Saran Sejarah Istana di Jepang

4.2 Saran

Adapun beberapa saran untuk meningkatkan pengetahuan dalam melestarikan warisan kebudayaan Jepang, dalam hal ini adalah pengetahuan tentang istana saka, yaitu : 1. Perlu memahami yang baik tentang perubahan fungsi istana saka untuk menelusuri perubahan fungsi yang pernah terjadi pada istana. Baik dari segi tempat pemerintahan, benteng pertahanan militer, hingga dijadikan warisan budaya dan sejarah yang bersifat pendidikan maupun wisata komersil. 2. Bagi pembelajar dalam hal ini adik kelas penulis, diharapkan skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP ISTANA SAKA Skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang istana saka sebagai bagian dari perubahan fungsi istana saka yang keberadaannya hingga saat ini masih ada dan terus dirawat. Untuk itu, berikut ini akan dijelaskan apa saja yang termasuk dari perubahan fungsi istana saka itu.

2.1 Sejarah Istana di Jepang

Istana Jepang 城 , 城郭 ,shiro atau j kaku adalah bangunan besar yang dibangun menggunakan kayu dan batu sebagai bahan bangunan yang utama, dan dirancang sebagai pusat pertahanan sewaktu musuh datang menyerang. Di masa perang dijadikan markas besar, tempat menyimpan dana keperluan perang, serta pusat penyimpanan perbekalan seperti makanan dan amunisi. Istana yang dianggap penting dijadikan tempat kediaman panglima perang, pusat pemerintahan dan tempat pengumpulan informasi tentang situasi perang. Sama halnya seperti kastil di Eropa, istana di Jepang umumnya dibangun di dekat jalan utama atau di pinggir sungai untuk kemudahan transportasi dan menjaga wilayah yang dianggap strategis. Aksara kanji untuk istana adalah shiro 城 yang dibaca sebagai j jika didahului oleh nama istana, misalnya dalam bahasa Jepang, istana saka dibaca sebagai saka-j . Sebelum abad ke-16, istana dibangun seluruhnya dari kayu, tapi kemudian di abad ke-16 berkembang penggunaan batu-batu besar untuk memperkuat Universitas Sumatera Utara konstruksi. Istana di Jepang sebetulnya dirancang agar tahan lama, tapi sebagian besar istana justru hancur akibat perang di zaman Sengoku karena bangunan istana dibuat dari kayu yang cepat habis bila dibakar. Istana yang terbakar sebagian besar langsung dibangun kembali atau dibangun kemudian di zaman Edo atau di zaman modern. Di Jepang, istana merupakan perkembangan dari kank shūraku 環濠集落 yakni permukiman penduduk yang dikelilingi oleh parit berisi air atau parit kering yang tidak berisi air. Pada awal abad modern, istana mulai menggunakan tembok batu dan menara pengawas. Di akhir zaman Edo, istilah istana juga digunakan untuk pertahanan militer berupa tempat meletakkan meriam dibangun di sepanjang garis pantai untuk menangkal kedatangan kapal-kapal dari Eropa. Konstruksi istana dimulai dengan tahap fushin 普請 , teknik sipil berupa penggalian parit dan pembangunan tembok dari tanah yang dikeraskan, yang dilanjutkan dengan tahap sakuji 作 , arsitektur berupa pembangunan gerbang, tembok yang memagari istana, bangunan istana, menara pengawas yagura, dan menara utama. Di dalam kompleks istana dikenal pembagian wilayah berdasarkan zona 曲輪 ,kuruwa yang di antaranya digunakan sebagai tempat pemusatan pasukan. Di Jepang abad pertengahan, bangunan istana dijadikan tempat kediaman resmi daimyo bersama keluarganya, sejumlah besar pelayan wanita, dan para bushi yang menjadi pengikut. Di sekeliling istana yang besar biasanya dibangun kota permukiman penduduk. Puncak pembangunan istana di Jepang terjadi sewaktu Oda Nobunaga membangun istana Azuchi dan Toyotomi Hideyoshi membangun istana saka dan istana Fushimi. Universitas Sumatera Utara

2.2 Sejarah Kota saka