran yang ada di Pasar tradisional (pajak sore), yang menyewa lapak berdagang di lahan milik pengelola swasta, dimana bangunan kiosnya masih sederhana, belum sepenuhnya permanen hanya setengah dari bangunan yang menggunakan batu setengah lainnya adalah kayu yang dapat dibongkar pasang.

Dalam kegiatan berdagang W menggunakan aksen jawa dalam melayani pembeli, sekali-sekali juga menggunakan bahasa jawa dalam melayani pembeli yang dilihatnya berasal dari suku yang sama dengannya, ini dilakukannya untuk menarik minat pembeli karena W ingin membangun suasana yang akrab antara dia dan pembeli.

4). Nama : M. Sinaga Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Kristen Suku : Simalungun


(56)

M merupakan seorang pedagang laki-laki yang berumur 60 tahun, yang berasal dari suku simalungun. M telah lama berdagang di Pasar Tradisional (pajak sore) yaitu sejak 28 tahun yang lalu. Menamatkan pendidikan terakhir dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Beliau memiliki seorang isteri yang membuka usaha juga di tempat tinggal mereka yaitu kios kecil yang menjual kebutuhan pokok seperti minyak, beras, telur dan lain sebagainya untuk kebutuhan sehari-hari.

M berprilaku sangat sopan terhadap pembeli dan pengunjung yang datang ke kiosnya. Setiap harinya M dibantu oleh seorang anak perempuannya yang paling kecil dalam kegiatan berdagang, walaupun anaknya sedang menjalankan aktivitas perkuliahan di Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, tetapi tetap saja anaknya terlihat membantu M dalam kesehariannya menjalankan aktivitas sebagai pedagang sayuran di pajak sore.

Membuka usaha dilahan yang dikelola oleh Pemda yaitu dengan menyewa kios dua pintu, disinilah M menjalankan aktivitasnya dalam mencari penghasilan untuk menambah ekonomi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi.

5). Nama : N.Tarigan Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Kristen

Suku : Karo

Jenis dagangan: Pedagang ikan

N merupakan salah satu pedagang ikan perempuan yang baru berumur 36 tahun akan tetapi N sudah sejak kecil berada di Pasar Tradisional ini, karena usaha


(57)

yang ditekuninya sekarang adalah usaha yang diturunkan keluarganya, dan sekarang N yang bertanggungjawab dalam mengelolah usaha yang diturunkan kepadanya tersebut.

N adalah pedagang yang berasal dari suku karo memiliki agama Kristen protestan, menamatkan pendidikan terakhir di Universitas Sumatera Utara dan menyandang gelar Sarjana Ekonomi, memiliki dua orang anak yang masih kecil yaitu berumur delapan tahun dan yang kecil masih berumur 5 tahun. Suaminya bekerja sebagai pegawai negeri sipil di tanah karo.

N menjalankan usahanya tanpa bantuan orang lain, karena tidak perlu repot-repot lagi dalam mendatangkan barang dagangan ke kiosnya, N telah memiliki beberapa langganan pemasok ikan ke kiosnya, dan tidak perlu mengeluarkan waktu banyak untuk mendapatkan ikan-ikan tersebut karena para pemasok yang langsung dating untuk mengantarkan ikan tersebut,kegiatan ini telahberlangsung lama disini dapat terlihat kepercayaan antara kedua belah pihak dalam melakukan transaksi bahakan dengan menggunakan telepon tidak harus bertatap muka.

Dalam melayani pelanggan N menggunakan kemampuannya dalam memikat pelanggan yaitu bersikap akrab seakan telah lama kenal dengan pembeli dan sekali-sekali menggunakan istilah-istilah gaul dalam melayani pembeli, hal ini dapat tercermin dari keberibadiannya yang selalu ceriah dan usianya yang masih muda. 6). Nama : D. Parangin-angin

Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Kristen


(58)

Jenis dagangan: Pedagang sayuran

D merupakan satu-satunya pedagang sayuran yang mendatangkan barang dagangan dari pemasok langsung ataupun mengambil barang dagangan dari pemasok langsung. D adalah seorang laki-laki yang berumur 40 tahun berasal dari suku karo dan beragama Kristen Protestan, menyandang pendidikan terakhir sebagai Sarjana Ekonomi di Perguruan tinggi negeri di Medan lebih tepatnya di Universitas Negeri Medan. D memiliki seorang isteri yang membantunya dalam melakukan aktivitas sehari-harinya sebagai pedagang di pajak sore. Tidak setiap hari D berada di kiosnya, karena harus mengurus ladang jeruknya yang ada di karo, yang menggantikannya di kios adalah ibunya sendiri.

Awalnya kios yang mereka kelolah sekarang adalah kios milik ibunya, akan tetapi karena kondisi fisik ibu D yang semakin tua sehingga D diminta untuk mengurus kios itu bersama dengan isterinya. D berperawakan tinggi besar, parasnya terlihat seram apabila dilihat sekilas, tetapi nada berbicaranya sangat lembut dengan logat karonya dalam melayani pelanggan ataupun pembeli dengan sangat ramah.

D mendatangkan sayuran langsung dari agen atau pemasok, sayur-sayuran biasanya sampai di pajak sore pada pukul 22;00 WIB langsung diletakkan oleh pekerja yang mengantar barang dagangan tersebut di gudang mereka, dan besok paginya pada pukul 04;00 WIB diantar ke kiosnya. Banyak dari pedagang sayur yang berdagang di pajak sore ini yang berbelanja di kiosnya untuk di perdagangkan lagi di kios mereka masing-masing, karena harga yang ditawarkan sama seperti yang di tawarkan oleh agen-agen di pasar tradisional sentral. Oleh karena D adalah satu-satunya pedagang yang mendatangkan barang langsung dari pemasok sehingga D


(59)

dapat menjual barang dengan harga murah tetapi tetap mendapatkan keuntungan dari barang yang dijualnya.

7). Nama : J.Girsang Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Kristen Suku : Simalungun

Jenis dagangan: Pedagang sayuran dan sembako

J merupakan pedagang perempuan di pajak sore yang menjual barang dagangan sembako dan sayur-sayuran. Sudah berdagang di pasar ini selama 20 tahun. Sekarang J berumur 52 tahun, berasal dari suku simalungun dan beragama Kristen Protestan. Dalam aktivitas berdagangnya J dibantu anak laki-lakinya.

Pembeli yang datang di kiosnya memanggilnya dengan sebutan “bibik” (panggilan yang identik dengan suku karo) padahal J sendiri berasal dari suku simalungun. Akan tetapi dia tidak memperdulikan panggilan itu, dia menerima setiap panggilan yang dilontarkan para pembeli kepadanya, dan dia sangat ramah dalam melayani pembeli. Harga barang yang ditawarkan di kiosnya juga tidak terlalu mahal, menurutnya asalkan dia dapat menjual barang dagangannya dengan cepat dan mendapatkan keuntungan dari harga saat mendapatkan barang dagangannya pada agen J akan melepas barang dagangan tersebut, dengan kata lain walaupun untungnya sedikit asalkan barang dagangannya terjual cepat J pasti menjualnya kepada pembeli.

Dari hasil berjualannya ini J dapat menyekolahkan ke 3 anaknya pada perguruan tinggi. Sekarang anak-anaknya telah mendapatkan pekerjaannya masing-masing, dan anak kedua yang selalu membantu kegiatan berdagang di pajak sore, dari


(60)

pengambilan barang ke pajak sentral sampai penyusunan barang dagangan di kios mereka.

8). Nama : P.N Sitepu Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Kristen

Suku : Karo

Jenis dagangan: Pedagang Ikan

P merupakan pengelolah swasta yang berada di pajak sore, bersama suaminya mereka mendirikan bangunan-bangunan sederhana sebagai tempat usaha di sektor informal di lahan 1 hektar yaitu kurang lebih terdapat 200 kios dan gerai, mereka menyewakan masing-masing kios berdasarkan letak dan besarnya bangunan yaitu paling mahal Rp.8.000.000/tahun dan yang paling murah Rp. 500.000/tahun.

P sendiri merupakan pedagang perempuan yang berdagang ikan di pajak sore.memiliki 4 orang anak dan seorang suami yang membantunya dalam melakukan aktivitas berdagang sehari-harinya. P berumur 59 tahun beragama Kristen dan berasal dari suku karo.

Berdagang di pajak sore sejak 26 tahun yang lalu, setelah mereka mendirikan bangunan-bangunan yang mereka kelola barulah mereka memulai usahanya sebagai pedagang dan pengusaha. Keadaan ini sangat membantu kondisi ekonomi keluarga mereka sehingga P dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi semua. Juga sangat membantu orang-orang yang ingin membuka usaha pada sektor informal yaitu di pasar tradisional ini, karena P telah menyediakan lahan dari biaya yang terjangkau sampai yang mahal sekalipun.


(61)

4.2.2 Pembeli

1). Nama : Diah Safitri Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku : Mandailing

D merupakan seorang mahasiswi perempuan di perguruan tinggi yaitu Universitas Sumatera Utara, D tinggal di rumah kontrakannya di jln. Pembangunan. D berbelanja di pajak ini dua hari sekali, setiap berbelanja dia selalu melebihkan barang yang dibelinya untuk hari esok, D meluangkan waktunya untuk berbelanja pada waktu sore hari sepulang dari kampus.

Alasan D memilih berbelanja di pajak sore adalah karena lokasinya yang dekat dengan rumah kontrakannya dengan menaiki angkutan umum dan membayar ongkos Rp. 1.000 dinilai lebih hemat daripada harus ke pasar tradisional lainnya atau ke pasar modern sekalipun, menurutnya di pajak sore harga yang ditawarkan relative lebih murah dibandingkan dengan kios-kios didekat tempat tinggalnya, yaitu berselisih Rp.500 bahkan sampai Rp. 1.000 contohnya harga beras. Kemudian sayur-sayuran yang dijual di pasar tradisional lebih segar dibandingkan pada sayur-sayuran yang ditawarkan di pasar modern. Hal ini menjadi keputusan d untuk lebih memilih berbelanja barang kebutuhan pokok di Pasar tradisional (pajak sore) Padang Bulan, Medan.

2). Nama : Sri

Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam


(62)

Suku : Jawa

S merupakan ibu rumah tangga yang selalu membeli barang kebutuhan pokok di pasar tradisional (pajak sore). Memiliki empat orang anak, tiga anak perempuan dan satu anak laki-laki, S memiliki suami yang bekerja sebagai penarik becak. Mereka bertempat tinggal di padang bulan tepatnya Gang Senina yang jaraknya tidak jauh dari Pasar Tradisional (pajak sore) Padang Bulan, Medan.

S sudah mempunyai langganan di pasar tradisional (pajak sore), setiap hari S berbelanja ke tempat bapak M. Sinaga yaitu berbelanja sayur-sayuran untuk diolah lagi menjadi masakan karena S memiliki usaha rumah makan di rumahnya sehingga informan harus berbelanja setiap harinya untuk membeli kebutuhan pangan yang nantinya akan diolahnya dan di jual dalam bentuk makanan siap saji. Hubungan yang terjalin antara S dan Bapak M. Sinaga sangat baik, sudah dua tahun lamanya mereka menjalin hubungan antara pelanngan dan pedagang. S sudah mendapatkan kepercayaan dari bapak M. Sinaga dan sangat membantunya dalam memperoleh hutangan dari barang yang dibeli dari kios bapak M. Sinaga, dan melunasinya keesokan harinya.

3). Nama : Ayu Dinar Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku : Mandailing

A merupakan mahasiswi di Universitas Sumatera Utara, jurusan Sastra Inggris di Fakultas Ilmu Budaya, sekarang menjalani semester enam dalam aktivitas perkuliahannya, sudah tiga tahun A berada di kota medan ini. A berasal dari binjai, A


(1)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Etos kerja pedagang sangat dipengaruhi oleh norma-norma dan budaya yang diyakini oleh pedagang dan telah diwariskan turun-temurun dari orang tua-orang tua mereka yang sampai saat ini dipegang teguh oleh mereka masing-masing dan dijalankan sepenuhnya untuk memperoleh kepuasan dari kegiatan yang mereka jalani sebagai pedagang pasar tradisional baik itu kepuasan secara moral maupun material yang mereka dapatkan.

2. Kemunculan pasar modern yang semakin banyak tidak memberi dampak negatif dalam melakukan kegiatan berdagang para pedagang, karena menurut para pedagang pasar tradisional kita semua memiliki rezki yang telah diberikan oleh sang pencipta dan tidak mungkin tertukar. Disini Para pedagang semakin termotivasi dengan kemunculan pasar modern yang menjadi saingan mereka dalam kegiatan ekonomi sehingga pedagang berusaha untuk melayani pembeli dengan sebaik-baiknya berpegang pada norma yang berlaku dan strategi yang telah mereka buat.

3. Munculnya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pembeli terhadap daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern menjadi motivasi yang kuat terhadap para pedagang untuk memperhatikan kondisi dan mental yang diperlukan untuk menjadikan pasar tradisional menjadi pasar


(2)

yang selalu ramai di kunjungi pembeli dan dapat bertahan terus walaupun semakin maraknya pasar modern yang membanjiri Negara ini, karena tradisi ini tidak untuk dihilangkan tetapi untuk dilestarikan dan dipertahankan sehingga tidak tergerus oleh kemajuan jaman yang semakin modern.

4. Pasar tradisional telah memiliki pangsa pasarnya sendiri, yang dapat membantu keberlangsungan usaha dari para pedagang pasar itu sendiri. Sehingga pedagang tidak perlu takut dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern.

5. Adanya jaringan yang terjalin diantara pemasok, pedagang, pembeli dan pelanggan menyebabkan tidak terputusnya aktivitas di pasar tradisional, yang berpengaruh besar bagi kepentingan aktor pasar. Hal ini dianggap sebagai penguat tetap bertahannya keberadaan pasar tradisional.

6. Banyaknya orang yang menggantungkan nasibnya di pasar tradisional, sehingga menjadikan pasar tradisional menjadi lebih baik lagi dengan memperhatikan masalah yang timbul akibat kurangnya kemampuan dalam menyerap pembeli, melalui proses belajar maka pedagang dan aktor lainnya dapat mempertahankan eksistensi pasar tradisional.

5.1 Saran

1. Pedagang harus lebih kuat dalam mengupayakan kegiatan berdagang dalam melayani pengunjung dan pembeli yang telah menyediakan waktunya untuk datang ke pasar tradisional, sehingga tidak mengecewakan mereka.


(3)

2. Pemerintah diharapkan memperhatikan kondisi jalan umum untuk mempermudah masyarakat yang melintasi area pasar tradisional karena sering sekali terjadi kemacetan lalu-lintas di area pasar. Sehingga pemerintah dapt memperluas ataupun menugaskan aparat Negara untuk menjaga ketertiban jalan di sekitar area pasar tradisional (pajak sore) padang bulan, Medan.

3. Baik pedagang maupun pemerintah hendaklah bekerja sama dalam memperhatikan kondisi kebersihan di pasar tradisional, pihak-pihak pengelola pasar hendaknya benar-benar dalam memperhatikan masalah kebersihan di pasar tradisional, bagaimana caranya agar pasar tradisional hilang dari kesan negatif yang menyatakan bahwa pasar tradisional terkesan kumuh, bau, becek, kotor, tidak aman dan lain sebagainya seperti yang sering kita dengar bersama.

4. Masyarakat harusnya sadar untuk berbelanja ke pasar tradisional, dimana pasar tradisional merupakan salah satu penambah devisa Negara yang cukup besar, untuk itu mari bersama-sama kita melestarikan tradisi yang telah turun temurun ada yaitu memajukan pasar tradisional dengan cara berbelanja di pasar tradisional, sehingga pasar tradisional dapat bertahan terus di tengah maraknya pasar modern.

5. Pedagang diharapkan dapat menjaga hubungan yang telah terjalin antara beberapa aktor yang terlibat dalam kegiatan di pasar tradisional yaitu kegiatan perdagangan yaitu jual beli barang dagangan. Sehingga mempermudah semua aktor yang memiliki kepentingan dan demi keberlangsungan dari usaha yang mereka jalankan sehingga tercipta pasar tradisional dan pangsa pasar


(4)

tradisional yang semakin banyak yang menyebabkan tetap bertahannya pasar tradisional di tengah maraknya pasar modern dengan semakin besarnya pangsa pasar yang dimiliki pasar tradisional.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Agusyanto, Ruddy. 2007. Jaringan Soial Dalam Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta:Rajawali Pers.

Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi- Ed. Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo persada. Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. jakarta:Kencana.

Narwoko,Dwi. Suyanto Bagong.2004.Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta. Prenada Media

Limbong, dayat. 2006. Penataan lahan Usaha PK-5: Ketertiban vs klangsungan hidup.Yogyakarta. Pustaka bangsa press.

Marshall, Edward. 1996. Transformasi Etos Kerja. Jakarta: PT. Halirang

Moleong, Lexy J.2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya

Mubyarto,dkk. 1993. Etos Kerja dan Kohesi Sosial. Yogyakarta: Aditya Media.

Poloma,Margaret M.2003. Sosiologi Kontemporer. Jakarta:Rajawali Grafindo Persada

Ritzer, George-J. Goodman, Douglas. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:Prenadamedia.

Salam, burhanuddin. 2000. Etika Individual pola dasar filsafat moral. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(6)

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sunarto, Kamanto. 2003. Pengantar Sosiologi .Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Press.

Suyanto, bagong. 2005. Metode penelitian sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Weber, Max. 2006. Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wiyarti ,Sri MG, 2008. Sosiologi. Jawa Tengah: Lembaga Pengembangan Pendidikan(LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS Press).

Website

diakses pada senin,17 Oktober

2011. Pukul 19;45)

ejournal.sunan-ampel.ac.id/index.php/Al-Afkar/article/view/70/65. (diakses pada sabtu,15 Oktober 2011. Pukul 21;20)