bahwaproduktivitas, luas lahan, harga gabah, harga pupuk berpengaruh nyata terhadap nilai tukar petani.
Nurasa dan Muchjidin 2013, dalam penelitiannya yang berjudul “Nilai Tukar Petani Padi Di Beberapa Sentra Produksi Padi Di Indonesia” yaitu Jawa Barat
Sumatera Utara Dan Sulawesi Selatan. Menyatakan bahwa nilai tukar petani berfluktuasi antar bulan, paling rendah pada bulan April-Mei sesuai dengan masa
panen padi dan harga padi terendah sedangkan NTP-padi tertinggi pada masa paceklik bulan Desember-Januari. Nilai tukar petani dari tiga provinsi di Jawa
Barat, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan tahun 2006-2008 lebih rendah dibandingkan tahun 1993 tahun dasar.
2.2 Landasan Teori
Teori penawaran menyatakan bahwa jika harga suatu komoditas naik maka jumlah penawaran akan barang tersebut akan meningkat. Sedangkan hukum
penawaran menyatakan jika penawaran akan komoditas tertentu dipasar meningkat berlebih makan harga komoditas tersebut akan turun.
Point penting dalam teori penawaran adalah adanya pergeseran kuantitas jumlah supply menaik. Berdasarkan hukum penawaran diatas adanya panen raya
diindikasikan dengan produksi padi yang berlebih atau surplus yang mengakibatkan harga gabah kering giling maupun gabah kering panen ditingkat
petani akan turun. Implikasi penurunan harga ini menyebabkan nilai tukar petani akan menurun cateris paribus.
Dengan orientasi pembangunan pertanian ke arah perbaikan kesejahteraan petani, diperlukan alat ukur untuk menilai perkembangan kesejahteraan petani tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu indikatoralat ukur yang selama ini digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan petani adalah indeks Nilai Tukar Petani NTP Rachmat, 2013.
Simatupang dan Maulana 2008 mengemukakan bahwa penanda kesejahteraan yang unik bagi rumah tangga tani praktis tidak ada, sehingga NTP menjadi pilihan
satu-satunya bagi pengamat pembangunan pertanian dalam menilaintingkat kesejahteraan petani. Dengan demikian NTP merupakan salah satu indikator
relatif tingkat kesejahteraan petani. NTP dihitung dari rasio harga antara harga yang diterima petani dan harga yang dibayar petani, sehingga NTP dinilai
merupakan ukuran kemampuan dayabelidaya tukar petani terhadap barang yang dibeli petani. Peningkatan NTP dinilai menunjukkan peningkatan kemampuan riil
petani dan mengindikasikan peningkatan kesejahteraan petani.
Walaupun sebagai suatu konsep, nilai tukar sudah jelas dengan sendirinya, di dalam
penelitian empiris besaran angka ini sangat tergantung kepada implikasi apa yang ingin dinilai. Sementara ini di Indonesia, baik secara konsepsional maupun dalam
penelitian empiris, rumus nilai tukar yang sering digunakan menurut Rachmat 2013 yaitu:
1. Konsep barter: menunjukkan harga nisbi suatu komoditas tanaman terpilih
yang dihasilkan petani terhadap barang niaga bukan-pertanian yang dibutuhkan petani dengan rumus matematis :
NT =
�� ��
× 100 Dimana :
NT : Nilai tukar Px : harga atau indeks harga komoditas yang dihasilkan petani.
Universitas Sumatera Utara
Py : harga atau indeks harga komoditas yang dibeli petani. 2. Konsep faktor tunggal: yang menunjukkan pengaruh perubahan teknologi
terhadap nilai tukar 1 dan dirumuskan sebagai:
Dimana: NT : nilai tukar yang mengalami perubahan teknologi
Ey : tingkat produktivitas komoditas pada waktu tertentu diukur sebagai nisbah nilai hasil dibagi biaya produksi yang dikorbankan per hektar untuk memperoleh
hasil. 3.
Konsep penerimaan: Konsep penerimaan Nilai Tukar Penerimaan merupakan pengembangan dari konsep nilai tukar faktor tunggal faktorial. Nilai tukar
penerimaan NTR merupakan daya tukar dari penerimaaan nilai hasil komoditas pertanian yang diproduksikan petani per unit hektarterhadap nilai
input produksi untuk memproduksi hasil tersebut. Dengan demikian NTR menggambarkan nilai tukar komoditas tertentu, belum keseluruhan penerimaan
dan pengeluaran petani. ��� =
�� × �� �� × ��
× 100
Dimana : NTR : Nilai Tukar Penerimaan
Px : harga komoditas yang dihasilkan petani Qx : jumlah komoditas yang dihasilkan petani
NT= Ey×NT
Universitas Sumatera Utara
Py : harga input produksi. Qy : jumlah input produksi yang digunakan.
4. Konsep Subsisten: Konsep Nilai Tukar Subsisten NTS merupakan
pengembangan lebih lanjut dari NTR. NTS menggambarkan daya tukar dari penerimaan total usahatani petani terhadap pengeluaran total petani untuk
kebutuhan hidupnya. Penerimaan petani merupakan penjumlahan dari seluruh nilai hasil produksi komoditas pertanian yang dihasilkan oleh petani. Pengeluaran
petani merupakan penjumlahan dari pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan pengeluaran untuk biaya produksi usahatani. NTS dirumuskan sebagai
berikut.
�� = ∑���. ���
���� + ���� × 100
Dimana : Pxi
: Harga komositas pertanian ke i Qxiy : produksi komoditas pertanian ke i
Py : Harga produk konsumsi
Qy : Jumlah produk konsumsi
Pz : Harga produk input produksi
Qz : Jumlah input produksi
Dalam operasionalnya, konsep ini dapat dilakukan pada tingkat mikro yaitu analisis rumah tangga.
5. Konsep NTP: Konsep Nilai Tukar Petani NTP dikembangkan oleh Badan
Pusat Statistik, merupakan pengembnagan dan penerapan skalan makro dari konsep nilai tukar. Skala makro yang dimaksud adalah NTP diukur dalam
Universitas Sumatera Utara
skalaunit nasional yang merupakan agregasi dari NTP regional provinsi dan agregasi subsektor. Pengukran NTP dinyatakan dalam bentuk:
��� =
�� ��
× 100
Dengan memodifikasi indek laspayers BPS menggunakan penghitungan NTP dengan rumus sebagai berikut:
�� = ∑
��� ��−1�
�� − 1��0�
� �=1
∑ �0��0�
� �=1
× 100
It : indeks harga yang diterima petani
Ib : indeks harga yang dibayar petani
I
n
: Index harga bulan ke n It maupun Ib P
ni
: Harga bulan ke-n untuk jenis barang i P
n-i :
Harga bulan ke-n-1 untuk jenis barang i Q
oi
: Kuantitas pada tahun dasar untuk jenis barang i P
oi
: Harga pada tahun dasar untuk jenis barang i M
: banyaknya jenis barang yang tercakup dalam paket komoditas
Universitas Sumatera Utara
22
2.3 Kerangka Pemikiran Petani yang berusahatani padi akan menggunakan faktor-faktor produksi yang