Banyak kajian mengemukakan bahwa pangsa pengeluaran pangan dapat dijadikan ukuran tingkat kesejahteraan ekonomi pendudukmasyarakat, menurut Pakpahan
2011, pengeluaran pangan dengan pendapatan rumah tangga memiliki hubungan terbalik, artinya makin rendah pendapatan rumah tangga makin tinggi persentase
pengeluaran pangan mereka. Rumah tangga akan terus menambah konsumsi makanannya sejalan dengan bertambahnya pendapatan, namun sampai batas
tertentu penambahan pendapatan tidak lagi menyebabkan bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
Kesejahteraan petani secara sederhana dapat dilihat dari bagaimana ia memenuhi kebutuhan keluarganya, baik dari konsumsi kebutuhan makanan, pakaian,
kesehatan, serta kelayakan hunian tempat tinggal.
2.1.6 Penelitian terdahulu
Apriyanti 2004, dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisi Nilai Tukar Petani di Sumatera Utara” menyatakan bahwa Nilai Tukar Petani di Sumatera Utara
mengalami peningkatan mulai dari tahun 1999 hingga 2003 sebesar 11,81 dan menyatakan bahwa secara serempak produksi, produktivitas, dan harga gabah
berpengaruh nyata terhadap nilai tukar petani dengan F hitung 20,500 lebih besar dari F tabel 18,51 pada tingkat kepercayaan 95.
Sinuhaji 2010, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani di Desa Sei Mencirim, Kec.Sunggal, Kab.Deli
Serdang menyatakan bahwa nilai tukar petani rata-rata di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal tahun 2009 adalah sebesar 95.72 dan menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwaproduktivitas, luas lahan, harga gabah, harga pupuk berpengaruh nyata terhadap nilai tukar petani.
Nurasa dan Muchjidin 2013, dalam penelitiannya yang berjudul “Nilai Tukar Petani Padi Di Beberapa Sentra Produksi Padi Di Indonesia” yaitu Jawa Barat
Sumatera Utara Dan Sulawesi Selatan. Menyatakan bahwa nilai tukar petani berfluktuasi antar bulan, paling rendah pada bulan April-Mei sesuai dengan masa
panen padi dan harga padi terendah sedangkan NTP-padi tertinggi pada masa paceklik bulan Desember-Januari. Nilai tukar petani dari tiga provinsi di Jawa
Barat, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan tahun 2006-2008 lebih rendah dibandingkan tahun 1993 tahun dasar.
2.2 Landasan Teori
Teori penawaran menyatakan bahwa jika harga suatu komoditas naik maka jumlah penawaran akan barang tersebut akan meningkat. Sedangkan hukum
penawaran menyatakan jika penawaran akan komoditas tertentu dipasar meningkat berlebih makan harga komoditas tersebut akan turun.
Point penting dalam teori penawaran adalah adanya pergeseran kuantitas jumlah supply menaik. Berdasarkan hukum penawaran diatas adanya panen raya
diindikasikan dengan produksi padi yang berlebih atau surplus yang mengakibatkan harga gabah kering giling maupun gabah kering panen ditingkat
petani akan turun. Implikasi penurunan harga ini menyebabkan nilai tukar petani akan menurun cateris paribus.
Dengan orientasi pembangunan pertanian ke arah perbaikan kesejahteraan petani, diperlukan alat ukur untuk menilai perkembangan kesejahteraan petani tersebut.
Universitas Sumatera Utara