5.1.1 Hasil Uji Perbedaan NTP Non panen raya danPanen Raya
Tabel 16. Hasil Output SPSS Uji Beda Rata-Rata Paired Sampel Nilai Tukar Petani Non Panen Raya dan Panen Raya
Uraian Mean
t Df
Signifikansi
NTP non panen raya dan Panen Raya
2,34194 11,091 97 0,000
Sumber: Hasil Output SPSS Diolah Dari hasil SPSS diperoleh bahwa nilai signifikansi sebesar 0,00, nilai ini lebih
kecil dari 0,05 sehingga nilai signifikan P – Value 0,05 ; maka H
1
diterima. Artinya ada perbedaan yang nyata antara NTP petani padi non panen raya dan
panen raya. Hasil ini diperoleh dengan Confidence interval 95. Nilai t hitung diperoleh sebesar 11,09, nilai ini lebih besar dari t tabel pada df 97
adalah 1,66 sehingga Jika t hitung t tabel ; maka H
1
diterima, ada perbedaan yang nyata antara NTP petani padi non panen raya dan panen raya. Atau dapat
disimpulkan bawa NTP pada saat panen raya lebih rendah dari pada non panen raya.
Sesuai pembahasan sebelumnya perbedaan rata-rata NTP non panen raya dan panen raya sebesar 12,34. Penurunan ini akibat menurunnya harga gabah tetapi
jumlah produksi padi petani tetap. Sesuai literatur Sunanto 2008, Rendahnya kenaikan nilai tukar tersebut antara lain disebabkan oleh adanya kebijakan
pemerintah mengenai penetapan harga dasar floor price atau HPP gabahberas yang selalu rendah.
5.2 Pola Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Petani
Pola pengeluaran konsumsi dalam penelitian ini meliputi besarnya konsumsi rumah tangga tani akan beras,ikan, telur, minyak goreng, gula, buah dan sayur. Ini
diteliti penulis karena kebutuhan tersebut menjadi kebutuhan pokok yang sering
Universitas Sumatera Utara
dikonsumsi rumahtanggga dan menjadi pengeluaran rumahtanggga tani. Dalam analisis ini mengamati bagaimana perubahan pola konsumsi tersebut akibat panen
raya. Pola pengeluaran konsumsi panen raya dan non panen raya dapat dilihat pada lampiran 8.
Dari lampiran 8 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan sedikit adanya perubahan jumlah konsumsi bahan makanan rumah tangga petani dalam hal ini beras, ikan,
telur,minyak goreng, gula, buah dan sayur. Konsumsi beras,minyak goreng rumah tangga petani sama sekali tidak berubah. Petani tetap menggunkan minyak goreng
meski panen raya atau saat NTP mereka rendah. Akan tetapi petani mengurangi konsumsi akan ikan, dan menggantikannya dengan telur, ikan asin.
Hanya beberapa petani mengalami perubahan konsumsi akibat panen raya dalam hal ini harga gabah yang rendah. Sebagian besar tetap berada dengan jumlah
konsumsi yang sama karena menurut mereka itu semua sudah tergolong penting dan tidak bisa diganggu gugat kecuali konsumsi buah dan gula.
Berikut rata-rata konsumsi bahan pokok petani non panen raya dan panen raya:
Tabel 17. Rata-Rata Konsumsi Bahan Pokok Rumah Tangga Tani Non panen raya dan Panen Raya
Uraian Non Panen
raya Panen
Raya Keterangan
Beras KgBulan 30,5
30,5 Tetap
Ikan KgBulan 8,5
7,2 Menurun
Telur BuahBulan 29,1
28,4 Menurun
Minyak Goreng KgBulan 4,7
4,7 Tetap
Gula KgBulan 1,7
1,6 Menurun
Buah KgBuah 2,6
2,3 Menurun
Sayur KgBulan 5
4,8 Menurun
Gas LPG KgBulan 7,1
6,5 Menurun
Sumber: Data Primer Diolah dari Lampiran 8
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel diatas dapat dilihat rata rata konsumsi bahan pokok rumahtangga tani selama sebulan didaerah penelitian. Beras dan minyak goreng yang memiliki
konsumsi tetap, sedangkan sisanya ikan, telur, gula, buah sayur dan LPG jika dilihat dari rata –rata konsumsi mengalami penurunan.
5.2.1 Hasil Uji peredaan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Petani Non
Panen RayaDan Saat Panen Raya
Tabel 18. Hasil Uji Beda Rata Rata Pola Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Petani Sebelum Panen Raya Dan Saat panen raya.
Sumber: Hasil Output SPSS Dari hasil SPSS diperoleh nilai t-hitung dan nilai signifikansi pada taraf
kepercayaan 95. Untuk konsumsi ikan diperoleh bahwa nilai signifikansi sebesar 0,002, nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga nilai signifikan P – Value
0,05 ; maka H
1
diterima. Artinya ada perbedaan yang nyata antara konsumsi ikan non panen raya dan panen raya. Hasil ini diperoleh dengan Confidence interval
95. Nilai t hitung diperoleh sebesar 3,20, dan nilai t-tabel pada df 97 adalah 1,66 sehingga t hitung t tabel ; maka H
1
diterima, ada perbedaan yang nyata antara konsumsi ikan rumahtangga tani non panen raya dan panen raya.
Untuk konsumsi telur diperoleh bahwa nilai signifikansi sebesar 0,508, nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga nilai signifikan P – Value 0,05 ; maka H
1
ditolak
Uraian Mean T
df Signifikansi
Ikan Non panen raya dan Panen Raya Telur Non panen raya dan Panen Raya
Gula Non panen raya dan Panen Raya Buah Non panen raya dan Panen Raya
Sayur Non panen raya dan Panen Raya LPG Non panen raya dan Panen Raya
1,267 0,653
0,073 0,275
0,153 0,606
3,207 0,664
3,140 3,424
1,000 5,406
97 97
97 97
97 97
0,002 0,506
0,002 0,001
0,320 0,000
Universitas Sumatera Utara
H0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara konsumsi telur non panen raya dan panen raya. Hasil ini diperoleh dengan Confidence interval 95.
Nilai t hitung diperoleh sebesar 0,66, dan nilai t-tabel pada df 97 adalah 1,66 sehingga t hitung t tabel ; maka H
1
ditolak dan H0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara konsumsi telur rumahtangga tani non panen raya
dan panen raya. Untuk konsumsi gula pasir diperoleh bahwa nilai signifikansi sebesar 0,002, nilai
ini lebih kecil dari 0,05 sehingga nilai signifikan P – Value 0,05 ; maka H
1
diterima. Artinya ada perbedaan yang nyata antara konsumsi gulanon panen raya dan panen raya. Hasil ini diperoleh dengan Confidence interval 95. Nilai t-
hitung diperoleh sebesar 3,140, dan nilai t-tabel pada df97 adalah 1,66 sehingga t- hitung t-tabel ; maka H
1
diterima. Artinya ada perbedaan yang nyata antara konsumsi telur rumahtangga tani non panen raya dan panen raya.
Untuk konsumsi buah diperoleh bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001, nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga nilai signifikan P – Value 0,05 ; maka H
1
diterima. Artinya ada perbedaan yang nyata antara konsumsi buah non panen raya dan panen raya. Hasil ini diperoleh dengan Confidence interval 95. Nilai t-
hitung diperoleh sebesar 3,424, dan nilai t-tabel pada df 97 adalah 1,66 sehingga t- hitung t-tabel ; maka H
1
diterima. Artinya ada perbedaan yang nyata antara konsumsi buah rumahtangga tani non panen raya dan panen raya.
Untuk konsumsi sayur diperoleh bahwa nilai signifikansi sebesar 0,320, nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga nilai signifikan P – Value 0,05 ; maka H
1
ditolak H0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara konsumsi sayur non
Universitas Sumatera Utara
panen raya dan panen raya. Hasil ini diperoleh dengan Confidence interval 95. Nilai t hitung diperoleh sebesar 1,00, dan nilai t-tabel pada df 97 adalah 1,66
sehingga t-hitung t-tabel ; maka H
1
ditolak dan H0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara konsumsi sayur rumahtangga tani non panen raya
dan panen raya. Untuk konsumsi LPG diperoleh bahwa nilai signifikansi sebesar 0,00, nilai ini
lebih kecil dari 0,05 sehingga nilai signifikan P – Value 0,05 ; maka H
1
diterima. Artinya ada perbedaan yang nyata antara konsumsi LPG non panen raya dan panen raya. Hasil ini diperoleh dengan Confidence interval 95. Nilai t-
hitung diperoleh sebesar 3,424, dan nilai t-tabel pada df 97 adalah 1,66 sehingga t- hitung t-tabel ; maka H
1
diterima. Artinya ada perbedaan yang nyata antara konsumsi LPG rumahtangga tani non panen raya dan panen raya.
Untuk konsumsi beras tidak diperoleh nilai signifikansi pada hasil outpu SPSS, hal ini karena seluruh sampel baik sebelum maupun saat panen raya memiliki
jumlah konsumsi yang sama. Hal ini karena beras merupakan makanan pokok bagi, yang tidak dapat dipengaruhi oleh pendapatan.
Hal yang sama untuk konsumsi minyak goreng, seluruh sampel baik non panen raya dan panen raya, banyaknya minyak goreng yang dibeli tidak berkurang sama
sekali. Hal ini karena minyak goreng tetap dikonsumsi dalam jumlah yang sama meskin petani mengurangi konsumsi ikannya, tetapi menggantikan mereka
dengan ikan asin, tempe, atau telur yang juga membutuhkan minyak goreng. Dari hasil output SPSS hanya ikan, gula, dan buah yang berbeda tingkat
konsumsinya. Karena bahan makanan ini dapat digantikan, atau ditiadakan dalam
Universitas Sumatera Utara
rumahtanggatani. Kecenderungan petani mengurangi konsumsi rumahtangga akan ikan, buah serta gula jika pendapatan mereka lebih sedikit, artinya jika petani
mengalami panen raya,penerimaannya menjadi lebih sedikit hingga mempengarhi konsumsi rumahtangganya akan ikan, buah, dan gula pasir. Beberapa petani tidak
akan membeli buah dalam setiap bulannya, serta mengurangi konsumsi ikannya dengan mensubstitusikannya dengan mengonsumsi ikan asin, tempe dan tahu. Gas
LPG juga digunakan petani dan menguranginya jika mengalami penurunan pendapatan akibat penerimaan yang rendah. Memang beberapa petani juga
menggunakan kayu bakar selain LPG, akan tetapi meningkatkan penggunaan kayu bakar jika sedang mengalami kesulitan.
Untuk konsumsi sayur dan telur juga tidak berbeda secara signifikan baik sebelum panen raya maupun saat panen raya. Bukan berarti tidak ada perbedaan, namun
perbedaannya sangat kecil karena tidak seluruh sampel mengurangi atau menaikan konsumsi telur rumahtangganya. Rumahtangga tani menjadikan telur sebagai
konsumsi tambahan atau hanya keinginan beberapa anggota keluarga. Berdasarkan pembahasan diatas, dapat dikatakan bahwa konsumsi rumah tangga
tani akan ikan, gula, buah dan LPG menglami penurunan jika terjadi panen raya. Akan tetapi berbeda halnya dengan beras, minyak goreng, dan sayur tidak
memiliki perbedaan jumlah konsumsi non panen raya dan panen raya.
5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani Padi